Jakarta, CNBC Indonesia - Saham merupakan instrumen investasi yang cukup populer hingga saat ini, saham sejatinya merupakan instrumen investasi jangka panjang yang sangat menguntungkan. Dalam 5 tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah bertumbuh hingga 64,5% pada Juni 2019 ini.
Kinerja tersebut jauh lebih baik bila dibandingkan harga emas di tingkat global yang tumbuh hanya 5,55%. Instrumen investasi lainnya seperti deposito memberikan imbal hasil lebih baik hanya 5%-7% per tahunnya namun tetap lebih tinggi saham.
Setiap instrumen investasi pastilah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Investasi saham memang menguntungkan, namun diperlukan pengetahuan yang cukup dalam memilih 636 emiten yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena fluktuasi harganya cukup tinggi. Orang bilang, high risk high return.
Untuk memudahkan dalam memilih saham, Tim Riset CNBC Indonesia menjabarkan beberapa tips yang bisa menjadi pegangan terutama untuk investor pemula, atau yang baru mau memulai membeli saham, tetapi bingung gimana caranya.
Oke, mari kita mulai.
Cara Pertama: Mengacu Indeks
Saking banyaknya saham di BEI, maka tentu tak mudah memilih investasi. Nah investor bisa mengacu kepada indeks saham dengan karakteristik tertentu yang dibuat BEI.
Indeks saham atau Indeks Harga Saham adalah ukuran statistik perubahan gerak harga dari kumpulan saham yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan digunakan sebagai sarana tujuan investasi.
Saat ini BEI memiliki 22 jenis indeks saham yang tercatat di bursa saat ini. Ada yang dibuat oleh otoritas bursa ada pula yang hasil kerja sama dengan pihak swasta, bahkan kerja sama dengan media massa.
Indeks-indeks tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing yang dapat digunakan untuk membaca pergerakan saham secara umum. Nah, salah satu indek yang banyak dibicarakan adalah IHSG.
IHSG merupakan indeks utama yang dijadikan acuan pokok untuk mengukur pergerakan semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. IHSG sendiri sering dijadikan pembanding (benchmark) kinerja reksa dana saham sebagai tolak ukur kinerja.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Selain IHSG, ada juga beberapa indeks yang sering dijadikan acuan dan cukup umum digunakan dalam berinvestasi pada saham yakni:
Indeks LQ45
Sesuai namanya, indeks ini hanya terdiri dari 45 saham terpilih dengan likuiditas tertinggi dan kriteria tertentu lainnya seperti nilai kapitalisasi dan persentase nilai saham beredar (free float). Pemilihan daftar Saham LQ45 dilakukan setiap 6 bulan. Indeks ini lazim menjadi acuan bagi investor dengan dana besar seperti perusahaan aset manajemen untuk meracik reksa dana saham. (Apa itu reksa dana? Sabar ya, bahasan reksa dana akan menyusul)
IDX 30
Indeks yang mengukur performa harga dari 30 saham-saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Indeks Sektoral
Indeks yang mengukur performa harga seluruh saham dari masing-masing sektor industri yang terdapat pada klasifikasi Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA).
Jakarta Islamic Index (JII)
Indeks yang mengukur performa harga dari 30 saham-saham syariah yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas transaksi yang tinggi.
Indeks BISNIS-27
Indeks yang mengukur performa dari 27 saham yang dipilih oleh Komite Indeks Bisnis Indonesia. Indeks BISNIS-27 dibuat berdasarkan kerja sama BEI dengan perusahaan media PT Jurnalindo Aksara Grafika (Bisnis Indonesia).
Selain itu, ada pula Indeks Kompas-100, Infobank 27, dan Investor-33. Dengan mengacu indeks ini, investor punya gambaran mana saham yang akan dibeli untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Cara Kedua: Belajar Analisis
Ibarat pepatah: "Bagai Membeli kucing dalam karung", yang artinya membeli sesuatu tanpa mengetahui apa yang telah dibelinya. Nah, Peribahasa tersebut juga berlaku bagi investor yang ingin membeli saham di pasar modal.
Untuk menghindari kerugian investasi, seorang investor perlu mengetahui saham apa yang dibelinya dengan cara melakukan analisis. Ada dua analisis utama yang biasanya dipergunakan seorang investor dalam melakukan analisis, yaitu analisis fundamental dan teknikal.
Kedua analisis tersebut sama-sama baiknya dan dapat digunakan bersamaan guna mendapatkan saham yang terbaik.
Analisis Fundamental
Melakukan analisa fundamental ibarat melakukan studi kelayakan perusahaan (feasibility study). Ada baiknya investor bertransaksi pada saham-saham berfundamental baik. Saham berfundamental baik, harga sahamnya juga akan cenderung bergerak naik.
Secara umum, kondisi fundamental perusahaan tercermin melalui laporan keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan biasanya didapat nilai wajar harga suatu saham.
Pelajari juga lingkungan bisnis perusahaan, manajemen yang tepat dapat membawa perusahaan berkembang lebih baik dalam menciptakan laba, serta pangsa pasar dan potensi bisnis perusahaan ke depan juga dapat menjadi pertimbangan.
Biasanya saham dengan fundamental baik akan ikut turun ketika fundamental ekonomi di dalam negeri sedang kurang baik, namun ketika situasi kembali normal maka saham-saham berfundamental hampir dipastikan akan kembali naik karena banyak diburu pelaku pasar.
Lebih simpel lagi, dengan analisis fundamental, investor bisa mengecek laporan keuangan perusahaan yang tersedia di BEI. Siapa saja bisa mengakses laporan keuangan tersebut, baik periode tahunan, triwulanan maupun semesteran. Kenapa bisa? Karena dengan label 'Tbk' alias terbuka (sebutannya emiten), maka perusahaan yang tercatat di BEI wajib membuka isi 'jeroan' perusahaan bagi investor publik. Mudah bukan?
Analisis Teknikal
Setelah menemukan saham yang tepat dengan fundamental cukup baik, seorang investor perlu mengetahui kemana arah tren dari saham tersebut. Secara umum tren hanya digolongkan menjadi dua, yakni tren naik (uptrend) dan tren turun (down trend).
Sebaiknya, investor berinvestasi pada saham-saham yang mempunyai tren naik. Saham dengan fundamental baik biasanya harga sahamnya akan bergerak naik dalam jangka panjang, meskipun terlihat berfluktuasi dalam jangka pendek.
Analisis teknikal sendiri digunakan untuk memprediksi tren suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar masa lampau, terutama pergerakan harga dan volume.
Meski tidak bisa memprediksi pergerakan harga di masa depan secara absolut, analisis ini dapat membantu mengantisipasi apa yang mungkin terjadi pada harga di masa mendatang.
Ada investor yang cenderung menggunakan analisis ini (biasanya untuk trading jangka pendek), tapi ada pula yang condong lebih ke fundamental (biasanya yang menganut value investing, atau melihat saham berbasis fundamentalnya).
Cara Ketiga: Perbaharui Informasi
Bekal selanjutnya dalam memilih saham ialah, terus perbaharui pengetahuan terkait dengan isu pasar yang biasanya juga berpengaruh ke harga saham. Informasi ini bisa juga berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, utang pemerintah, depresiasi rupiah, ekspor impor, inflasi, hingga kebijakan yang berpengaruh ke harga saham.
Cara Keempat: Realisasikan!