
Internasional
Trump yang Dibenci dan Dinanti di Davos
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
25 January 2018 12:56

Davos, CNBC Indonesia - Selain kekhawatiran bagi pemimpin-pemimpin dunia pendukung perdagangan bebas, kehadiran Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan enam menteri anggota Kabinetnya di Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) di Davos, Swiss, juga membawa kabar baik.
Trump adalah Presiden AS pertama yang menghadiri forum tersebut setelah Bill Clinton di tahun 2000. Trump dijadwalkan tiba hari Kamis (25/1/2018) dan menyampaikan pidatonya soal agenda “America First”-nya hari Jumat.
America First adalah agenda yang didengungkan Trump selama masa kampanye dan setahun masa kepemimpinannya untuk mengutamakan kepentingan dan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi warga Amerika dalam segala hubungannya dengan negara lain. Retorika itu membuat banyak negara khawatir AS akan menerapkan kebijakan perdagangan protektif.
Di saat yang sama, pemotongan pajak Trump yang ramah pebisnis dan pergerakan Wall Street yang terus mencetak rekor telah membuat banyak pihak di Davos terkagum-kagum. Pertumbuhan ekonomi AS naik menjadi 3,2% di kuartal III-2017.
Namun, keputusan Trump yang merupakan seorang presiden anti-globalisasi untuk menghadiri pertemuan para pendukung globalisasi paling ternama di dunia itu telah membuat beberapa pihak garuk-garuk kepala.
Davos bukanlah pendengar yang simpatik untuk Trump, kata William Allen Reinsch dari Center for International and Security Studies.
“Masuk ke kandang singa adalah metafora yang tepat [untuk Trump],” ujarnya, dilansir dari AFP.
Nyatanya, para pemimpin negara lainnya yang hadir di Davos juga ingin tahu pendekatan seperti apa yang akan disampaikan Trump.
Dengan mengambil garis besar dari pidato yang disampaikan para pemimpin dari India, Kanada, dan Jerman, Presiden Perancis Emmanuel Macron pada hari Rabu membenarkan bahwa kebijakan-kebijakan negara pendukung globalisasi perlu disesuaikan untuk membantu mereka yang tertinggal.
Namun, secara implisit ia menegur Trump dan menegaskan bahwa “Mereka yang tidak ingin maju bersama tidak seharusnya menghalangi orang-orang paling ambisius yang ada di sini.”
Namun, dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Swiss setelah itu, Macron mengatakan ia ingin Trump datang ke resor Pegunungan Alpen itu.
“Kami berbicara di telepon dan saya mendorongnya untuk datang ke Davos, untuk menjelaskan strateginya dan mendengar dari mereka yang hadir, dan menanggapi ide-ide lain,” ucapnya.
“Saya tidak setuju dengan metodenya namun kami memiliki tujuan yang sama,” kata Macron. Ia menambahkan negaranya “sangat bergantung” kepada AS sebagai rekanan.
Trump diperkirakan akan menerima sambutan hangat di Davos dari beberapa pengusaha yang merasa senang akan kebijakan Trump memotong tarif pajak dan melakukan deregulasi.
Mereka penasaran Trump versi mana yang akan berbicara di Davos: Seorang konglomerat yang ramah terhadap dunia bisnis atau seorang pemimpin yang marah-marah di depan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September lalu.
“Sulit memprediksi apakah Presiden akan meyakinkan atau justru memprovokasi para hadirin di Davos,” kata mantan menteri keuangan AS, Larry Summers.
(prm) Next Article AS Dukung Pelemahan Dolar dan Perdagangan Protektif
Trump adalah Presiden AS pertama yang menghadiri forum tersebut setelah Bill Clinton di tahun 2000. Trump dijadwalkan tiba hari Kamis (25/1/2018) dan menyampaikan pidatonya soal agenda “America First”-nya hari Jumat.
America First adalah agenda yang didengungkan Trump selama masa kampanye dan setahun masa kepemimpinannya untuk mengutamakan kepentingan dan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi warga Amerika dalam segala hubungannya dengan negara lain. Retorika itu membuat banyak negara khawatir AS akan menerapkan kebijakan perdagangan protektif.
Namun, keputusan Trump yang merupakan seorang presiden anti-globalisasi untuk menghadiri pertemuan para pendukung globalisasi paling ternama di dunia itu telah membuat beberapa pihak garuk-garuk kepala.
Davos bukanlah pendengar yang simpatik untuk Trump, kata William Allen Reinsch dari Center for International and Security Studies.
“Masuk ke kandang singa adalah metafora yang tepat [untuk Trump],” ujarnya, dilansir dari AFP.
Nyatanya, para pemimpin negara lainnya yang hadir di Davos juga ingin tahu pendekatan seperti apa yang akan disampaikan Trump.
Dengan mengambil garis besar dari pidato yang disampaikan para pemimpin dari India, Kanada, dan Jerman, Presiden Perancis Emmanuel Macron pada hari Rabu membenarkan bahwa kebijakan-kebijakan negara pendukung globalisasi perlu disesuaikan untuk membantu mereka yang tertinggal.
Namun, secara implisit ia menegur Trump dan menegaskan bahwa “Mereka yang tidak ingin maju bersama tidak seharusnya menghalangi orang-orang paling ambisius yang ada di sini.”
Namun, dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Swiss setelah itu, Macron mengatakan ia ingin Trump datang ke resor Pegunungan Alpen itu.
“Kami berbicara di telepon dan saya mendorongnya untuk datang ke Davos, untuk menjelaskan strateginya dan mendengar dari mereka yang hadir, dan menanggapi ide-ide lain,” ucapnya.
“Saya tidak setuju dengan metodenya namun kami memiliki tujuan yang sama,” kata Macron. Ia menambahkan negaranya “sangat bergantung” kepada AS sebagai rekanan.
Trump diperkirakan akan menerima sambutan hangat di Davos dari beberapa pengusaha yang merasa senang akan kebijakan Trump memotong tarif pajak dan melakukan deregulasi.
Mereka penasaran Trump versi mana yang akan berbicara di Davos: Seorang konglomerat yang ramah terhadap dunia bisnis atau seorang pemimpin yang marah-marah di depan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September lalu.
“Sulit memprediksi apakah Presiden akan meyakinkan atau justru memprovokasi para hadirin di Davos,” kata mantan menteri keuangan AS, Larry Summers.
(prm) Next Article AS Dukung Pelemahan Dolar dan Perdagangan Protektif
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular