
Banyak Perusahaan Asing Pindah, Ekspor Mebel Indonesia Anjlok
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
11 January 2018 13:08

Jakarta, CNBC Indonesia-Banyaknya perusahaan asing yang memindahkan pabrik ke Vietnam berdampak pada penurunan ekspor mebel Indonesia. Tahun 2017 ekspor mebel Indonesia hanya US$2,5 miliar.
“Banyaknya perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang pindah ke Vietnam itu karena beberapa alasan. Mulai dari kecukupan suplai bahan utama dan pendukung, peraturan ketenagakerjaan dan regulasi lainnya yang membuat PMA tersebut keluar dari Indonesia,” ujar Abdul Sobur Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) di Santika Hotel, Kamis (11/1/2018).
Suplai bahan utama diantaranya kecukupan industri aksesoris dalam pembuatan mebel seperti rotan, logam, lem dan veener kayu di Indonesia masih belum maksimal dan harus diimpor. Sedangkan untuk Vietnam industri bahan pendukung dan bahan utama mebel lebih besar dibandingkan Indonesia sehingga menunjang ekspor mebel di negaranya.
“Keperluan rotan Indonesia dari hulu ke hilir mahal sekali biayanya hingga berkali-kali lipat, serta untuk veneer bahan material utama kayu juga masih impor,” ujar Sobur.
Menurut data di tahun akhir 2016, realisasi ekspor industri mebel di Vietnam sebesar US$7,1 Miliar atau peringkat terbesar ke 6 di dunia, sedangkan Indonesia di 2016 realisasi ekspor mebelnya masih US$1,6 Miliar atau peringkat 19 dunia.
“Peraturan ketenagakerjaan juga berbeda ya, di Vietnam jam kerja normal 48 jam per minggu sedangkan di Indonesia sendiri masih 40 jam per minggu. Itu menunjukkan tingkat semangat kerja yang lebih baik dari Indonesia,”ujar Sobur.
Sementara upah minimum di Vietnam masih cukup rendah. Pada 2016 masih sekitar US$145 per bulan sedangkan di Indonesia sekitar US$235 per bulan. Hal tersebut membuat para investor asing tersebut lebih memilih Vietnam dengan memberikan upah yang lebih murah dari pada di Indonesia.
Untuk menyelesaikan masalah ini, HIMKI mengharapkan, konsolidasi pemerintah degan para Usaha Kecil dan Menengah di bidang mebel dpat lebih ditingkatkan berdasarkan aspek-aspek tersebut.
“Selain itu kalau bisa tingkatkan market size juga, karena dengan market size tersebut kami bisa memberikan harga yang kompetitif dengan negara Vietnam bahkan China yang ekspor mebelnya nomor satu di dunia, sehingga komoditas mebel yang di ekspor akan meningkat begitu juga dengan peningkatak pekerja di bidang mebel,” tambah Sobur.
(roy) Next Article Ekspor Mebel RI Melemah Akibat Sulitnya Pembiayaan
“Banyaknya perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang pindah ke Vietnam itu karena beberapa alasan. Mulai dari kecukupan suplai bahan utama dan pendukung, peraturan ketenagakerjaan dan regulasi lainnya yang membuat PMA tersebut keluar dari Indonesia,” ujar Abdul Sobur Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) di Santika Hotel, Kamis (11/1/2018).
Suplai bahan utama diantaranya kecukupan industri aksesoris dalam pembuatan mebel seperti rotan, logam, lem dan veener kayu di Indonesia masih belum maksimal dan harus diimpor. Sedangkan untuk Vietnam industri bahan pendukung dan bahan utama mebel lebih besar dibandingkan Indonesia sehingga menunjang ekspor mebel di negaranya.
“Keperluan rotan Indonesia dari hulu ke hilir mahal sekali biayanya hingga berkali-kali lipat, serta untuk veneer bahan material utama kayu juga masih impor,” ujar Sobur.
Menurut data di tahun akhir 2016, realisasi ekspor industri mebel di Vietnam sebesar US$7,1 Miliar atau peringkat terbesar ke 6 di dunia, sedangkan Indonesia di 2016 realisasi ekspor mebelnya masih US$1,6 Miliar atau peringkat 19 dunia.
“Peraturan ketenagakerjaan juga berbeda ya, di Vietnam jam kerja normal 48 jam per minggu sedangkan di Indonesia sendiri masih 40 jam per minggu. Itu menunjukkan tingkat semangat kerja yang lebih baik dari Indonesia,”ujar Sobur.
Sementara upah minimum di Vietnam masih cukup rendah. Pada 2016 masih sekitar US$145 per bulan sedangkan di Indonesia sekitar US$235 per bulan. Hal tersebut membuat para investor asing tersebut lebih memilih Vietnam dengan memberikan upah yang lebih murah dari pada di Indonesia.
Untuk menyelesaikan masalah ini, HIMKI mengharapkan, konsolidasi pemerintah degan para Usaha Kecil dan Menengah di bidang mebel dpat lebih ditingkatkan berdasarkan aspek-aspek tersebut.
“Selain itu kalau bisa tingkatkan market size juga, karena dengan market size tersebut kami bisa memberikan harga yang kompetitif dengan negara Vietnam bahkan China yang ekspor mebelnya nomor satu di dunia, sehingga komoditas mebel yang di ekspor akan meningkat begitu juga dengan peningkatak pekerja di bidang mebel,” tambah Sobur.
(roy) Next Article Ekspor Mebel RI Melemah Akibat Sulitnya Pembiayaan
Most Popular