Pembahasan Harga Gas Masela Masih Buntu

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
05 March 2018 19:22
Pemerintah belum memutuskan harga gas untuk industri dari Lapangan Abadi, Blok Masela. Masih tarik menarik antara industri dan harga keekonomian.
Foto: Dokumentasi ESDM
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah belum memutuskan harga gas untuk industri dari Lapangan Abadi, Blok Masela. Namun, dipastikan tetap ada pengembangan industri hilir di blok migas yang berada di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat tersebut.

"Itu (harga gas) bagian dari yang harus kami persiapkan, nantilah," Deputi Koordinasi Bidang Infrastruktur Maritim Ridwan Djamaludin, di Kantor Kemenko Maritim, Senin (5/3/2018).



Ridwan juga belum dapat memberi kepastian siapa yang akan menjadi pembeli gas dari Blok Masela. Saat ini, kata dia, pemerintah baru bersepakat untuk menyiapkan bersama-sama pengembangan industri hulu dan hilir, serta pengembangan wilayah di blok tersebut.

"Tadi baru bersepakat, mari kita siapkan sama-sama baik aspek teknis, keekonomian, maupun regulasinya," jelas Ridwan.

Seperti diketahui tarik ulur soal harga gas dari Blok Masela ini cukup memakan waktu lama. Menurut hitungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) harga keekonomisan gas dari blok tersebut adalah sekitar US$ 5,8 per juta british thermal unit (MMBTU). Sementara permintaan dari industri adalah US$ 3 per MMBTU.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Amien Sunaryadi pernah protes terhadap pengajuan harga dari industri tersebut. Ia menilai selisih harga antara penawaran industri dalam negeri dengan harga pasar sangat tinggi. Amien khawatir harga murah itu dimanfaatkan oleh calo.

"Harga US$ 3 itu kan pengusaha yang tidak mau kerja, maunya cari untung dan kemungkinan besar jadi calo. Kalau dia beli US$ 3, nanti akan dijual kembali ke perusahaan manufaktur yang mau beli ke dia 4 dollar," ujar Amien

Diketahui sebelumnya Kementerian Perindustrian telah menawarkan tiga perusahaan yang siap menyerap gas Blok Masela sampai 474 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan harga US$ 3 per mmbtu. Tiga perusahaan tersebut adalah PT Pupuk Indonesia sebesar 214 MMSCFD, Elsoro Multi Prima 160 MMSCFD, dan Kaltim Metanol Industri/Sojitz (KMI)100 MMSCFD
(gus/gus) Next Article Biaya Blok Masela Tak Wajar, ESDM Siap Pangkas Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular