Mutual Fund Review

Bikin Stres, Reksa Dana Saham Ini Minus 20% dalam 10 Tahun

Financial Expert, CNBC Indonesia
14 July 2023 19:15
Ilustrasi wanita stres sakit kepala pusing
Foto: Getty Images/iStockphoto/nensuria

Jakarta, CNBC Indonesia - Reksa dana saham sejatinya menjadi pilihan yang pas untuk investasi jangka panjang, karena didesain untuk bisa mengalahkan pasar. Namun tak jarang, kinerja reksa dana saham itu justru sebaliknya, dan dalam jangka waktu 10 tahun bisa minus di atas 20%.

Berdasarkan data Edvisor.id 13 Juli 2023, ada dua reksa dana yang kinerja 10 tahunnya tercatat minus 21,3% dan 23,4%, mereka adalah Principal Islamic Equity Growth Syariah dan Manulife Saham SMC Plus.

Kedua reksa dana tersebut mengantongi dana kelolaan yang tidak sedikit, Principal Islamic Equity Growth Syariah memiliki dana kelolaan Rp 104 miliar, dan Manulife Saham SMC Plus Rp 76,2 miliar.

Aset alokasi dari kedua reksa dana ini juga berbeda, di mana reksa dana yang dikelola PT Principal Asset Management ini, 83,91% isi portofolionya di dominasi saham syariah, sementara 7,87% adalah obligasi syariah, dan 8,22% merupakan instrumen pasar uang syariah.

Sementara itu, 95,98% isi portofolio reksa dana PT Manulife Aset Manajemen Indonesia adalah saham dan 4,02% sisanya adalah instrumen pasar uang.

Walaupun jika dihitung dalam 10 tahun reksa dana mencatatkan kinerja negatif di atas 20%, kinerja mereka dalam tiga tahun justru terlihat positif.

Namun apakah dua reksa dana ini memang bisa mengalahkan pasar? Dan apakah aset-aset investasi yang ada di portofolio reksa dana ini memang bisa membuat reksa dana ini unggul di jangka panjang?

Berikut ulasan dari Financial Expert CNBC Indonesia terhadap dua reksa dana saham ini.

Berdasarkan informasi di fund fact sheet terakhir reksa dana ini (Juni 2023), alokasi sektoral dari saham-saham di reksa dana ini adalah:

- Material 17.04%

- Keuangan 16.32%

- Layanan Komunikasi 14.11%

- Lainnya 52.53%

Melihat 10 top holding saham dari reksa dana ini, sejatinya sebagian besar saham di portofolio Manulife Saham SMC Plus adalah saham berfundamental bagus dan memiliki prospek yang cukup baik.

Sebut saja, saham SMGR dan INTP yang bisa diuntungkan ketika terjadi penurunan harga di komoditas batu bara. Produsen semen menggunakan batubara sebagai energi pemanas dalam kegiatan produksinya.

Sementara BUKA, pada kuartal I 2023 membukukan kerugian sebesar Rp 1 triliun.Dan berdasarkan data teranyar dari SimilarWeb menunjukkan bahwa BUKA masih menduduki posisi paling bawah dalam urusan traffic website e-commerce. Nomor satu masih diduduki Shopee, lalu diikuti oleh Tokopedia, Lazada, dan Blibli (BELI).

Sayangnya, saham BUKA sempat ada di portofolio reksa dana ini sejak Februari hingga April 2022, dan sempat menghilang sebulan setelahnya. Seperti diketahui, harga BUKA terus menurun dari awal perusahaan ini melantai di bursa saham.

Selain BUKA, hanya ada satu saham bank yang ada di portofolio reksa dana ini yaitu PT Bank Jago Tbk (ARTO) bukan saham bank-bank raksasa yang kerap disebut dengan istilah blue chip. Kinerja saham ARTO sendiri juga sudah terjun lebih dari 60% dalam setahun.

Dalam fund fact sheet Reksa Dana Principal Islamic Equity Growth Syariah mengungkapkan bahwa kebijakan investasi sebesar 80%-95% merupakan saham syariah dan 5-20% merupakan pasar uang syariah.

Sementara alokasi dana per 31 Mei 2023 adalah 83,91% saham syariah. 7,87% obligasi syariah, dan 8,22% pasar uang syariah termasuk kas dan setara kas.

Menariknya 10 efek terbesar yang terdiri dari sembilan saham memiliki kinerja moncer sepanjang Januari hingga Mei 2023.

Saham TLKM yang memiliki bobot terbesar yakni 10,11% dari alokasi dana mampu menorehkan kinerja positif 7,7%. Kemudian ICBP dengan bobot 4,76% sepanjang Januari sampai Mei 2023 mampu mencatatkan kinerja positif 17%.

Lebih besar lagi kinerja saham BIRD yakni 27,7% dari awal tahun hingga Mei 2023. Saham BIRD memiliki bobot 3,55% dalam 10 besar efek yang dimiliki.

Adapun kinerja saham yang negatif adalah saham SMGR turun 11,8% dengan bobot 5,42%, UNTR 14,8% dengan bobot 4,57% dan UNVR yang melemah 3,6% dengan alokasi dana 3,65%.

Jika kinerja sembilan saham ditotal, hasilnya masih positif karena kenaikan harga sham yang signifikan TLKM, ICBP, dan BIRD. Namun hasil kinerja yang tercatat adalah negatif.

Sehingga ada kemungkinan kinerja saham selain sembilan saham dengan alokasi dana terbesar mengalami kinerja yang buruk sehingga menjadi pemberat.

Untuk diketahui jumlah sembilan saham dengan alokasi terbesar jumlah persentasenya 45,67%. Berarti masih ada 38,24% saham lainnya yang berpotensi menjadi beban sehingga kinerja Reksa Dana Principal Islamic Equity Growth Syariah negatif pada Januari hingga Mei 2023.

Kondisi ISSI yang sedang lesu tampaknya juga menarik kinerja RD saham syariah termasuk RD Principal Islamic Equity Growth Syariah.

Kinerja indeks syariah selaras dengan IHSG karena ISSI memiliki 536 konstituen dari 873 saham alias 61% dari total saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Minus saham-saham bank konvensional non syariah dan saham yang memiliki utang besar.

 

Bisa dibilang kinerja kedua reksa dana ini belum bisa mengungguli IHSG dalam jangka panjang, lebih tepatnya dari tiga, lima, tujuh, hingga 10 tahun. Akan tetapi, kinerjanya memang masih sedikit lebih baik ketimbang Indeks Reksa Dana Saham Edvisor.

Adapun kinerja reksa dana yang ditampilkan adalah kinerja historis saja dan jelas bukan merupakan kinerja rata-rata tahunan. Investor yang berniat membeli reksa dana secara berkala, harus melihat kinerja rata-rata imbal hasilnya dalam beberapa tahun.

Tak menutup kemungkinan jika harga saham-saham di portofolio dua reksa dana ini melesat, maka hal itu juga akan meningkatkan kinerja reksa dana ini.

Bisa saja, Anda untung besar karena telah membelinya di saat harganya turun. Namun investor tentu harus memahami bahwasannya reksa dana saham adalah instrumen investasi tinggi risiko. 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan dari Financial Expert CNBC Indonesia. Tim Financial Expert tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk reksa dana terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular