
Pernyataan Menkeu AS Sebabkan Dolar Terperosok
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 January 2018 12:16

Jakarta, CNBC Indonesia – Dolar Amerika Serikat (AS) masih memasuki masa kelam. Pelemahan yang terjadi sejak tahun lalu masih berlanjut dan semakin dalam.
(aji/aji) Next Article Daftar 10 Mata Uang Terendah di Dunia, Salah Satunya Rupiah?
Dollar Index, yang mencerminkan dolar AS dibandingkan enam mata uang utama dunia, mencapai titik terendah sejak Desember 2014 dengan melemah 0,23% ke 88,99. Dalam setahun terakhir, Dollar Index melemah 11,04%.
Sejak tahun lalu, dolar AS memang terus tertekan dan masih berlanjut hingga saat ini. Pada 2016, dolar AS seakan melemah sendirian.
Itu karena AS menjadi satu-satunya negara yang telah menerapkan kebijakan moneter ketat sementara negara-negara lain tengah menerapkan stimulus moneter. Bahkan Jepang dan sejumlah negara Eropa menerapkan suku bunga negatif.
Akibatnya, dana investor membanjiri AS untuk mencari keuntungan. Derasnya aliran modal menyebabkan dolar AS menguat tajam dan mata uang dunia cenderung melemah.
Mulai 2017, situasi mulai berubah. Eropa dan Jepang sudah mengambil ancang-ancang untuk mulai memperketat kebijakan moneter.
AS bukan lagi satu-satunya tempat tujuan investasi yang menarik. Akibatnya, dolar AS terus tertekan dan ini masih terjadi hingga sekarang.
Selain itu dolar AS yang terperosok cukup dalam kali ini juga disebabkan pernyataan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Dalam sebuah konferensi pers di sela-sela pertemuan World Economic Forum di Davos (Swiss), Mnuchin mengatakan pelemahan dolar AS justru berdampak positif bagi Negeri Paman Sam.
“Tentu saja dolar yang melemah baik buat kami dalam hal perdagangan,” ujar Mnuchin seperti dikutip dari Reuters, Kamis (25/1.2018). Pernyataan tersebut ditanggapi negatif oleh pasar, karena pemerintah seakan-akan merestui pelemahan dolar AS.
Gedung Putih pun langsung memberikan respons atas pernyataan Mnuchin. Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders menegaskan bahwa pergerakan dolar AS merupakan gambaran bekerjanya mekanisme pasar.
“Kami percaya pada nilai tukar mengambang yang ditentukan oleh pasar. Presiden selalu percaya itu. Nilai tukar dolar AS pun stabil,” kata Sanders.
![]() |
Itu karena AS menjadi satu-satunya negara yang telah menerapkan kebijakan moneter ketat sementara negara-negara lain tengah menerapkan stimulus moneter. Bahkan Jepang dan sejumlah negara Eropa menerapkan suku bunga negatif.
Akibatnya, dana investor membanjiri AS untuk mencari keuntungan. Derasnya aliran modal menyebabkan dolar AS menguat tajam dan mata uang dunia cenderung melemah.
Mulai 2017, situasi mulai berubah. Eropa dan Jepang sudah mengambil ancang-ancang untuk mulai memperketat kebijakan moneter.
AS bukan lagi satu-satunya tempat tujuan investasi yang menarik. Akibatnya, dolar AS terus tertekan dan ini masih terjadi hingga sekarang.
Selain itu dolar AS yang terperosok cukup dalam kali ini juga disebabkan pernyataan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Dalam sebuah konferensi pers di sela-sela pertemuan World Economic Forum di Davos (Swiss), Mnuchin mengatakan pelemahan dolar AS justru berdampak positif bagi Negeri Paman Sam.
“Tentu saja dolar yang melemah baik buat kami dalam hal perdagangan,” ujar Mnuchin seperti dikutip dari Reuters, Kamis (25/1.2018). Pernyataan tersebut ditanggapi negatif oleh pasar, karena pemerintah seakan-akan merestui pelemahan dolar AS.
Gedung Putih pun langsung memberikan respons atas pernyataan Mnuchin. Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders menegaskan bahwa pergerakan dolar AS merupakan gambaran bekerjanya mekanisme pasar.
“Kami percaya pada nilai tukar mengambang yang ditentukan oleh pasar. Presiden selalu percaya itu. Nilai tukar dolar AS pun stabil,” kata Sanders.
(aji/aji) Next Article Daftar 10 Mata Uang Terendah di Dunia, Salah Satunya Rupiah?
Most Popular