Wah! Laba Semester I Grup Astra Turun 22% Jadi Rp 8,8 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Induk Grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan laba bersih Rp 8,83 triliun di semester I-2021, turun 22% dari periode yang sama tahun lalu yakni sebesar Rp 11,38 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi, Kamis ini (29/7), penurunan laba bersih itu terjadi di tengah pendapatan Astra yang justru naik 20% menjadi Rp 107,39 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp 89,79 triliun.
Adapun laba bersih (tanpa memperhitungkan keuntungan penjualan saham PT Bank Permata Tbk/BNLI) naik 61% menjadi Rp 8,83 triliun di semester I-2021, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 5,49 triliun.
Laba bersih per saham turun 22% jadi Rp 218 dari sebelumnya Rp 281 per saham, sementara laba bersih per saham (tanpa memperhitungkan keuntungan penjualan saham Bank Permata) sebesar Rp 218 dari sebelumnya Rp 137/saham atau aik 61%.
Adapun ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 4% jadi Rp 162,44 triliun, dari sebelumnya Rp 155,66 triliun.
Nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2021 sebesar Rp 4.012, meningkat 4% dibandingkan pada 31 Desember 2020.
Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan divisi jasa keuangan Grup, mencapai Rp 20,5 triliun pada 30 Juni 2021, dibandingkan Rp7,3 triliun pada akhir tahun 2020, yang disebabkan oleh kinerja penjualan yang membaik, serta realisasi belanja modal dan keperluan modal kerja yang lebih rendah.
Manajemen Astra menyatakan, jika volume penjualan terus membaik hingga akhir tahun, belanja modal dan modal kerja dapat mengalami peningkatan.
Utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup Astra meningkat dari Rp 39,2 triliun pada akhir tahun 2020 menjadi Rp41,2 triliun pada 30 Juni 2021.
![]() Rincian Laba Bersih ASII Semester I-2021 |
Segmen pendapatan
Dari bisnis otomotif, laba bersih dari divisi otomotif Grup naik 362% menjadi Rp 3,3 triliun, terutama karena dampak negatif pandemi terhadap kinerja divisi ini pada kuartal kedua tahun lalu dan langkah-langkah penanggulangannya, serta peningkatan volume penjualan pada semester pertama tahun ini, terutama pada segmen roda empat (yang diuntungkan oleh insentif sementara pajak penjualan barang mewah).
Penjualan mobil nasional naik 51% menjadi 393.000 unit pada semester pertama tahun 2021 (sumber: Gaikindo).
Penjualan mobil Astra naik 50% menjadi 210.000 unit, dengan pangsa pasar stabil sebesar 53%. Ada delapan model baru dan enam model revamped telah diluncurkan pada semester pertama tahun 2021.
Penjualan sepeda motor secara nasional naik 30% menjadi 2,5 juta unit pada semester pertama tahun 2021 (sumber: Kementerian Perindustrian Republik Indonesia). Penjualan sepeda motor Honda Astra naik 29% menjadi 1,9 juta unit dengan pangsa pasar yang stabil.
Sebanyak empat model baru dan tujuh model revamped telah diluncurkan pada semester pertama tahun 2021.
Bisnis komponen otomotif Grup dengan kepemilikan 80%, PT Astra Otoparts Tbk (AOP), mencatatkan laba bersih sebesar Rp 267 miliar dibandingkan rugi bersih sebesar Rp296 miliar pada semester pertama tahun lalu, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari segmen pabrikan (original equipment manufacturer) dan pasar suku cadang pengganti (replacement market).
Jasa Keuangan
Di bisnis jasa Keuangan, laba bersih divisi jasa keuangan Grup meningkat 2% menjadi Rp 2,1 triliun selama semester pertama 2021, disebabkan oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen dan asuransi umum.
Bisnis pembiayaan konsumen Grup mengalami peningkatan nilai pembiayaan sebesar 13% menjadi Rp 40,0 triliun. Kontribusi laba bersih dari perusahaan Grup yang fokus pada pembiayaan mobil meningkat sebesar 3% menjadi Rp564 miliar, sementara kontribusi laba bersih dari PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor juga meningkat sebesar 3% menjadi Rp949 miliar.
PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra), perusahaan asuransi umum Grup, mencatat peningkatan laba bersih sebesar 15% menjadi Rp597 miliar, terutama disebabkan hasil investasi yang lebih tinggi.
Perusahaan asuransi jiwa Grup, PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life) mencatatkan peningkatan premi bruto (gross written premium) sebesar 78% menjadi Rp2,8 triliun.
Alat Berat
Di bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi laba bersih dari divisi ini naik 13% menjadi R p2,7 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan alat berat Komatsu dan menguatnya harga batu bara.
PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki perseroan, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 11% menjadi Rp 4,5 triliun.
