
BI Yakin Inflasi di Bali Terjaga 3,5% Meski Ada Pertemuan IMF
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
03 March 2018 09:20

Nusa Dua, CNBC Indonesia - Bank Indonesia optimistis tingkat inflasi di Bali sepanjang 2018 dapat berada di level sekitar 3,5%. Untuk menjaga target tersebut, BI harus mengantisipasi kenaikan harga tiket pesawat selama periode penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF - World Bank pada Oktober.
Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Causa Iman Karana mengatakan peningkatan harga tiket pesawat juga kerap terjadi ketika libur lebaran.
(ray/ray) Next Article Siap-siap, Tarif Hotel di Bali Naik Saat Acara IMF - WB
Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Causa Iman Karana mengatakan peningkatan harga tiket pesawat juga kerap terjadi ketika libur lebaran.
Dia mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pengelola Bandara Ngurah Rai, Denpasar, yakni PT Angkasa Pura I agar jumlah penerbangan dan jam operasional bandara dapat bertambah.
"Penambahan jumlah pesawat dan jam kerja [operasional] bisa menampah supply [sehingga tarif tiket tidak naik tinggi]. Lebaran tahun lalu, kami bahkan bisa deflasi. Pola-pola ini akan coba kami lakukan lagi," jelasnya saat ditemui di Hotel Bali Nusa Dua, Sabtu (3/3/2018).
Selain tiket pesawat, komponen lain yang juga dapat memicu inflasi adalah harga sewa rumah selama periode penyelenggaraan IMF - World Bank meeting.
Pasalnya, hotel diperkirakan penuh dan para peserta yang belum mendapat kamar kemungkinan beralih menyewa rumah dengan tarif tidak bisa terpantau.
Sektor yang tidak perlu dikhawatirkan, jelas Causa, adalah sektor makanan. Menurut dia, Bali memiliki pengalaman mengantisipasi kebutuhan pangan.
Dia mengatakan Bali selalu menyiapkan stok pangan tiga kali lipat dari jumlah penduduk. "Karena penduduk Bali sekitar 4 juta orang, ditambah pengunjung menjadi sekitar 10 juta orang," ujarnya.
Ketersediaan pangan di Bali merupakan hasil kerja sama dengan pemerintah daerah lain seperti Surabaya, Mataram dan Sulawesi. Bali juga memiliki kemampuan memproduksi beras, cabai dan bawang merah untuk mencukupi kebutuhan.
"Penambahan jumlah pesawat dan jam kerja [operasional] bisa menampah supply [sehingga tarif tiket tidak naik tinggi]. Lebaran tahun lalu, kami bahkan bisa deflasi. Pola-pola ini akan coba kami lakukan lagi," jelasnya saat ditemui di Hotel Bali Nusa Dua, Sabtu (3/3/2018).
Selain tiket pesawat, komponen lain yang juga dapat memicu inflasi adalah harga sewa rumah selama periode penyelenggaraan IMF - World Bank meeting.
Pasalnya, hotel diperkirakan penuh dan para peserta yang belum mendapat kamar kemungkinan beralih menyewa rumah dengan tarif tidak bisa terpantau.
Sektor yang tidak perlu dikhawatirkan, jelas Causa, adalah sektor makanan. Menurut dia, Bali memiliki pengalaman mengantisipasi kebutuhan pangan.
Dia mengatakan Bali selalu menyiapkan stok pangan tiga kali lipat dari jumlah penduduk. "Karena penduduk Bali sekitar 4 juta orang, ditambah pengunjung menjadi sekitar 10 juta orang," ujarnya.
Ketersediaan pangan di Bali merupakan hasil kerja sama dengan pemerintah daerah lain seperti Surabaya, Mataram dan Sulawesi. Bali juga memiliki kemampuan memproduksi beras, cabai dan bawang merah untuk mencukupi kebutuhan.
(ray/ray) Next Article Siap-siap, Tarif Hotel di Bali Naik Saat Acara IMF - WB
Most Popular