
Harga Emas Pegadaian 11 Juni 2022: Masih Ada yang Sejuta

Perang, plus sanksi embargo bagi Rusia, membuat harga komoditas melambung jauh terbang tinggi. Hasilnya, harga pangan dan produk manufaktur terdongrak yang menyebabkan tekanan inflasi.
Di Amerika Serikat (AS), misalnya, inflasi pada Mei 2022 tercatat 8,6% year-on-year (yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak 1981.
Percepatan laju inflasi membuat bank sentral di berbagai negara tidak punya banyak pilihan. Kebijakan moneter yang ulta-longgar saat pandemi harus diketatkan, dengan kecepatan dan intensitas luar biasa. Suku bunga acuan harus naik, demi meredam ekspektasi inflasi.
Namun 'obat' kenaikan suku bunga punya efek samping. Ekspansi rumah tangga dan dunia usaha akan melambat, sehingga konsumsi dan investasi lesu, pada akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi.
Bank Dunia pun memberi wanti-wanti. Pada 1970-an, saat dunia mengalami inflasi tinggi akibat kenaikan harga minyak (oil boom), bank sentral di berbagai negara juga menaikkan suku bunga acuan secara agresif.
Efek sampingnya luar biasa, ekonomi bukannya tumbuh malah terkontraksi alias minus. Bahkan, sampai menyebabkan resesi global.
"Upaya pemulihan saat itu membutuhkan kenaikan suku bunga acuan secara tajam. Akan tetapi, dampaknya adalah memicu resesi global dan krisis keuangan di negara berkembang," tulis Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospect edisi Juni 2022.
Nah, inilah yang membuat emas laris manis. Saat situasi sangat tidak pasti, apalagi ada bayangan resesi, emas jadi pilihan investasi yang masuk akal. Emas adalah aset aman (safe haven) karena pasokannya terbatas sehingga harga pasti naik dalam jangka menengah-panjang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/luc)[Gambas:Video CNBC]
