
Mau Cuan Gede dari Investasi? SImak Rekomendasi JP Morgan!

Melihat tren pelemahan dolar AS yang kemungkinan berlanjut di tahun ini, maka yang akan 'ketiban' berkahnya adalah negara-negara emerging market seperti Indonesia.
Dengan imbal hasil nominal SBN tenor 10 tahun yang berada di angka 6,2% dan inflasi 1,6% maka imbal hasil riil dari berinvestasi di aset pendapatan tetap ini kasih positif 4,6%. Jauh melampaui negara-negara maju yang sudah negatif dan negara berkembang lainnya.
Imbal hasil riil yang masih positif ini akan menarik dana asing masuk ke dalam negeri. RI diperkirakan bakal mendapat banjir aliran dana asing (inflow) dan akan berdampak pada terdongkraknya harga aset-aset di dalam negeri.
Riset Mandiri Sekuritas menyebut bahwa yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun berpotensi akan tertekan ke kisaran 5,75-6% dan akan memberikan return 6-8%. Sementara itu riset JP Morgan menyebut rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.500/US$ dan IHSG diramal bisa tembus 6.800 tahun ini.
Artinya memegang aset-aset keuangan apapun di RI masih lebih menarik ketimbang memegang berbagai aset finansial secara global. Namun jika Anda adalah tipe investor yang agresif maka berinvestasi di saham adalah pilihan yang tepat untuk mencari cuan maksimal.
Apalagi outlook untuk sektor konstruksi dan komoditas terutama untuk komoditas pertambangan juga positif untuk tahun ini dengan adanya berbagai katalis seperti pembentukan Souvereign Wealth Fund (SWF), prioritas pembangunan infrastruktur yang kembali digeber oleh pemerintah dan reli harga batu bara serta nikel.
Hanya saja yang perlu menjadi perhatian adalah IHSG sudah melaju dengan sangat kencang di awal tahun. Secara year to date IHSG telah terapresiasi 6,6% ditopang oleh mulainya vaksinasi Covid-19 di dalam negeri dan fenomena January Effect.
Apabila mengacu pada tren historisnya, harga saham yang sudah melesat dan masuk bulan Februari IHSG berpeluang mencatatkan koreksi sehat. Momentum koreksi inilah yang perlu dimanfaatkan oleh para investor untuk 'menyerok' saham-saham yang perusahaannya mendapat berkah dari siklus ekonomi secara umum.
Namun jangan lupa juga untuk memperhatikan kinerja dan fundamental perusahaan. Investor disarankan untuk memilih perusahaan berfundamental kokoh yang masih mampu menjaga arus kas tetap sehat dengan utang (leverage) yang aman untuk berinvetsasi.
Selain saham, investor juga bisa memanfaatkan peluang era suku bunga rendah untuk membeli aset-aset seperti properti. Di Tanah Air, Bank Indonesia (BI) sudah memangkas suku bunga acuan sampai 125 basis poin (bps).
Pemangkasan suku bunga acuan akan ditransmisikan menjadi semakin rendahnya biaya kredit. Apalagi saat pandemi Covid-19 merebak kenaikan harga properti di Tanah Air cenderung melambat. Ini adalah momentum yang tepat untuk membeli properti dan untuk investasi yang jangkanya bisa lebih panjang.
Well, strategi investasi memang beragam. Kembali lagi semua tergantung dari risk appetite dan target cuan yang dipatok oleh masing-masing investor. Namun secara umum saham dan properti adalah aset yang menarik untuk dikoleksi tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)[Gambas:Video CNBC]