
Powell, Mantan Pengacara yang Akan Jadi Orang Terkuat The Fed
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 January 2018 14:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Jabatan sebagai gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, dianggap sebagai posisi paling berkuasa di antara otoritas ekonomi di negara itu. Pasar dan juga negara-negara di dunia selalu menyimak dengan seksama setiap perkataan maupun sikap sang gubernur yang biasanya mengisyaratkan sinyal-sinyal penggerak pasar.
Jerome Powell, seorang anggota dewan gubernur The Fed, akan segera ditahbiskan sebagai orang nomor satu di bank sentral yang sedang menjalankan normalisasi kebijakan moneter tersebut.
Awal pekan ini, Senat AS telah menyetujui penunjukan Powell sebagai pengganti Janet Yellen yang akan habis masa jabatannya pada 3 Februari. Sebanyak 84 anggota Senat memberikan lampu hijau untuk calon yang diajukan Presiden AS Donald Trump itu sementara 13 lainnya tak setuju, dilansir dari CNBC International.
Ia mendapat dukungan dari kedua kubu Partai Republik maupun Demokrat.
Dari 13 senator yang tidak memilih Powell, empat di antaranya adalah anggota Partai Republik, delapan dari Partai Demokrat, dan Senator Bernie Sanders, seorang independen yang memberikan suara untuk Demokrat.
Senator Elizabeth Warren, yang tidak memilih Powell, mengatakan ia khawatir sang kandidat akan menarik kembali peraturan-peraturan penting yang selama ini diterapkan untuk mencegah timbulnya krisis keuangan.
Trump mengajukan Powell untuk posisi tersebut setelah memutuskan tidak memberikan Yellen masa jabatan empat tahun kedua meski gubernur wanita pertama The Fed itu mendapat banyak pujian atas hasil kerjanya sejak menggantikan Ben Bernanke.
Powell, 64, telah bertugas selama 5,5 tahun sebagai anggota dewan gubernur Fed. Dengan latar belakang sebagai pengacara dan manajer investasi, ia akan menjadi pemimpin The Fed pertama dalam 40 tahun yang tidak memiliki gelar sarjana ekonomi.
Banyak pihak yang berharap Powell akan mengikuti jejak Yellen yang berhati-hati dalam memutuskan kenaikan tingkat suku bunga.
Selama masa kampanye pemilihan presiden, Trump mengritik peran The Fed yang menerapkan Dodd-Frank Act, undang-undang tahun 2010 yang memperketat peraturan perbankan setelah krisis keuangan tahun 2008.
Trump dan sebagian besar Republikan di Kongres berpendapat bahwa peraturan yang lebih ketat terlalu memberatkan lembaga keuangan dan merupakan alasan utama mengapa pertumbuhan ekonomi sejak Great Recession yang berakhir pada tahun 2009 berputar sangat lambat.
Powell telah mengisyaratkan persetujuannya untuk melonggarkan aturan perbankan, terutama untuk bank-bank kecil.
Dikenal sebagai pendukung terbentuknya kesepakatan kolektif kolegial di The Fed selama ini, Powell diharapkan dapat menjadi tokoh kuat dalam perekonomian AS dan juga tokoh pemersatu di antara para pembuat kebijakan bank sentral.
Selama masa tugasnya sebagai anggota dewan The Fed, Powell tidak pernah mengajukan pendapat yang berbeda (dissenting opinion) terhadap kebijakan moneter bank sentral itu.
Mendapat pendidikan di Universitas Princeton dan gelar sarjana hukum dari Universitas Georgetown, Powell yang sering dipanggil Jay bekerja di perusahaan manajemen investasi Dillon Read dan kemudian di Carlyle Group selama bertahun-tahun. Pekerjaan itu membuatnya jadi pejabat terkaya The Fed.
Saat ini nilai kekayaannya berjumlah sekitar US$19,7 juta (Rp 262 miliar) hingga $55 juta. Saat ini, asetnya diperkirakan dapat mencapai $100 juta.
(prm/prm) Next Article The Fed Pantau Ketat 'Gurita' Virus Corona
Jerome Powell, seorang anggota dewan gubernur The Fed, akan segera ditahbiskan sebagai orang nomor satu di bank sentral yang sedang menjalankan normalisasi kebijakan moneter tersebut.
Awal pekan ini, Senat AS telah menyetujui penunjukan Powell sebagai pengganti Janet Yellen yang akan habis masa jabatannya pada 3 Februari. Sebanyak 84 anggota Senat memberikan lampu hijau untuk calon yang diajukan Presiden AS Donald Trump itu sementara 13 lainnya tak setuju, dilansir dari CNBC International.
Dari 13 senator yang tidak memilih Powell, empat di antaranya adalah anggota Partai Republik, delapan dari Partai Demokrat, dan Senator Bernie Sanders, seorang independen yang memberikan suara untuk Demokrat.
Senator Elizabeth Warren, yang tidak memilih Powell, mengatakan ia khawatir sang kandidat akan menarik kembali peraturan-peraturan penting yang selama ini diterapkan untuk mencegah timbulnya krisis keuangan.
Trump mengajukan Powell untuk posisi tersebut setelah memutuskan tidak memberikan Yellen masa jabatan empat tahun kedua meski gubernur wanita pertama The Fed itu mendapat banyak pujian atas hasil kerjanya sejak menggantikan Ben Bernanke.
Powell, 64, telah bertugas selama 5,5 tahun sebagai anggota dewan gubernur Fed. Dengan latar belakang sebagai pengacara dan manajer investasi, ia akan menjadi pemimpin The Fed pertama dalam 40 tahun yang tidak memiliki gelar sarjana ekonomi.
Banyak pihak yang berharap Powell akan mengikuti jejak Yellen yang berhati-hati dalam memutuskan kenaikan tingkat suku bunga.
Selama masa kampanye pemilihan presiden, Trump mengritik peran The Fed yang menerapkan Dodd-Frank Act, undang-undang tahun 2010 yang memperketat peraturan perbankan setelah krisis keuangan tahun 2008.
Trump dan sebagian besar Republikan di Kongres berpendapat bahwa peraturan yang lebih ketat terlalu memberatkan lembaga keuangan dan merupakan alasan utama mengapa pertumbuhan ekonomi sejak Great Recession yang berakhir pada tahun 2009 berputar sangat lambat.
Powell telah mengisyaratkan persetujuannya untuk melonggarkan aturan perbankan, terutama untuk bank-bank kecil.
Dikenal sebagai pendukung terbentuknya kesepakatan kolektif kolegial di The Fed selama ini, Powell diharapkan dapat menjadi tokoh kuat dalam perekonomian AS dan juga tokoh pemersatu di antara para pembuat kebijakan bank sentral.
Selama masa tugasnya sebagai anggota dewan The Fed, Powell tidak pernah mengajukan pendapat yang berbeda (dissenting opinion) terhadap kebijakan moneter bank sentral itu.
Mendapat pendidikan di Universitas Princeton dan gelar sarjana hukum dari Universitas Georgetown, Powell yang sering dipanggil Jay bekerja di perusahaan manajemen investasi Dillon Read dan kemudian di Carlyle Group selama bertahun-tahun. Pekerjaan itu membuatnya jadi pejabat terkaya The Fed.
Saat ini nilai kekayaannya berjumlah sekitar US$19,7 juta (Rp 262 miliar) hingga $55 juta. Saat ini, asetnya diperkirakan dapat mencapai $100 juta.
(prm/prm) Next Article The Fed Pantau Ketat 'Gurita' Virus Corona
Most Popular