
Apa Penyebab Ekspor RI Tertinggal?
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
01 February 2018 10:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan kemarin, Rabu (31/01/2018), Presiden Joko Widodo mengeluhkan kinerja ekspor Indonesia yang kalah dibandingkan dengan Thailand, Vietnam dan Malaysia. Padahal, jumlah penduduk Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negera-negara itu.
Hal ini menjadi masalah serius, karena menurut Kepala Negara hanya ada dua kunci meningkatkan pertumbuhan ekonomi yakni ekspor dan investasi.
Terkait keluhan Jokowi, Tim Riset CNBC Indonesia menganalisa kinerja ekspor Indonesia dibandingkan dengan negara-negara besar ASEAN lainnya.
Dari data yang ada, ekspor RI memang masih tertinggal. Sepanjang 2017, Indonesia hanya membukukan ekspor US$ 168,73 miliar atau Rp 2.277 triliun sementara Vietnam mencapai US$ 214,01 miliar (Rp 2.889 triliun). Bahkan, hanya pada Januari - November 2017 saja nilai ekspor Thailand sudah US$ 215,19 miliar (Rp 2.905 triliun).
Di samping Vietnam dan Thailand, negara ASEAN lain yang menunjukkan performa cukup baik adalah Malaysia. Mengutip data Malaysia External Trade Development Corporation (MATRADE), pada Januari – November 2017 ekspor Negeri Jiran itu mencapai RM 856,05 milyar (Rp 2.996 triliun).
Apabila melihat dari sisi pertumbuhan year-on-year (YoY), ekspor Indonesia pada 2017 tumbuh 16,22% atau masih di bawah Vietnam 28,92% dan Malaysia 20,37%.
Industri Manufaktur Penyebab Lemahnya Ekspor RI
Tertinggalnya ekspor Indonesia ini merupakan imbas dari nilai ekspor barang manufaktur Indonesia yang masih di bawah Malaysia dan Vietnam.
Sebagai catatan, nilai ekspor barang manufaktur pasti memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor bahan baku.
Ekspor barang manufaktur Indonesia pada Januari – November 2017 tercatat US$ 114,67 miliar atau Rp 1.548 triliun (74,52% dari total ekspor). Sementara itu, pada periode yang sama ekspor barang manufaktur Malaysia tercatat RM 703,08 milyar atau Rp 2.460 triliun (82,2% dari total ekspor).
Pemerintah sebetulnya juga telah melihat hal ini sehingga menerapkan kebijakan hilirisasi sumber daya alam, misalnya pembangunan smelter batubara dan pengolahan karet.
Nihil Perjanjian Dagang
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga mengemukakan alasan nilai ekspor RI tahun lalu yang kalah dengan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam adalah karena tidak adanya perjanjian dagang baru dalam 9 tahun terakhir.
Baru pada akhir tahun lalu pemerintah berhasil menandatangani Comprehensive Economic Partnership Agreement dengan Chile (IC CEPA).
(ray/ray) Next Article Jokowi Genjot Devisa Ekspor Rp 23 T dari Tisu Sampai Furnitur
Hal ini menjadi masalah serius, karena menurut Kepala Negara hanya ada dua kunci meningkatkan pertumbuhan ekonomi yakni ekspor dan investasi.
Terkait keluhan Jokowi, Tim Riset CNBC Indonesia menganalisa kinerja ekspor Indonesia dibandingkan dengan negara-negara besar ASEAN lainnya.
![]() |
Apabila melihat dari sisi pertumbuhan year-on-year (YoY), ekspor Indonesia pada 2017 tumbuh 16,22% atau masih di bawah Vietnam 28,92% dan Malaysia 20,37%.
Industri Manufaktur Penyebab Lemahnya Ekspor RI
Tertinggalnya ekspor Indonesia ini merupakan imbas dari nilai ekspor barang manufaktur Indonesia yang masih di bawah Malaysia dan Vietnam.
Sebagai catatan, nilai ekspor barang manufaktur pasti memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor bahan baku.
Ekspor barang manufaktur Indonesia pada Januari – November 2017 tercatat US$ 114,67 miliar atau Rp 1.548 triliun (74,52% dari total ekspor). Sementara itu, pada periode yang sama ekspor barang manufaktur Malaysia tercatat RM 703,08 milyar atau Rp 2.460 triliun (82,2% dari total ekspor).
Pemerintah sebetulnya juga telah melihat hal ini sehingga menerapkan kebijakan hilirisasi sumber daya alam, misalnya pembangunan smelter batubara dan pengolahan karet.
Nihil Perjanjian Dagang
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga mengemukakan alasan nilai ekspor RI tahun lalu yang kalah dengan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam adalah karena tidak adanya perjanjian dagang baru dalam 9 tahun terakhir.
Baru pada akhir tahun lalu pemerintah berhasil menandatangani Comprehensive Economic Partnership Agreement dengan Chile (IC CEPA).
Mendag mengatakan pihaknya kini menjajaki pasar baru ke Afrika, Asia Selatan dan Tengah, yang memiliki potensi pasar yang besar.
(ray/ray) Next Article Jokowi Genjot Devisa Ekspor Rp 23 T dari Tisu Sampai Furnitur
Most Popular