
Mau Jadi Trader Saham Buat Pemula? Simak Dulu Aturan Mainnya

Kendati demikian, trader saham juga perlu memiliki acuan harga. Sehingga nantinya tidak asal beli atau ikut kata orang. Karena para trader yang biasanya sudah punya acuan harga saham yang pantas, mereka akan tahu dan bisa memutuskan untuk membeli atau menjual saham tersebut.
Acuan harga yang solid bisa lebih mudah menentukan, apakah akan beli, jual, atau tidak melakukan apa-apa.
Dalam menentukan acuan harga, cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan relative valuation atau membandingkan saham perusahaan dengan saham perusahaan lain yang sejenis.
Indikator yang bisa digunakan dalam relative valuation yakni dengan PBV (Price to book value) atau dengan menggunakan indikator Price Earning Ratio (PER).
PBV termasuk dalam golongan rasio harga pasar, rumusnya harga saham perusahaan di pasar dibagi dengan nilai bukunya (BV).
Contoh: Per tanggal 03 November 2017, Harga per lembar saham PT LMNO adalah sebesar Rp. 2.880,- sedangkan nilai buku per saham atau book value per share adalah sebesar Rp. 1.944,-. Berapakah Rasio PBV atau Rasio Harga terhadap Nilai Buku PT LMNO?
PBV = Harga per Lembar Saham / Nilai Buku per lembar Saham
= Rp. 2.880,- / Rp. 1.944,-
= 1,48 kali.
Sementara PER, termasuk dalam golongan rasio harga pasar, rumusnya harga saham dibagi dengan nilai EPS (Laba per Saham). C
Contoh: Diketahui bahwa harga saham DEFG di pasar saham adalah Rp 2.890/unit saham, sedangkan EPS-nya sebagai contoh Rp 425.
Price Earning Ratio (PER) = harga saham / EPS
= Rp2.890 / 425
= 6,8 X (kali).
Adapun cara menghitung EPS = (Laba bersih setelah pajak - dividen)/Jumlah saham beredar.
Contoh: Perusahaan ABCD mempunyai saham beredar di pasar sebanyak 1 juta lembar pada tahun 2016, Laba bersih perusahaan setelah pajak Rp 1 miliar. Perusahaan ABCD memutuskan untuk membagikan 10% dividen kepada investor atau Rp 100 juta
EPS = (Rp. 1.000.000.000 - Rp. 100.000.000) / 1.000.000
= Rp. 900.000.000 / 1.000.000
= Rp. 900,-.
(dob/dob)[Gambas:Video CNBC]