Ngeri-ngeri Sedap, Masih Layak Investasi Reksa Dana?

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 February 2020 17:28
Badai Belum Berlaku, Jadi Harus Bagaimana Investor?
Foto: Reksa Dana (CNBC Indonesia)

Meskipun badai masih belum berlalu, siapapun yang aman atau relatif tidak habis terhempas angin dan ombak cobaan nantinya diyakini akan menjadi semakin kokoh karena menjadi prestasi tersendiri setelah melewati seleksi alam yang tidak mudah. 

Bagi yang tidak terseret-seret, entah karena tidak pernah berani masuk ke saham gorengan atau tidak sempat memelihara (nurturing) saham tertentu dan masuk ke area abu-abu di pasar modal, maka selamatnya dia bisa jadi merupakan prestasi ataupun keunggulan dari status quo.

Untuk investor reksa dana saham dan saham serta trader saham, jeli melihat instrumen, produk, dan fundamental perusahaan, serta rutin mengevaluasi portofolio menjadi hal yang mutlak dilakukan. 

Jangan langsung menjual reksa dana Anda tanpa melihat kembali kinerjanya dalam periode minimal setahun terakhir, dan dapat melihat kinerjanya ada di bawah pasar saham atau justru melampaui pesaing-pesaingnya.

Terapkan strategi investasi berkala sehingga bisa mendapatkan momentum membeli di harga rendah ketika pasar koreksi dan memiliki nilai portofolio tinggi ketika harga sedang tinggi. 


Bagi investor, meskipun saham dan reksa dana saham paling disoroti saat ini, ingat kembali bahwa tidak mungkin berinvestasi jangka panjang tanpa adanya instrumen ekuitas. Hal itu disebabkan horizon investasi yang panjang pasti akan menunjukkan risiko jangka panjang sekaligus return-nya di pasar modal hanya dapat diberikan oleh efek saham.

Marsangap P. Tamba, Direktur Utama Danareksa Investment, pernah mengatakan investor yang memiliki tujuan mendapatkan keuntungan secara jangka panjang maka perlu menempatkan investasi pada instrumen investasi berbasis ekuitas, nama lain dari saham.

Karakter 'pertumbuhan' itu tentunya akan berasal dari negara yang posisinya masih berkembang, dan Indonesia dinilai Marsangap merupakan salah satu penyedia tema pertumbuhan tersebut.

"Kalau tidak investasi saham di negara dengan pertumbuhan yang besar, maka akan ketinggalan (investasinya)," ujarnya belum lama ini. Dia juga menilai badai reksa dana sekarang ini terlalu cepat dinyatakan sebagai sistemik karena yang terdampak pun hanya sebagian kecil dari seluruh reksa dana dan manajer investasi.

Selain jumlah reksa dana yang sakuat sangat kecil dibanding yang sehat, jangan lupa juga bahwa investasi tidak dapat berjalan lancar tanpa mempelajarinya lebih dulu, apalagi investasi di pasar modal dan pasar saham.

Dengan mempelajarinya, kita akan paham bahwa akan muncul anjuran agar jangan berinvestasi pada saham yang kenaikan harganya menakjubkan tanpa adanya fundamental yang dapat diukur melalui kinerja keuangan yang mengiringinya. 

Seorang kawan di industri reksa dana pernah menyampaikan kembali sebuah pepatah kuno di pasar, "Jika ada kenaikan harga saham yang terlalu tinggi tanpa dibarengi kinerja yang seiring, niscaya akan ada pihak yang dirugikan di sana."


Selamat berinvestasi!

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

 

(tas/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular