
Pengamat: Investasi Pipa Gas Minim Karena Open Access
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
13 February 2018 15:09

Jakarta, CNBC Indonesia— Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN) 2012-2025 menargetkan pembangunan 18 pipa gas bumi, tetapi baru dua yang mencapai tahap pembangunan.
Investasi yang dibutuhkan atas pembangunan 18 pipa gas dengan total panjang 17.093 kilometer tersebut mencapai US$20,55 miliar atau sekitar Rp277 triliun (kurs Rp13.500 per dolar AS). Pembangunan direncanakan rampung pada tahun 2025.
Namun, baru tiga pipa gas yang saat ini telah dilelang, yaitu jalur Kalimantan-Jawa Tahap II (Kalija II), Duri-Dumai, dan Grissik-Palembang. Dari tiga itu, pembangunan pipa Kalija II yang dilakukan PT Bakrie & Brothers Tbk telah mangkrak selama 12 tahun.
Pengamat Energi Fahmy Radhi menilai minimnya investasi di pipa gas disebabkan pengusaha gas yang enggan membangun. Hal itu disebabkan adanya kesempatan untuk menumpang di pipa yang telah dibangun.
“Ini yang tidak fair dan didukung peraturan yang ada, di mana trader tidak mempunyai pipa gas tetap boleh bermain di perdagangan atau distribusi gas. Sehingga mereka merasa tidak ada urgensi untuk membangun pipa gas,” kata Fahmy kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/2/2018).
Menurut Fahmy, penting untuk pemerintah membenahi aturan dengan menghapus peluang open access atas pipa gas bumi agar meningkatkan kesediaan pengusaha gas membangun pipa.
Minimnya keberadaan pipa gas bumi yang menyambungkan hulu hingga hilir, kata Fahmy, menjadi penyebab harga gas dalam negeri mahal. Padahal potensi gas bumi melimpah ruah.
“Saya yakin kalau pipa sudah bisa menghubungkan hulu ke hilir. Maka harga gas bisa turun,” tutur Fahmy.
Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas Fanshurullah Asa menyebut ada tiga hal yang selama ini jadi hambatan pembangunan pipa gas yaitu ketersediaan infrastruktur yang terbatas, permintaan, atau pasokan. Ada pula yang telah siap dan diminati, namun memang belum dilelang yaitu jalur Palembang hingga Tanjung Api-Api oleh PT Pupuk Sriwidjaja Palembang Sumatera Selatan dan Tanjung Api-Api hingga Muntok oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Sumatera Selatan.
“Itu belum tahap lelang karena feasibility study (FS) dan FEED-nya belum masuk ke BPH,” jelas Fanshurullah.
Diketahui, BPH Migas memiliki tiga skenario pembangunan atau investasi pipa gas, di mana untuk tahun 2018-2020 sepanjang 6.779 km, 2018-2025 sepanjang 10.791 km, dan terkahir 2018-2025 sepanjang 17.083 km.
(gus/gus) Next Article ESDM Benahi Skema Pembagian Jaringan Distribusi Gas
Investasi yang dibutuhkan atas pembangunan 18 pipa gas dengan total panjang 17.093 kilometer tersebut mencapai US$20,55 miliar atau sekitar Rp277 triliun (kurs Rp13.500 per dolar AS). Pembangunan direncanakan rampung pada tahun 2025.
Pilihan Redaksi |
Namun, baru tiga pipa gas yang saat ini telah dilelang, yaitu jalur Kalimantan-Jawa Tahap II (Kalija II), Duri-Dumai, dan Grissik-Palembang. Dari tiga itu, pembangunan pipa Kalija II yang dilakukan PT Bakrie & Brothers Tbk telah mangkrak selama 12 tahun.
“Ini yang tidak fair dan didukung peraturan yang ada, di mana trader tidak mempunyai pipa gas tetap boleh bermain di perdagangan atau distribusi gas. Sehingga mereka merasa tidak ada urgensi untuk membangun pipa gas,” kata Fahmy kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/2/2018).
Menurut Fahmy, penting untuk pemerintah membenahi aturan dengan menghapus peluang open access atas pipa gas bumi agar meningkatkan kesediaan pengusaha gas membangun pipa.
Minimnya keberadaan pipa gas bumi yang menyambungkan hulu hingga hilir, kata Fahmy, menjadi penyebab harga gas dalam negeri mahal. Padahal potensi gas bumi melimpah ruah.
“Saya yakin kalau pipa sudah bisa menghubungkan hulu ke hilir. Maka harga gas bisa turun,” tutur Fahmy.
Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas Fanshurullah Asa menyebut ada tiga hal yang selama ini jadi hambatan pembangunan pipa gas yaitu ketersediaan infrastruktur yang terbatas, permintaan, atau pasokan. Ada pula yang telah siap dan diminati, namun memang belum dilelang yaitu jalur Palembang hingga Tanjung Api-Api oleh PT Pupuk Sriwidjaja Palembang Sumatera Selatan dan Tanjung Api-Api hingga Muntok oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Sumatera Selatan.
“Itu belum tahap lelang karena feasibility study (FS) dan FEED-nya belum masuk ke BPH,” jelas Fanshurullah.
Diketahui, BPH Migas memiliki tiga skenario pembangunan atau investasi pipa gas, di mana untuk tahun 2018-2020 sepanjang 6.779 km, 2018-2025 sepanjang 10.791 km, dan terkahir 2018-2025 sepanjang 17.083 km.
(gus/gus) Next Article ESDM Benahi Skema Pembagian Jaringan Distribusi Gas
Most Popular