
Laba Manulife Indonesia 2018 Tembus Rp 2,6 T, Naik 170%
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
16 May 2019 13:22

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) membukukan laba bersih sebesar Rp 2,6 triliun di tahun 2018 atau meningkat 170% dibanding laba bersih tahun 2018.
"Tahun lalu kami mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,6 triliun. Lebih besar dibanding laba yang dicatatkan 61 perusahaan asuransi jiwa lain di tengah goncangan tahun lalu," kata Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia, Jonathan Hekster dalam Konferensi Pers Paparan Laporan Tahunan 2018, Kamis (16/5/2019).
Jonathan mengatakan, kenaikan laba bersih itu terjadi di tengah gejolak di industri asuransi jiwa. Hal itu dinilainya mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap bisnis asuransi menurun. Ia berharap kondisi tersebut bisa segera pulih.
"Beberapa asuransi mengalami kesulitan dan juga mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap bisnis kami. Harapan saya perusahaan-perusahaan itu bisa pulih," ucapnya
Direktur dan Chief Financial Officer Manulife Indonesia Colin Startup menjelaskan, kenaikan laba bersih di tahun lalu disokong oleh adanya kenaikan suku bunga. Pasalnya, Manulife Indonesia banyak melakukan pendekatan konservatif dengan melakukan investasi pada obligasi pemerintah.
"Kami melakukan pendekatan konservatif, yaitu kami melakukan investasi pada obligasi pemerintah. Sehingga, ketika suku bunga bergerak maka akan berpengaruh kepada laba kami," ujar Colin.
Selain itu, kenaikan laba juga didorong oleh produk yang bervariasi, terutama pada produk tradisional. Di tengah volatilitas, lanjut Colin, selama 5 tahun risk based capital (RBC) Manulife Indonesia selalu berada di atas 400%.
"Terlepas dengan adanya pergerakan tingkat bunga, perusahaan kami tetap kuat ditandai dengan RBC kami selalu di atas 400% selama 5 tahun ke belakang," lanjutnya.
Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumonegoro memaparkan sebagian besar dana kelolaan Manulife diinvestasikan pada obligasi/fixed income, ekuitas juga pasar uang. Ia mengakui tahun lalu memang cukup menantang di mana pada kuartal 1 pasar masih tumbuh baik namun mulai bergejolak pada kuartal I,II, dan III.
"Dibanding 2017 hasil investasi kami memang lebih rendah karena IHSG itu turun 3% dibanding 2017. Demikian juga dengan harga obligasi di mana turun dibandingkan 2017." katanya.
Manulife Indonesia mencatatkan klaim yang dibayarkan kepada nasabah senilai lebih dari Rp5,5 triliun. Sebesar Rp300 miliar dibayarkan untuk klaim kematian, Rp500 miliar untuk klaim kecelakaan dan kesehatan, klaim jatuh tempo Rp800 miliar dan sisanya unit link sebesar Rp380 miliar.
Pendapatan premi bersih meningkat 4% sebesar Rp9,2 triliun. Jumlah ekuitas menguat 4% menjadi Rp11,5 triliun di 2018, sedangkan ekuitas pasar asuransi secara keseluruhan menurun sebesar 18%. Sementara, RBC sebesar 461%.
(roy/roy) Next Article Live! Musim Gugur Reksa Dana, Masih Bisa Cuan Gak?
"Tahun lalu kami mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,6 triliun. Lebih besar dibanding laba yang dicatatkan 61 perusahaan asuransi jiwa lain di tengah goncangan tahun lalu," kata Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia, Jonathan Hekster dalam Konferensi Pers Paparan Laporan Tahunan 2018, Kamis (16/5/2019).
Jonathan mengatakan, kenaikan laba bersih itu terjadi di tengah gejolak di industri asuransi jiwa. Hal itu dinilainya mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap bisnis asuransi menurun. Ia berharap kondisi tersebut bisa segera pulih.
Direktur dan Chief Financial Officer Manulife Indonesia Colin Startup menjelaskan, kenaikan laba bersih di tahun lalu disokong oleh adanya kenaikan suku bunga. Pasalnya, Manulife Indonesia banyak melakukan pendekatan konservatif dengan melakukan investasi pada obligasi pemerintah.
"Kami melakukan pendekatan konservatif, yaitu kami melakukan investasi pada obligasi pemerintah. Sehingga, ketika suku bunga bergerak maka akan berpengaruh kepada laba kami," ujar Colin.
Selain itu, kenaikan laba juga didorong oleh produk yang bervariasi, terutama pada produk tradisional. Di tengah volatilitas, lanjut Colin, selama 5 tahun risk based capital (RBC) Manulife Indonesia selalu berada di atas 400%.
"Terlepas dengan adanya pergerakan tingkat bunga, perusahaan kami tetap kuat ditandai dengan RBC kami selalu di atas 400% selama 5 tahun ke belakang," lanjutnya.
Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumonegoro memaparkan sebagian besar dana kelolaan Manulife diinvestasikan pada obligasi/fixed income, ekuitas juga pasar uang. Ia mengakui tahun lalu memang cukup menantang di mana pada kuartal 1 pasar masih tumbuh baik namun mulai bergejolak pada kuartal I,II, dan III.
"Dibanding 2017 hasil investasi kami memang lebih rendah karena IHSG itu turun 3% dibanding 2017. Demikian juga dengan harga obligasi di mana turun dibandingkan 2017." katanya.
Manulife Indonesia mencatatkan klaim yang dibayarkan kepada nasabah senilai lebih dari Rp5,5 triliun. Sebesar Rp300 miliar dibayarkan untuk klaim kematian, Rp500 miliar untuk klaim kecelakaan dan kesehatan, klaim jatuh tempo Rp800 miliar dan sisanya unit link sebesar Rp380 miliar.
Pendapatan premi bersih meningkat 4% sebesar Rp9,2 triliun. Jumlah ekuitas menguat 4% menjadi Rp11,5 triliun di 2018, sedangkan ekuitas pasar asuransi secara keseluruhan menurun sebesar 18%. Sementara, RBC sebesar 461%.
(roy/roy) Next Article Live! Musim Gugur Reksa Dana, Masih Bisa Cuan Gak?
Most Popular