Penjualan alat berat Komatsu meningkat 60% menjadi 1.361 unit, sementara pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat.
Kontraktor penambangan, PT Pamapersada Nusantara (PAMA), mencatatkan penurunan volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 3% menjadi 409 juta bank cubic metres, sementara produksi batu bara naik sebesar 3% menjadi 58 juta ton.
Anak perusahaan UT di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 12% menjadi 6,3 juta ton, termasuk penjualan 1,4 juta ton metallurgical coal.
PT Agincourt Resources, anak perusahaan yang 95% sahamnya dimiliki UT, melaporkan penurunan penjualan emas sebesar 5% menjadi 176.000 ons.
Sementara itu, emiten konstruksi PT Acset Indonusa Tbk (Acset), anak perusahaan yang 64,8% sahamnya dimiliki UT, melaporkan rugi bersih sebesar Rp153 miliar, terutama karena perlambatan penyelesaian beberapa proyek yang sedang berjalan dan berkurangnya proyek pekerjaan konstruksi selama masa pandemi.
Agribisnis dan Infrastruktur
Laba bersih dari divisi agribisnis Grup meningkat 66% menjadi Rp517 miliar, terutama disebabkan harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi.
PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki perseroan, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 66% menjadi Rp649 miliar.
"Harga minyak kelapa sawit meningkat 27% menjadi Rp10.274/kg, sementara volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya menurun 9% menjadi 933.000 ton," tulis manajemen Astra, dalam keterangan resmi.
Di infrastruktur dan logistik, lini bisnis ini mencatat laba bersih Rp 91 miliar, dibandingkan dengan rugi bersih sebesar Rp 88 miliar pada semester pertama tahun 2020, terutama disebabkan peningkatan kinerja dari bisnis jalan tol dan PT Serasi Autoraya (SERA).
Astra mempunyai kepemilikan saham di 358km ruas jalan tol yang telah beroperasi sepanjang jaringan jalan tol Trans-Jawa dan tol lingkar luar Jakarta.
Pendapatan dari bisnis jalan tol Grup meningkat sebesar 41%. Pada bulan Juni, Grup mengakuisisi tambahan 14% saham di Marga Lingkar Jakarta, sehingga kepemilikan Grup menjadi 49%.
Marga Lingkar Jakarta adalah operator tol Kebon Jeruk-Ulujami sepanjang 7,7km, yang merupakan bagian dari tol Lingkar Luar Jakarta I.
Laba bersih PT Serasi Autoraya (SERA) meningkat sebesar 138% menjadi Rp81 miliar, terutama karena meningkatnya penjualan mobil bekas, marjin operasi yang lebih baik, dan peningkatan jumlah kontrak sewa yang sedikit meningkat menjadi 23.000 unit.
Teknologi
Adapun laba lini bisnis teknologi informasi menurun 13% menjadi Rp14 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari bisnis layanan perkantoran PT Astra Graphia Tbk (AG), yang 76,9% sahamnya dimiliki perseroan.
Properti Laba bersih dari divisi properti Grup meningkat sebesar 17% menjadi Rp83 miliar, terutama karena tingkat hunian yang lebih tinggi dan biaya operasional yang lebih rendah di Menara Astra.
Prospek Bisnis Sebagian besar bisnis Grup mengalami perbaikan pada semester pertama tahun 2021, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 ketika Grup menghadapi pembatasan-pembatasan bisnis yang signifikan terkait dengan penanggulangan pandemi COVID-19 pada kuartal kedua tahun 2020.
Djony Bunarto Tjondro, Presiden Direktur ASII, mengatakan sebagian besar bisnis Grup mengalami perbaikan pada semester pertama tahun 2021, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 ketika Grup menghadapi pembatasan-pembatasan bisnis yang signifikan terkait dengan penanggulangan pandemi Covid-19 pada kuartal kedua tahun 2020.
Menurut dia, meskipun kondisi bisnis telah membaik, kinerja Grup masih akan menantang hingga akhir tahun ini, mengingat kinerja bisnis dan kepercayaan konsumen masih akan terdampak oleh situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang sangat memprihatinkan akhir-akhir ini.
"Neraca keuangan dan posisi pendanaan Grup tetap kuat. Memastikan kesehatan dan keselamatan karyawan di tengah situasi pandemi COVID-19 ini tetap menjadi prioritas utama Grup. Karyawan kami adalah kekuatan terbesar Grup. Upaya yang telah dilakukan oleh seluruh karyawan kami dalam menanggapi tantangan yang dihadapi telah berkontribusi terhadap ketahanan Grup pada masa sulit ini."
[Gambas:Video CNBC]
Capex 2021 Grup Astra Tembus Rp 12 T, Baru Terserap Rp 3,7 T
(tas/tas)