Reksa dana yang diterbitkan PT Sucorinvest Asset Management ini berhasil mencatatkan return 124,07% dalam tiga tahun. Adapun dana kelolaan yang dimiliki reksa dana ini Rp 191 miliar, berikut komposisi portofolio reksa dana ini.
Berdasarkan pengamatan tim Financial Expert CNBC Indonesia terhadap portofolio Sucorinvest Citra Dana Berimbang, tiga jenis instrumen berbasis utang dan beberapa saham dalam portofolio reksa dana ini yang perlu dicermati.
Ada satu obligasi korporat berisiko?
BAFI01CN5 adalah Obligasi Berkelanjutan I Bussan Auto Finance Tahap V Tahun 2022 yang memiliki kupon 5,9% dengan rating AAA(idn) dari Fitch Rating Indonesia.Sementara itu MDKA03BCN3 adalah Obligasi Berkelanjutan II Merdeka Copper Gold Tahap III Tahun 2002 memiliki kupon 8,25%, dengan rating idA+(Single A Plus) dari Pefindo.
Namun Satu hal yang kiranya harus menjadi perhatian adalah SMMF03BCN1 adalah Obligasi Berkelanjutan III Sinar Mas Multifinance Tahap I Tahun 2023 Seri B. Obligasi yang satu ini memiliki kupon terbesar yaitu 10,56%, dengan rating irA+ dari Kredit Rating Indonesia.
Seperti diketahui, lembaga pemeringkat obligasi yang diakui Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mereka adalah Fitch Rating, Moody's Investor Service, Standard and Poor's, PT Fitch Ratings Indonesia, dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Adapun PT Kredit Rating Indonesia yang memberikan peringkat ke salah satu obligasi di portofolio reksa dana ini, merupakan lembaga yang kurang diperhitungkan.
Tiga saham batu bara
Melihat portofolio saham Sucorinvest Citra Dana Berimbang, terdapat tiga saham dari emiten batu bara yaitu BUMI, MYOH, dan TOBA.
Harga batu bara sendir masih berada dalam trend bearish karena melemahnya permintaan, sebut saja dari Eropa yang masih mengalami kelebihan pasokan mencapai 20 ton. Sementara itu total pasokan gas alam di Benua Biru ini juga mencapai 60,31% dari kapasitas.
Selain Eropa, Jepang dan Korea Selatan juga sudah mulai mengurangi impor batu bara. Impor batu bara Korea Selatan ambruk 21,8% (mtm) pada April menjadi 8,39 juta ton.
Sementara itu dari Negeri Sakura, impor batu bara Jepang turun 1,6% (yoy) menjadi 13,23 juta ton. Impor batu bara jenis thermal anjlok 10,8% (yoy) menjadi 7,28 juta ton.
Harga batu bara yang anjlok tampaknya bakal menjadi katalis negatif pada portofolio Sucorinvest Dana Berimbang, lantaran profitabilitas emiten-emiten tersebut akan berkurang.
Masih dari PT Sucorinvest Asset Management, Sucorinvest Anak Pintar berada di posisi kedua sebagai reksa dana campuran dengan kinerja tertinggi dalam tiga tahun. Adapun total return reksa dana ini mencapai 99,82%. Berikut komposisi portofolio Sucorinvest Anak Pintar.
Obligasi MDKA03BCN1 yang ada di portofolio Sucorinvest Anak Pintar memiliki rating idA dari Pefindo, yang berarti cukup baik, sementara itu MDKA03BCN3 memiliki peringkat yang lebih baik yakni idA+.
Saham Miras baru & rokok
Salah satu saham dengan komposisi terbesar di portofolio Sucorinvest Anak Pintar adalah PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk (BEER). BEER adalah produsen minuman beralkohol yang memproduksi Soju dengan kearifan lokal dengan merek Daebak Soju dan Cap Tikus.
Secara market cap, BEER merupakan produsen minuman keras terkecil di bursa. Kapitalisasi pasar BEER masih kalah dari PT Hatten Bali Tbk (WINE), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dan PT Delta Djakarta Tbk (DLTA).
BEER yang melantai pada Januari 2023 merupakan pendatang baru di bursa, jika dilihat dari awal mula melantai di bursa, harga saham BEER sudah naik 48% hingga 25 Mei 2023. Namun, berinvestasi di saham-saham IPO tentu mengandung risiko yang cukup tinggi dalam jangka panjang, karena bisa saja investor yang sudah memegang saham ini sejak IPO akan memanfaatkan exit strategy.
Dan ketahuilah meski saham BEER jauh lebih sering ditransaksikan daripada kompetitornya, BEER merupakan emiten dengan bisnis miras yang berpotensi dijauhi para investor yang menyukai saham-saham syariah lantaran miras sendiri merupakan minuman non-halal dalam agama Islam.
Sementara itu kepemilikan GGRM juga mengundang sedikit perhatian lantaran, meski di awal tahun ini harga GGRM sempat melesat 53% dari awal 2023 karena laba bersih kuartal I 2023 yang mengalami kenaikan sebesar 82,3% YoY, kenaikan cukai rokok merupakan hal wajib diperhatikan dalam jangka panjang. Hal itupun akan menggerus harga pokok penjualan dari emiten rokok setiap tahunnya.
Ketika terjadi kenaikan harga di satu produk, maka konsumen cenderung akan mencari rokok dari produsen lain yang lebih murah.
Reksa dana ketiga bisa dikatakan sebagai reksa dana campuran yang memiliki komposisi portofolio berbeda dengan yang lain, namun ketahuilah bahwa strategi pengelolaan reksa dana dari PT Jarvis Aset Manajemen juga tidak kalah agresif dari dua reksa dana milik PT Sucorinvest Asset Management. Berikut adalah komposisi portofolio dari Jarvis Balance Fund.
Deposito & saham baru IPO
Sebesar 61,6% dari portofolio Jarvis Balance Fund adalah instrumen pasar uang sementara 35,5% sisanya adalah saham. Berdasarkan informasi di fund fact sheet Jarvis Balance Fund per April 2023, terdapat 2,9% obligasi yang tercantum di portofolio reksa dana ini, namun manajer investasi tidak menyebut dengan detail apa obligasi yang ada di sana.
Satu hal yang menjadi perhatian dalam portofolio saham Jarvis Balance Fund adalah saham PT Merdeka Battery Minerals Tbk (MBMA), produsen nikel terbesar yang melantai di BEI, sekaligus anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Saham yang baru IPO pada 18 April 2023 ini menjadi saham terbanyak yang ada di portofolio Jarvis Balance Fund.
Walau sempat melonjak dua digit, harga MBMA sekarang sudah turun dan tidak jauh berbeda dengan harganya saat IPO. Dan patut diketahui pula bahwa 48% dana IPO MBMA atau sebagian besarnya ditujukan untuk pembayaran utang.
Adapun risiko yang harus dikhawatirkan dari MBMA adalah risiko saham IPO pada umumnya, dan nilai Price to Book Value (PBV) MBMA yang sebesar 16.50 x berdasarkan data RTI di 25 Mei 2023 merupakan yang tertinggi di antara kompetitornya.
Di samping itu, terdapat pula saham BELI yang tak lain adalah saham perusahaan teknologi di portofolio Jarvis Balance Fund. Seperti diketahui, meski berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan bersih sebesar 20% secara tahunan, kinerja BELI hingga akhir Maret 2023 masih mencatatkan kerugian Rp878,17 miliar.
Idealnya, reksa dana campuran mencoba untuk menciptakan portofolio investasi dengan tingkat risiko yang moderat. Dan hal itu bisa tercipta dengan adanya kombinasi aset berisiko dan rendah risiko.
Walaupun peluang return dari dua reksa dana besutan PT Sucor Asset Management cukup tinggi, namun tingkat risikonya juga sangat tinggi. Apalagi, instrumen pendapatan tetap di reksa dana tersebut adalah obligasi korporasi yang tidak rentan dengan risiko default meski dibalut dengan pemeringkatan yang baik.
Melongok portofolio saham Jarvis Balance Fund yang juga cukup berisiko lantaran ada dua saham yang baru IPO di tahun ini dan saham teknologi, porsi saham di portofolio reksa dana ini masih lebih rendah ketimbang instrumen pasar uang yang berbentuk simpanan bank.
Jarvis Balance Fund sejatinya masih lebih cocok untuk dipilih bagi investor yang memiliki profil risiko moderat.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan dari Financial Expert CNBC Indonesia. Tim Financial Expert tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk unit link terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.