InvesTime

Hati-hati! Deretan Sektor Saham Ini Bisa Nyungsep Gegara PPKM

My Money - Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
30 July 2021 08:24
Warga memakai masker di pusat perbelanjaan di Mall Puri Jakarta, Senin (15/6). Mall yang berlokasi di bilangan Jakarta Barat ini terpantau menerapkan protokol kesehatan yang berlaku sesuai dengan anjuran saat ini. Protokol tersebut antara lain wajib memakai masker, jaga jarak 1 meter, suhu tubuh harus di bawah 37,5 derajat celcius, lift maksimum 6 orang, hingga pembayaran yang didorong cashless. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Mall Puri Jakarta (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Covid-19 di Tanah Air yang masih terus berada di angka penyebaran yang tinggi membuat pemerintah memutuskan untuk memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di Jawa-Bali.

PPKM Level 4 ini berlaku hingga 2 Agustus mendatang. Hal ini memaksa beberapa pelaku usaha untuk menahan kegiatan usahanya dalam penerapan pembatasan terbaru ini.

Analis menilai, perpanjangan ini tentunya juga menjadi kekhawatiran besar para investor di pasar modal. Mereka mencemaskan performa emiten-emiten yang harus membatasi kegiatan usahanya, di mana hal ini dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Menganalisa kondisi ini, Head of Research PT Panin Sekuritas Tbk (PANS), Nico Laurens, menyebut bahwa ada beberapa sektor yang akan mengalami penurunan selepas keputusan perpanjangan ini.

Selain aviasi atau bisnis penerbangan yang jelas terdampak, ia menyebut bahwa emiten sektor ritel dan properti juga ikut terkena sentimen negatif dari kebijakan ini.

"Kalau dampak bisnis yang fundamentally terdampak salah satunya ritel, di mana dari sisi mobility index mereka turun, transaksi turun, lalu kalau kita liat kunjungan ke mall itu juga kena," ujarnya dalam program Investime CNBC Indonesia, Senin (26/7/2021).

"Lalu kalau kita lihat ini juga berdampak kepada properti, terutama yang memiliki hubungan erat dengan mall," katanya.

Selain ritel dan properti, ia juga menyebut sektor konstruksi akan mengalami penurunan.

Pasalnya PPKM membuat hambatan-hambatan dalam kegiatan konstruksi di mana hal ini akan berdampak pada revenue recognition (pengakuan pendapatan) emiten konstruksi.

"Lalu kita lihat juga konstruksi terdampak karena PPKM ini membuat hambatan dalam konstruksi. Apalagi konstruksi itu revenue recognition-nya berdasarkan progress jadi ketika tidak ada pekerjaan maka revenue-nya nggak bagus," pungkasnya.

"Jadi tiga sektor itu yang paling terdampak signifikan, selain aviasi."

Di sisi lain, ia juga menyebut bahwa ada sektor yang masih bisa bertahan dan bahkan tumbuh di era PPKM ini. Sektor itu merupakan sektor-sektor industri yang mengandalkan sistem online dan juga consumer goods.

Khusus industri yang berbasis teknologi online, ia menyebut PPKM ini malah membuat perusahaan-perusahaan itu naik daun. Kenaikan ini terjadi karena perubahan pola perilaku masyarakat yang saat ini mengandalkan platform online untuk menunjang aktivitasnya. Ia memberikan contoh seperti bisnis bank digital

"Yang the most resilient itu mungkin yang bisnis modelnya berubah ya sebelum pandemi orang terbiasa dengan offline dan sekarang pindah ke online," katanya menambahkan.

"Tapi kita lihat teknologi mostly positif yaa seperti digital bank versus conventional bank, nah digital bank itu pasti akan berakselerasi seperti AGRO [PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk] dan ARTO [PT Bank Jago Tbk] itu trennya masih positif karena business modelnya memiliki prospek yang baik."


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Mau Pintar Trading, Cek 4 Siklus Pasar Saham di Bursa RI


(tas/tas)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading