Kenaikan Harga Minyak Bisa Gerus Laba Pertamina

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
18 January 2018 21:34
Apabila asumsi ICP tidak diubah dan harga BBM tak disesuaikan, laba Pertamina bisa meleset dari target
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
  • Dengan asumsi ICP US$ 48 per barel dan harga BBM tetap, laba Pertamina tahun ini bisa capai US$ 2,4 miliar. Tetapi dengan asumsi ICP US$ 55 per barel, laba merosot ke US$ 2 miliar
  • Harga keekonomian bensin jenis premum di Desember lebih murah Rp 900 per liter dari harga semestinya, sementara solar dijual lebih murah Rp 1.150 per liter dari semestinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Naiknya harga minyak dunia berpotensi menguras laba PT Pertamina (Persero) pada tahun ini. Apabila harga BBM tidak disesuaikan, diperkirakan laba perseroan bisa turun hingga US$ 700 juta.

Direktur Utama PT Pertamina Elia Massa Manik mengatakan di 2018 perusahaan menargetkan laba senilai US$ 2,4 miliar, itu tentunya dengan asumsi Indonesian Crude Price (ICP/harga minyak Indonesia) di rata-rata US$ 48 per barel.



Tetapi, lanjut Massa, apabila kebijakan pemerintah terkait BBM tetap atau artinya tidak ada penyesuaian sedangkan ICP bergerak di kisaran US$ 55 dan US$ 60 per barel, laba bersih yang didapatkan akan turun ke angka US$ 2 miliar atau US$ 1,7 miliar.

Pada Desember lalu, harga keekonomian premium sebenarnya sudah lebih mahal Rp 900 per liter dari yang ditetapkan pemerintah Rp 6.450 per liter. Sedangkan untuk solar selisihnya lebih jauh, yakni Rp 1.550 per liter karena hanya dijual Rp 5.150 per liter.

“Penerapannya (BBM ketentuan dan penugasan) ke depan sangat mungkin berdampak pada profitabilitas perusahaan,” ungkap Massa di Rapat Dengar Pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Kamis (18/1/2018).



Dari data yang dihadirkan Pertamina, Indonesia merupakan salah satu negara dengan harga gasoline dan gasoil termurah di dunia, baik premium, pertalite, pertamax, solar, dan pertamina dex. Penghitungan itu menggunakan dasar harga ICP US$ 59,82 per barel.

Untuk gasoline, Indonesia berada di bawah negara-negara seperti Hongkong, Singapura, Jepang, India, Australia, Filipina, dan Vietnam. ”Kalau kita lihat di Singapura, Jepang, Inggris itu perbedaan harga dengan yang kami jual sekitar 10-50%,” sebut Manik. Tak berbeda jauh, untuk gasoil Indonesia berada di bawah Singapura, Jepang, Thailand, Filipina, dan Vietnam. 

(gus/gus) Next Article Tebak-tebak Harga Bensin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular