
Ini Alasan Susi Ngotot Minta Jepang Hapus Bea Masuk Tuna RI
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
29 January 2019 16:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengajukan permintaan khusus kepada Pemerintah Jepang. Ia meminta Negeri Sakura menghapus bea masuk (BM) yang selama ini dikenakan pada ekspor produk light tuna species RI sebesar 7%.
Hal itu bukanlah sesuatu yang baru. Sebelumnya saat berkunjung ke Jepang, Mei 2018, Susi juga mengajukan permintaan serupa. Lantas, apa alasan di balik kengototan Susi tersebut?
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo menjelaskan selama ini kondisi yang dialami Indonesia berbanding terbalik dengan Vietnam dan Thailand yang menikmati BM 0% untuk produk yang sama.
"Produk hasil investasi Jepang di sini dikenakan tarif 7% apabila diekspor kembali ke negaranya. Tujuh persen ini sangat besar apabila kita bicara nominal miliaran dolar. Saya pikir ini hambatan bersama bagi hubungan industri perikanan Jepang dan RI," kata Nilanto dalam Indonesia-Japan Business and Investment Forum di kantornya, Selasa (29/1/2019).
Nilanto mengkhawatirkan, Jepang akan kalah cepat berinvestasi di sektor perikanan RI dalam waktu dekat apabila kendala ini tidak dibereskan.
"Saya garis bawahi, perikanan Indonesia sedang sehat. Kalau Jepang tidak cepat masuk, mereka tertinggal. Sekarang kondisinya Jepang seharusnya sukarela memberikan nol persen. Mereka harusnya melihat Indonesia sebagai sebuah kesempatan," jelasnya.
KKP bersama dengan Kementerian Perdagangan dalam renegosiasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) sedang mengajukan pembebasan bea masuk bagi sekitar 300-400 kode HS produk perikanan. Prioritasnya adalah 51 kode HS komoditas tuna light species dan cakalang dari yang saat ini dikenakan 7%.
"Itu head-to-head dengan Thailand dan Vietnam. Kami hanya minta samakan, otomatis investasi akan melompat," tegasnya.
Nilanto menjelaskan, sebagai konsumen utama, produk perikanan yang paling banyak diekspor ke Jepang adalah tuna dan udang. Kendati demikian, Jepang hanya menduduki posisi kedua sesudah AS dari segi total nilai ekspor.
Data terbaru KKP menunjukkan, sebesar 66% ekspor udang RI ditujukan ke AS, dengan Jepang hanya sekitar 19%. Adapun 30% ekspor tuna Indonesia juga ke AS, sementara Jepang hanya sebesar 16,9%.
"Untuk blue swimming crab, sekitar 75% ekspornya masih ke AS, Jepang hanya sebesar 7,68% karena belum begitu diminati. Ini potensi-potensi besar," kata Nilanto.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Menteri Susi Singgung IQ Orang RI Rendah: Berat Bersaing!
Hal itu bukanlah sesuatu yang baru. Sebelumnya saat berkunjung ke Jepang, Mei 2018, Susi juga mengajukan permintaan serupa. Lantas, apa alasan di balik kengototan Susi tersebut?
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo menjelaskan selama ini kondisi yang dialami Indonesia berbanding terbalik dengan Vietnam dan Thailand yang menikmati BM 0% untuk produk yang sama.
"Produk hasil investasi Jepang di sini dikenakan tarif 7% apabila diekspor kembali ke negaranya. Tujuh persen ini sangat besar apabila kita bicara nominal miliaran dolar. Saya pikir ini hambatan bersama bagi hubungan industri perikanan Jepang dan RI," kata Nilanto dalam Indonesia-Japan Business and Investment Forum di kantornya, Selasa (29/1/2019).
"Saya garis bawahi, perikanan Indonesia sedang sehat. Kalau Jepang tidak cepat masuk, mereka tertinggal. Sekarang kondisinya Jepang seharusnya sukarela memberikan nol persen. Mereka harusnya melihat Indonesia sebagai sebuah kesempatan," jelasnya.
![]() |
KKP bersama dengan Kementerian Perdagangan dalam renegosiasi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) sedang mengajukan pembebasan bea masuk bagi sekitar 300-400 kode HS produk perikanan. Prioritasnya adalah 51 kode HS komoditas tuna light species dan cakalang dari yang saat ini dikenakan 7%.
"Itu head-to-head dengan Thailand dan Vietnam. Kami hanya minta samakan, otomatis investasi akan melompat," tegasnya.
Nilanto menjelaskan, sebagai konsumen utama, produk perikanan yang paling banyak diekspor ke Jepang adalah tuna dan udang. Kendati demikian, Jepang hanya menduduki posisi kedua sesudah AS dari segi total nilai ekspor.
Data terbaru KKP menunjukkan, sebesar 66% ekspor udang RI ditujukan ke AS, dengan Jepang hanya sekitar 19%. Adapun 30% ekspor tuna Indonesia juga ke AS, sementara Jepang hanya sebesar 16,9%.
"Untuk blue swimming crab, sekitar 75% ekspornya masih ke AS, Jepang hanya sebesar 7,68% karena belum begitu diminati. Ini potensi-potensi besar," kata Nilanto.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Menteri Susi Singgung IQ Orang RI Rendah: Berat Bersaing!
Most Popular