
Ngeri-ngeri Sedap, Masih Layak Investasi Reksa Dana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ngeri-ngeri sedap! Bahasa populer di dunia politik itu ternyata mampu menggambarkan berdebarnya jantung investor dan traderpasar modal, setelah ingar-bingar pengetatan aturan dan penertiban pasar modal terutama di industri reksa dana dan transaksi efek di sekuritas.
Pengetatan aturan yang sudah bergulir sejak 2018 dan pecahnya kasus investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan potential lossinvestasi PT Asabri (Persero) yang menyusul kemudian, tentu membuat investor kembali berpikir untuk meneruskan investasinya di pasar saham dan reksa dana saham.
Bahkan, tidak sedikit nasabah reksa dana saham dan trader saham yang mulai memiliki ide untuk mencairkan seluruh portofolionya yang sedang memerah dan menukarnya dengan investasi emas dan pinjaman online (peer to peer lending) yang sedang happening, atau bahkan hanya di balik bantal.
Namun, jangan lupa bahwa saham-saham yang nyangkut karena tidak ada yang mau membeli, atau tergusur aksi jual yang tidak henti-hentinya sampai bersandar pada Rp 50 di pasar reguler, hanya terjadi pada segelintir saham.
Tidak ada yang bisa menyebut secara pasti saham-saham yang diindikasi terkait dengan Jiwasraya-Asabri, tetapi tentu banyak di antaranya merupakan bagian dari saham-saham yang sudah bersandar di Rp 50, yang hari ini sudah ada 71 saham.
Jumlah saham berstatus 'gocap' itu sudah bertambah dari 69 saham pada akhir Januari, 53 saham pada akhir 2019, dan dari 31 saham pada akhir 2018.
Meskipun bertambah banyak, jumlah itu hanya berporsi kecil atau tepatnya hanya 10,47% dari total 677 saham yang tercatat di bursa.
Jangan lupa bahwa investasi jangka panjang tentu harus dibarengi dengan kesabaran lebih karena harus ingat tujuan yang tidak serta merta dalam waktu pendek. Namun, jika tidak puas, silahkan dihukum dengan cara menjual produk terkait dan membeli produk yang lain.
Reksa dana juga demikian. Meskipun ada yang terkena penertiban Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan sedang bermasalah di Kejaksaan Agung karena terkait masalah Jiwasraya, sebagian besar reksa dana tersebut bukanlah reksa dana publik dan hanya dimiliki investor strategis.
Selain tidak dijual bebas, masih banyak reksa dana dan manajer investasi dengan kinerja positif. Data salah satu agen penjual reksa dana menunjukkan masih ada 27 manajer investasi yang mampu menambah dana kelolaan reksa dananya pada periode Januari, meskipun pasar saham yang diwakili Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 5,7% pada periode tersebut.
Manajer Investasi | Selisih Des-Jan (Rp miliar) |
Sucorinvest Asset Management, PT | 1,161 |
Danareksa Investment Management, PT | 874 |
Mandiri Manajemen Investasi, PT | 838 |
Bahana TCW Investment Management, PT | 781 |
BNI Asset Management, PT | 773 |
Sinarmas Asset Management, PT | 598 |
Trimegah Asset Management, PT | 584 |
Principal Asset Management, PT | 366 |
Eastspring Investments Indonesia, PT | 277 |
BNP Paribas Asset Management, PT | 256 |
Sumber: Diolah
Tertinggi, manajer investasi yang mampu menambah dana kelolaan sepanjang bulan pertama 2020 adalah PT Sucorinvest Asset Management senilai Rp 1,16 triliun menjadi Rp 11,25 triliun dari Rp 10,09 triliun. Kenaikan itu kembali memantapkan posisi Sucorinvest di urutan ke-17 di industri reksa dana dari total 88 perusahaan yang sudah mengelola reksa dana.
Di bawah Sucorinvest, selanjutnya ada PT Danareksa Investment Management Rp 874,22 miliar, PT Mandiri Manajemen Investasi sebesar Rp 838,3 miliar, PT Bahana TCW Investment Management Rp 781,19 miliar, dan PT BNI Asset Management Rp 773,36 miliar.
Manajer Investasi | Dana Kelolaan (Rp miliar) |
Batavia Prosperindo Aset Manajemen, PT | 47,318 |
Mandiri Manajemen Investasi, PT | 45,821 |
Bahana TCW Investment Management, PT | 41,747 |
Schroder Investment Management Indonesia, PT | 38,411 |
Manulife Aset Manajemen Indonesia, PT | 29,879 |
Danareksa Investment Management, PT | 23,563 |
Sinarmas Asset Management, PT | 23,091 |
BNI Asset Management, PT | 21,063 |
Eastspring Investments Indonesia, PT | 20,895 |
Syailendra Capital, PT | 20,646 |
Trimegah Asset Management, PT | 19,584 |
BNP Paribas Asset Management, PT | 18,810 |
Insight Investments Management, PT | 17,173 |
Ashmore Asset Management Indonesia, PT | 15,055 |
Panin Asset Management, PT | 12,200 |
Samuel Aset Manajemen, PT | 11,729 |
Sucorinvest Asset Management, PT | 11,257 |
Maybank Asset Management, PT | 9,565 |
Principal Asset Management, PT | 9,502 |
Indo Premier Investment Management, PT | 8,463 |
Sumber: Diolah
