
Tips Investasi Saham
Mau "Main" Saham, Ini Ilmu Penting yang Harus Diketahui
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
21 September 2019 17:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Sering kali seorang investor kebingungan dalam memilih sebuah saham sebagai koleksi salah satu portofolio investasinya. Cara paling mudah dan terarah yakni dengan membaca riset perusahaan sekuritas dan mengikutinya.
Namun perlu dicatat, tidak semua emiten mampu dianalisis oleh para analis di Perusahaan Sekuritas, karena jumlah emiten di bursa yang terbilang cukup banyak.
Ada baiknya investor mempelajari sendiri kelayakan dari sebuah saham yang sedang dilirik untuk dikoleksi. Untuk menentukan nilai fundamental dari sebuah saham tertentu sebenarnya tidak terlalu sulit.
Dalam mempelajari fundamental suatu perusahaan, ada dua model penilaian yang biasanya digunakan, yaitu analisa perhitungan yang menghasilkan angka absolut dan analisa yang menghasilkan angka relatif.
Model perhitungan angka absolut biasanya digunakan para analis saham di Sekuritas karena dianggap lebih akurat. Model tersebut menuntut variabel yang cukup banyak ditambah dengan berbagai asumsi-asumsi serta pengetahuan yang lebih mendalam, sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak.
Contoh model perhitungan yang menghasilkan angka absolut yakni metode Discounted Cash Flow (DCF) dan Discounted Dividend Model (DDM).
Nah, analisa kedua atau yang menghasilkan angka relatif dianggap lebih mudah digunakan. Model tersebut menggunakan kata-kata relatif karena perlu diperbandingkan dengan angka perhitungan pada perusahaan lain serta perhitungan pada angka indeks industrinya.
Valuasi relatif biasanya dirangkum menjadi lima bagian, yakni: Rasio Profitabilitas, Rasio likuiditas, Rasio aktivitas, Rasio solvabilitas, dan rasio harga pasar.
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profit). Jenis-jenis rasio yang dipakai memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan.
Contoh rasio profitabilitas: Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan lain sebagainya.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya (utang), atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan saat ditagih.
Contoh rasio likuiditas: rasio lancar (CR/current ratio), rasio cepat (QR/quick ratio), dan rasio kas (CR/cash ratio), Rasio Modal Kerja dengan Total Aset (WCTA - Working Capital to Total Asset Ratio), dan Rasio Interval Keberlangsungan (DIR - Defensive Interval Ratio/Period / DIP).
Rasio Aktivitas (Activity Ratio), digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan.
Contoh rasio aktivitas: Rasio Perputaran Persediaan (ITO-Inventory Turnover Ratio), Rasio Perputaran Piutang (RTO-Receivable Turnover Ratio), Rasio Perputaran Aset atas Penjualan Neto (TATO-Total Asset Turnover Ratio), Rasio Perputaran Modal Kerja (WCTO-Working Capital Turnover Ratio).
Rasio solvabilitas (Solvability Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya baik jangka panjang maupun jangka pendek jika perusahaan dilikuidasi.
Contoh rasio solvabilitas: Rasio Utang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio), Rasio Utang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio), dan Times Interest Earned Ratio/TIER.
Rasio Harga Pasar digunakan untuk membandingkan harga saham perusahaan yang diperdagangkan secara publik dengan ukuran keuangan lainnya.
Contoh rasio harga pasar: Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share), Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio/PER), Rasio Pendapatan Dividen (Dividend Yield Ratio/DR), Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio/DPR).
Next >>>
Namun perlu dicatat, tidak semua emiten mampu dianalisis oleh para analis di Perusahaan Sekuritas, karena jumlah emiten di bursa yang terbilang cukup banyak.
Ada baiknya investor mempelajari sendiri kelayakan dari sebuah saham yang sedang dilirik untuk dikoleksi. Untuk menentukan nilai fundamental dari sebuah saham tertentu sebenarnya tidak terlalu sulit.
Model perhitungan angka absolut biasanya digunakan para analis saham di Sekuritas karena dianggap lebih akurat. Model tersebut menuntut variabel yang cukup banyak ditambah dengan berbagai asumsi-asumsi serta pengetahuan yang lebih mendalam, sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak.
Contoh model perhitungan yang menghasilkan angka absolut yakni metode Discounted Cash Flow (DCF) dan Discounted Dividend Model (DDM).
Nah, analisa kedua atau yang menghasilkan angka relatif dianggap lebih mudah digunakan. Model tersebut menggunakan kata-kata relatif karena perlu diperbandingkan dengan angka perhitungan pada perusahaan lain serta perhitungan pada angka indeks industrinya.
Valuasi relatif biasanya dirangkum menjadi lima bagian, yakni: Rasio Profitabilitas, Rasio likuiditas, Rasio aktivitas, Rasio solvabilitas, dan rasio harga pasar.
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profit). Jenis-jenis rasio yang dipakai memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan.
Contoh rasio profitabilitas: Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin (OPM), Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan lain sebagainya.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya (utang), atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan saat ditagih.
Contoh rasio likuiditas: rasio lancar (CR/current ratio), rasio cepat (QR/quick ratio), dan rasio kas (CR/cash ratio), Rasio Modal Kerja dengan Total Aset (WCTA - Working Capital to Total Asset Ratio), dan Rasio Interval Keberlangsungan (DIR - Defensive Interval Ratio/Period / DIP).
Rasio Aktivitas (Activity Ratio), digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan.
Contoh rasio aktivitas: Rasio Perputaran Persediaan (ITO-Inventory Turnover Ratio), Rasio Perputaran Piutang (RTO-Receivable Turnover Ratio), Rasio Perputaran Aset atas Penjualan Neto (TATO-Total Asset Turnover Ratio), Rasio Perputaran Modal Kerja (WCTO-Working Capital Turnover Ratio).
Rasio solvabilitas (Solvability Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya baik jangka panjang maupun jangka pendek jika perusahaan dilikuidasi.
Contoh rasio solvabilitas: Rasio Utang Terhadap Aktiva (Total Debt to Asset Ratio), Rasio Utang Terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio), dan Times Interest Earned Ratio/TIER.
Rasio Harga Pasar digunakan untuk membandingkan harga saham perusahaan yang diperdagangkan secara publik dengan ukuran keuangan lainnya.
Contoh rasio harga pasar: Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share), Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio/PER), Rasio Pendapatan Dividen (Dividend Yield Ratio/DR), Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio/DPR).
Next >>>
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular