Internasional

4 Negara Siapkan Alternatif Inisiatif Belt and Road China

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 February 2018 17:20
Australia, Amerika Serikat (AS), India, dan Jepang sedang dalam pembicaraan untuk membentuk kerjasama alternatif dari inisiatif Belt and Road milik China
Foto: Reuters
Sydney, CNBC Indonesia – Australia, Amerika Serikat (AS), India, dan Jepang sedang dalam pembicaraan untuk membentuk kerjasama alternatif dari inisiatif Belt and Road milik China sebagai upaya untuk mengatasi pengaruh Beijing yang semakin menyebar. Hal tersebut disampaikan seorang pejabat senior AS sebagaimana dilaporkan media Australian Financial Review.

Pejabat yang menolak disebutkan identitasnya itu mengatakan rencana tersebut masih “baru dicetuskan” dan “belum cukup matang untuk diumumkan” dalam kunjungan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, ke AS akhir pekan ini, dilansir dari Reuters.


Namun, pejabat itu mengatakan rencana tersebut masuk dalam agenda pembahasan serius antara Turnbull dan Presiden AS Donald Trump. Sumber tersebut juga lebih memilih menyebut rencana itu sebagai “alternatif” daripada “saingan” inisiatif Belt and Road China.

Inisiatif itu bertujuan membangun kembali kejayaan China melalui pembentukan Jalur Sutera zaman modern.

“Tidak ada yang mengatakan China tidak perlu membangun infrastruktur,” ujarnya. “China bisa saja membangun sebuah pelabuhan yang mungkin tidak ekonomis untuk dirinya. Kami bisa membuatnya menjadi layak secara ekonomi dengan membangun jalan atau rel yang menghubungkan pelabuhan tersebut.”

Perwakilan Turnbull, Menteri Luar Negeri Julie Bishop dan Menteri Perdagangan Steven Ciobo, tidak memberikan konfirmasi.

Yoshihide Suga, Sekretaris Kabinet Jepang, saat ditanyai dalam konferensi pers mengenai laporan tersebut, mengatakan Jepang,AS, Australia, dan Jepang serta Australia dan India sudah sering bertukar pendapat mengenai masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

“Ini bukan untuk menantang Belt and Road milik China,” ujarnya.

Sementara itu, Jepang berencana menerapkan asistensi resmi pembangunan (official development assistance/ ODA) untuk mempromosikan Strategi Indo-Pasifik Bebas dan Terbuka (Free and Open Indo-Pacific Strategy) yang telah didukung oleh Washington dan disebut-sebut sebagai tantangan terhadap Belt and Road.

Rencana Belt and Road China merupakan jalan bagi negara-negara Asia untuk mengambil peran lebih besar di tingkat internasional dengan cara mendanai dan membangun jaringan transportasi dan perdagangan global di lebih dari 60 negara, kata Presiden China Xi Jinping dalam sebuah pidato di Kazakhstan tahun 2013.

Xi dengan giat mempromosikan inisiatif tersebut dan mengundang para pemimpin dunia untuk hadir di Beijing pada Mei tahun di mana ia menjanjikan dana sebesar US$124 miliar (Rp 1,7 kuadriliun) untuk mendanai rencana tersebut dan mengukuhkannya ke dalam konstitusi Partai Komunis, yang berkuasa pada bulan Oktober.


Pemerintah lokal China, termasuk perusahaan negara dan swasta, telah menawarkan dukungannya dengan cara berinvestasi dan memberi pinjaman ke luar negeri.

Januari lalu, Beijing kembali menegaskan ambisinya untuk mengembangkan inisiatif tersebut sampai ke wilayah Arktik dengan memperluas jalur pelayaran yang terbentuk akibat pemanasan global dan membentuk jalur yang disebut “Polar Silk Road”.

AS, Jepang, India, dan Australia telah membuka kembali pembicaraan untuk memperkuat kerjasama keamanan dan mengkoordinasi alternatif pendanaan infrastruktur yang ditawarkan China.

Keempat negara tersebut pertama kali bertemu untuk mendiskusikan dan bekerja sama dalam sektor keamanan satu dekade lalu yang dianggap China sebagai upaya menghambat pengaruhnya. Pertemuan itu diadakan di Manila, berbarengan dengan KTT ASEAN dan Asia Timur pada bulan November lalu.
(prm) Next Article Pengadilan Internasional Bentukan China Dikhawatirkan Bias

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular