Ini Lho Gaes Bukti Kalau Saham BUMI Tidak Lagi Datar!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ungkapan "BUMI itu datar" sekarang sudah tidak berlaku lagi. Pasalnya harga saham emiten tambang batu bara nasional PT Bumi Resources Tbk (BUMI) belakangan ini melesat dengan laju yang sangat kencang.
Harga saham BUMI mulai bangkit dari 'kubur' alias level gocap sejak 23 November 2020. Setelah itu harga saham BUMI terus melesat. Pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (14/1), saham BUMI dibanderol di Rp 105/unit atau menguat 45,83% secara year to date (ytd).
Ada beberapa katalis positif yang mampu membangunkan saham emiten batu bara Grup Bakrie ini dari tidur panjangnya. Kenaikan harga batu bara global membuat saham-saham batu bara Tanah Air beterbangan.
Harga kontrak futures (berjangka) ICE Newcastle tembus level tertingginya dalam hampir 1,5 tahun terakhir.
Harga kontrak yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka itu sudah berada di level US$ 90,5/ton dan hanya melorot tipis ke level US$ 89/ton pada perdagangan kemarin.
Kenaikan harga batu bara dipicu oleh ketatnya pasokan batu bara di China yang membuat harganya melonjak. Di saat yang sama China juga sedang memasuki periode musim dingin dan mendekati momentum perayaan Tahun Baru Imlek Februari nanti.
Kebutuhan akan listrik yang tinggi untuk penghangat ruangan baik di segmen rumah tangga hingga kebutuhan industri tidak mampu dicukupi. Alhasil pemerintah China membatasi pasokan listriknya dengan melakukan pemadaman di berbagai wilayah dan meminta masyarakat untuk menghemat listrik.
China pun akhirnya melonggarkan kebijakan impornya. Namun karena hubungan yang retak, China memilih mengimpor lebih banyak batu bara termal asal Indonesia dan memboikot batu bara yang diekspor dari Australia. Ini jelas menjadi sentimen positif bagi emiten batu bara nasional.
China diperkirakan akan membeli batu bara Indonesia senilai US$ 1,47 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$) pada 2021.
Hal tersebut berdasarkan Nota Kesepahaman (MoU) antara Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia ( APBI ) dengan China Coal Transportation and Distribution yang ditandatangani pada Rabu (25/11/2020).
BUMI merupakan salah satu emiten tambang batu bara nasional yang memiliki utang (leverage) tinggi. Namun BUMI terus berupaya untuk membayar kewajibannya tersebut kepada para krediturnya.
BUMI telah memproses pembayaran ke-12 atas utangnya senilai US$ 3,2 juta yang mewakili bunga pinjaman untuk Tranche A pada 8 Januari 2021. Hal tersebut diungkapkan oleh Dileep Srivastava selaku Director & Corporate Secretary Bumi Resources.
Dengan adanya pembayaran tersebut, BUMI tercatat telah membayar keseluruhan dari utangnya sebesar US$ 334,8 juta secara tunai yang terdiri atas pokok Tranche A sebesar US$ 195,8 juta dan bunga sebesar US$ 139,0 juta termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayarkan.
Dengan membaiknya harga batu bara acuan (HBA) ke US$ 75,84/ton Dileep mengatakan bahwa target produksi batu bara BUMI untuk tahun ini naik 5% dari tahun 2020.
Sebagai informasi pada kuartal ketiga tahun lalu volume produksi batu bara BUMI tercatat mencapai 60,7 juta ton atau turun 3% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Total volume batu bara BUMI tersebut secara rinci didasarkan pada produksi anak usahanya yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang memproduksi 44,4 juta ton sementara PT Arutmin Indonesia memproduksi 16,2 juta ton batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Saham BUMI Lanjutkan Penguatan, Ditutup Naik 5,56%
(trp/trp)