Internasional

Lebih dari Separuh Laut Dunia Terdampak Industri Perikanan

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 February 2018 16:14
Lebih dari 55% permukaan laut telah dijadikan lahan mencari ikan komersial dan dikhawatirkan akan berdampak ke keanekaragaman hayati
Foto: CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian mengungkapkan lebih dari 55% permukaan laut telah dijadikan lahan mencari ikan komersial. Hal itu menjadi tanda yang mengkhawatirkan akan semakin langkanya sumber daya di laut.

Ikan di laut lepas saat ini tidak berkontribusi signifikan terhadap konsumsi manusia, namun industri penangkapan ikan meninggalkan jejak di lautan empat kali lipat lebih besar daripada area agrikultur di darat, tulis beberapa peneliti dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Science hari Kamis (22/2/2018).

Dilansir dari CNBC International, industri penangkapan ikan saat ini didominasi oleh lima negara, yakni China, Spanyol, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan.

Para peneliti untuk pertama kalinya membuat peta penangkapan ikan yang menunjukkan banyaknya penangkapan ikan menggunakan bantuan teknologi satelit dan big data. Dari peta tersebut mereka menemukan bahwa penangkapan ikan besar-besaran terjadi bukan karena dipengaruhi faktor cuaca, namun penangkapan ikan besar-besaran justru terjadi pada saat ada perayaan kebudayaan dan dipengaruhi kepentingan politik.


"Hari Natal dan moratorium yang diterapkan China jauh lebih berdampak dalam perluasan wilayah penangkapan ikan dunia, ketimbang alasan perubahan cuaca musiman."

Setiap tahunnya, negara perekonomian kedua terbesar di dunia ini memberlakukan larangan menangkap ikan di negaranya selama tiga bulan di wilayah Sungai Kuning (Yellow River). Seperti diberitakan Xinhua, tahun ini moratorium akan diadakan pada tanggal 1 April sampai 30 Juni.

Diperkirakan larangan ini juga akan diterapkan setiap tahunnya di wilayah perairan lainnya, seperti di Sungai Yangtze dan di Sungai Pearl.

Meski sumber daya laut banyak dikonsumsi, namun keanekaragaman hayati ini tidak seluruhnya terancam.

"Beberapa wilayah di laut tidak dieksploitasi secara berlebihan dan area tersebut tidak memerlukan biaya konservasi yang mahal demi menciptakan 'lingkungan buatan/ buffer-zones', yang disebut para ahli konservasi sebagai lingkungan yang dapat membantu spesies laut untuk bertahan hidup," seperti yang disebut dalam penelitian.

Para peneliti menyimpulkan peraturan yang lebih ketat dipastikan dapat menekan tingkat eksploitasi, selain itu mereka berharap informasi mendalam yang mereka berikan akan mampu membuka jalan untuk ditingkatkannya pengelolaan laut.
(prm) Next Article India Gencar Ekspor Ikan ke AS, RI Alihkan Fokus ke Eropa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular