
Internasional
Lampaui Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi Malaysia Melaju Mantap
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
14 February 2018 18:51

Kuala Lumpur, CNBC Indonesia – Perekonomian Malaysia di kuartal keempat tahun lalu tumbuh lebih cepat dari prediksi berkat kuatnya permintaan sektor swasta dan perbaikan perdagangan global.
Produk domestik bruto (PDB) di perekonomian terbesar ketiga di Asia Tenggara ini tumbuh 5,9% pada periode Oktober hingga Desember 2017 dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya, ungkap Bank Negara Malaysia.
Analis sebelumnya memperkirakan perekonomian akan tumbuh 5,5% pada periode tersebut. Pertumbuhan pada kuartal sebelumnya tercatat 6,2%, dilansir dari Nikkei Asian Review.
Dengan demikian, ekonomi Malaysia tumbuh 5,9% sepanjang tahun 2017 dibandingkan 4,2% yang dicatatkan tahun 2016.
Laju ekspansi ekonomi itu melampaui pertumbuhan Indonesia yang tercatat hanya 5,07% tahun lalu.
“Pertumbuhan diprediksi tetap baik di tahun 2018 dengan permintaan domestik terus menjadi kunci pendorong pertumbuhan,” kata Bank Negara Malaysia, Rabu (14/2/2018). “Pertumbuhan ekonomi global yang diharapkan lebih cepat akan terus menguntungkan ekspor Malaysia yang berakibat positif ke aktivitas perekonomian domestik.”
Perekonomian Malaysia diuntungkan oleh meningkatnya permintaan produk manufaktur, seperti barang elektronik dan kelistrikan yang jumlahnya lebih dari sepertiga pengiriman bulanan. Peningkatan ekonomi global telah membuat aktivitas pabrik bergerak stabil di negara industri Asia Tenggara itu dengan juga memperhitungkan produk jasa untuk mencapai output perekonomian yang besar.
Tetap saja, para ekonom memprediksi pertumbuhan Malaysia tahun ini akan sedikit melambat karena moderatnya pertumbuhan ekonomi global bisa melemahkan permintaan ekspor. Sementara, kebijakan moneter yang ketat membebani permintaan domestik.
Pemerintah sendiri memproyeksikan perekonomian Malaysia tumbuh sekitar 5% sampai 5,5% di tahun 2018.
“Ke depan, perekonomian akan terus bergerak dengan baik di kuartal berikutnya,” kata Alex Holmes, ekonom di Capital Economics, “meskipun laju pertumbuhannya cenderung lebih lambat.”
Sektor jasa, yang berkontribusi lebih dari setengah perekonomian Malaysia, tumbuh 6,2% di kuartal keempat. Aktivitas manufaktur meningkat 5,4%, sementara sektor pertambangan menyusut 0,5% secara tahunan (year-on-year/ yoy).
Di kuartal yang sama, sektor pertanian tumbuh 10,7%.
Pada sektor permintaan, konsumsi rumah tangga naik 7%, sementara investasi meningkat 9,2% di kuartal keempat.
Secara tahunan, konsumsi pemerintah naik 6,9%, tapi investasi menurun 1,4%. Pendapatan bersih dari ekspor meningkat 5,4% di kuartal tersebut.
Bank Negara Malaysia mengatakan inflasi inti diharapkan menurun tahun 2008 yang mencerminkan kontribusi dari faktor biaya global yang lebih kecil dan ringgit yang menguat dibandingkan tahun 2017.
“Peningkatan tekanan dari kuatnya permintaan akan diredakan oleh kapasitas cadangan di pasar tenaga kerja dan investasi untuk ekspansi kapasitas yang sedang berjalan,” kata bank sentral tersebut.
Namun, para ekonom memiliki pendapat beragam tentang prospek kebijakan moneter yang lebih ketat setelah bank sentral menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,25% di bulan Januari.
“Kami yakin Bank Negara Malaysia akan menggunakan fase pertumbuhan yag kuat ini untuk lebih menormalkan kebijakan moneter,” kata ANZ Banking Group. Meski inflasi lambat, bank sentral diharapkan menaikkan kembali suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan September, kata ANZ.
Bagi Brian Tan, ekonom dari Nomura Sekuritas, Bank Negara Malaysia kemungkinan akan mempertahankan kebijakan suku bunganya sepanjang tahun 2018.
“Kami berpendapat Bank Negara pada dasarnya sudah selesai dengan kebijakan peningkatan bunga, kecuali pertumbuhan benar-benar terhambat atau meningkat dari sekarang.”
(prm) Next Article Pertama dalam 3 Tahun, Bank Sentral Malaysia Kerek Suku Bunga
Produk domestik bruto (PDB) di perekonomian terbesar ketiga di Asia Tenggara ini tumbuh 5,9% pada periode Oktober hingga Desember 2017 dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya, ungkap Bank Negara Malaysia.
Analis sebelumnya memperkirakan perekonomian akan tumbuh 5,5% pada periode tersebut. Pertumbuhan pada kuartal sebelumnya tercatat 6,2%, dilansir dari Nikkei Asian Review.
Laju ekspansi ekonomi itu melampaui pertumbuhan Indonesia yang tercatat hanya 5,07% tahun lalu.
“Pertumbuhan diprediksi tetap baik di tahun 2018 dengan permintaan domestik terus menjadi kunci pendorong pertumbuhan,” kata Bank Negara Malaysia, Rabu (14/2/2018). “Pertumbuhan ekonomi global yang diharapkan lebih cepat akan terus menguntungkan ekspor Malaysia yang berakibat positif ke aktivitas perekonomian domestik.”
Perekonomian Malaysia diuntungkan oleh meningkatnya permintaan produk manufaktur, seperti barang elektronik dan kelistrikan yang jumlahnya lebih dari sepertiga pengiriman bulanan. Peningkatan ekonomi global telah membuat aktivitas pabrik bergerak stabil di negara industri Asia Tenggara itu dengan juga memperhitungkan produk jasa untuk mencapai output perekonomian yang besar.
Tetap saja, para ekonom memprediksi pertumbuhan Malaysia tahun ini akan sedikit melambat karena moderatnya pertumbuhan ekonomi global bisa melemahkan permintaan ekspor. Sementara, kebijakan moneter yang ketat membebani permintaan domestik.
Pemerintah sendiri memproyeksikan perekonomian Malaysia tumbuh sekitar 5% sampai 5,5% di tahun 2018.
“Ke depan, perekonomian akan terus bergerak dengan baik di kuartal berikutnya,” kata Alex Holmes, ekonom di Capital Economics, “meskipun laju pertumbuhannya cenderung lebih lambat.”
Sektor jasa, yang berkontribusi lebih dari setengah perekonomian Malaysia, tumbuh 6,2% di kuartal keempat. Aktivitas manufaktur meningkat 5,4%, sementara sektor pertambangan menyusut 0,5% secara tahunan (year-on-year/ yoy).
Di kuartal yang sama, sektor pertanian tumbuh 10,7%.
Pada sektor permintaan, konsumsi rumah tangga naik 7%, sementara investasi meningkat 9,2% di kuartal keempat.
Secara tahunan, konsumsi pemerintah naik 6,9%, tapi investasi menurun 1,4%. Pendapatan bersih dari ekspor meningkat 5,4% di kuartal tersebut.
Bank Negara Malaysia mengatakan inflasi inti diharapkan menurun tahun 2008 yang mencerminkan kontribusi dari faktor biaya global yang lebih kecil dan ringgit yang menguat dibandingkan tahun 2017.
“Peningkatan tekanan dari kuatnya permintaan akan diredakan oleh kapasitas cadangan di pasar tenaga kerja dan investasi untuk ekspansi kapasitas yang sedang berjalan,” kata bank sentral tersebut.
Namun, para ekonom memiliki pendapat beragam tentang prospek kebijakan moneter yang lebih ketat setelah bank sentral menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,25% di bulan Januari.
“Kami yakin Bank Negara Malaysia akan menggunakan fase pertumbuhan yag kuat ini untuk lebih menormalkan kebijakan moneter,” kata ANZ Banking Group. Meski inflasi lambat, bank sentral diharapkan menaikkan kembali suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan September, kata ANZ.
Bagi Brian Tan, ekonom dari Nomura Sekuritas, Bank Negara Malaysia kemungkinan akan mempertahankan kebijakan suku bunganya sepanjang tahun 2018.
“Kami berpendapat Bank Negara pada dasarnya sudah selesai dengan kebijakan peningkatan bunga, kecuali pertumbuhan benar-benar terhambat atau meningkat dari sekarang.”
(prm) Next Article Pertama dalam 3 Tahun, Bank Sentral Malaysia Kerek Suku Bunga
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular