
Internasional
Dari India Hingga Kanada, Pemimpin Dunia Kompak Tentang Trump
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
25 January 2018 16:14

Davos, CNBC Indonesia - Para pemimpin dunia yang berbicara di Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/ WEF) di Davos, Swiss, telah menegaskan keberatan mereka terhadap retorika anti-perdagangan bebas yang didengungkan Amerika Serikat (AS).
Walau tak selalu menyebut AS dalam pidatonya, kepala negara Brasil, India, Kanada, dan Italia menyatakan tidak setuju terhadap apa yang mereka yakini sebagai retorika anti-perdagangan bebas dari negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
“Kita semua tahu kita sedang hidup di dunia di mana tren kebijakan tertutup semakin populer. Namun, kita semua tahu proteksionisme bukanlah sebuah solusi,” kata Presiden Brasil Michel Temer di hadapan peserta WEF hari Rabu (24/1/2018), dilansir dari CNBC International.
“Ketika kita menutup diri, kita menjadi tertutup terhadap teknologi baru, ide-ide baru, kemungkinan baru, dan karenanya kita jadi tertutup terhadap solusi efektif untuk masalah bersama,” tambahnya.
Presiden AS Donald Trump, yang akan menyampaikan pidatonya di Davos hari Jumat, selama ini dikenal vokal menentang perdagangan multilateral. Ia mengritik banyak negara rekan dagangnya karena dianggap mengambil keuntungan dari AS.
Perdana Menteri Italia Paolo Gentiloni mengatakan kepada CNBC International bahwa tindakan AS yang ingin melindungi kepentingan warga negaranya dapat dipahami. Namun, pembicaraan mengenai keadilan dalam perdagangan perlu juga dilakukan secara terbuka.
“Kita perlu menggabungkan perdagangan bebas dan perdagangan yang adil,” ucapnya.
Kepala Penasehat Ekonomi Gedung Putih Gary Cohn mengatakan pada hari Selasa bahwa Trump akan menyampaikan pesan bahwa AS terbuka untuk berusaha.
Namun, di saat yang sama AS telah menutup kesempatan bergabung dengan perjanjian perdagangan Asia Pasifik dengan 11 negara lainnya. AS juga menghentikan pembicaraan perjanjian dagang dengan Eropa dan masih mempelajari apakah mereka akan memperkuat hubungan dagang dengan Kanada dan Meksiko atau menarik diri.
“Kami bekerja sangat keras untuk meyakinkan tetangga kami di sebelah selatan [AS] agar menyadari pentingnya NAFTA [North America Free Trade Agremeent/ Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara] dan bahwa perjanjian ini akan menguntungkan tidak hanya perekonomian kami namun juga ekonominya dan dunia,” kata Perdana Menteri Justin Trudeau hari Selasa.
Di hari yang sama, Perdana Menteri India Narendra Modi juga menyadari adanya tren anti-globalisasi yang mengkhawatirkan saat ini.
“Proteksionisme sedang bangkit melawan globalisasi. Tujuan mereka bukan hanya menghindari globalisasi demi diri mereka sendiri namun mereka juga ingin membalikkan arahnya,” kata Modi.
“Solusi dari situasi yang mengkhawatirkan ini bukanlah penutupan diri. Solusinya adalah pemahaman, penerimaan, dan formulasi kebijakan yang fleksibel sejalan dengan perubahan zaman,” ujarnya.
(prm) Next Article Sentil Trump, Merkel Bilang Proteksionisme Bukanlah Jawaban
Walau tak selalu menyebut AS dalam pidatonya, kepala negara Brasil, India, Kanada, dan Italia menyatakan tidak setuju terhadap apa yang mereka yakini sebagai retorika anti-perdagangan bebas dari negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
“Kita semua tahu kita sedang hidup di dunia di mana tren kebijakan tertutup semakin populer. Namun, kita semua tahu proteksionisme bukanlah sebuah solusi,” kata Presiden Brasil Michel Temer di hadapan peserta WEF hari Rabu (24/1/2018), dilansir dari CNBC International.
Presiden AS Donald Trump, yang akan menyampaikan pidatonya di Davos hari Jumat, selama ini dikenal vokal menentang perdagangan multilateral. Ia mengritik banyak negara rekan dagangnya karena dianggap mengambil keuntungan dari AS.
Perdana Menteri Italia Paolo Gentiloni mengatakan kepada CNBC International bahwa tindakan AS yang ingin melindungi kepentingan warga negaranya dapat dipahami. Namun, pembicaraan mengenai keadilan dalam perdagangan perlu juga dilakukan secara terbuka.
“Kita perlu menggabungkan perdagangan bebas dan perdagangan yang adil,” ucapnya.
Kepala Penasehat Ekonomi Gedung Putih Gary Cohn mengatakan pada hari Selasa bahwa Trump akan menyampaikan pesan bahwa AS terbuka untuk berusaha.
Proteksionisme sedang bangkit melawan globalisasi.Perdana Menteri India Narendra Modi |
Namun, di saat yang sama AS telah menutup kesempatan bergabung dengan perjanjian perdagangan Asia Pasifik dengan 11 negara lainnya. AS juga menghentikan pembicaraan perjanjian dagang dengan Eropa dan masih mempelajari apakah mereka akan memperkuat hubungan dagang dengan Kanada dan Meksiko atau menarik diri.
“Kami bekerja sangat keras untuk meyakinkan tetangga kami di sebelah selatan [AS] agar menyadari pentingnya NAFTA [North America Free Trade Agremeent/ Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara] dan bahwa perjanjian ini akan menguntungkan tidak hanya perekonomian kami namun juga ekonominya dan dunia,” kata Perdana Menteri Justin Trudeau hari Selasa.
Di hari yang sama, Perdana Menteri India Narendra Modi juga menyadari adanya tren anti-globalisasi yang mengkhawatirkan saat ini.
“Proteksionisme sedang bangkit melawan globalisasi. Tujuan mereka bukan hanya menghindari globalisasi demi diri mereka sendiri namun mereka juga ingin membalikkan arahnya,” kata Modi.
“Solusi dari situasi yang mengkhawatirkan ini bukanlah penutupan diri. Solusinya adalah pemahaman, penerimaan, dan formulasi kebijakan yang fleksibel sejalan dengan perubahan zaman,” ujarnya.
(prm) Next Article Sentil Trump, Merkel Bilang Proteksionisme Bukanlah Jawaban
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular