
Laba UNTR Turun 1,87% di Tengah Ambruknya Harga Batu Bara

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) mengalami penurunan laba bersih 1,87% secara tahunan (yoy) sepanjang 2023. Hal ini terjadi di tengah penurunan harga batu bara.
Merujuk pada laporan keuangan, laba bersih emiten anak usaha grup Astra ini per Desember 2023 tercatat sebesar Rp 20,6 triliun. Sementara di tahun 2022, perseroan membukukan laba Rp 21 triliun.
Padahal dari sisi top line, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 128 triliun. Angka ini tumbuh 4% dibandingkan dengan 2022 sejumlah Rp 123 triliun, sedangkan beban pokok penjualan ikut membengkak 4,4% menjadi Rp92 triliun.
Pendapatan ini ditopang oleh pendapatan jasa perseroan yang tumbuh menjadi Rp 60,94 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 51,88 triliun. Lalu, jasa kontraktor penambangan kepada pihak ketiga meraup pendapatan sebesar Rp 53,97 triliun, tumbuh 13% daripada sebelumnya Rp 47 triliun.
Di sisi lain, pendapatan dari jasa mesin konstruksi juga naik dari sebelumnya Rp 3,56 triliun, menjadi Rp 4,72 triliun. Begitupun dengan jasa industri konstruksi yang melesat 90% dari Rp 627 miliar pada 2022, menjadi Rp 1,19 triliun pada 2023.
Adapun pendapatan penambangan batu bara UNTR pada 2023, tercatat naik sekitar 38% dari sebelumnya Rp 10 triliun, menjadi Rp 13,94 triliun. Kemudian jumlah penjualan barang UNTR pada tahun buku 2023 dipastikan melorot menjadi Rp 53,49 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 61,50 triliun.
Sementara itu, posisi nilai aset perseroan pada akhir tahun ini tercatat sebesar Rp 154 triliun atau meningkat dari sebelumnya Rp 140 triliun. Pada periode yang sama posisi liabilitas UNTR sebesar Rp 69,99 triliun. Adapun ekuitasnya tercatat sebesar Rp 84 triliun di tahun 2023.
Sekadar mengingatkan, harga batu bara 2023 dimulai dengan tren kejatuhannya setelah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada September 2022.
Harga batu bara sepanjang tahun 2023 telah ambruk 64,85% menjadi US$ 136,95 per ton per hari terakhir perdagangan, Jumat (29/12/2023).
Pengendalian inflasi melalui pengetatan suku bunga yang mengerem permintaan, produksi berbagai negara penghasil terbesar yang semakin tinggi, dan gangguan rantai pasok akibat perang Rusia-Ukraina yang semakin terkendali menjadi faktor penurunan harga batu bara.
Selain itu, terdapat beberapa sentimen yang menggerakkan harga dalam jangka pendek sepanjang 2023. Sentimen penguat harga jangka pendek diantaranya, suhu panas yang menyebabkan lonjakan permintaan batu bara untuk sumber energi pendingin ruangan dan perang Israel-Hamas yang membuat kekhawatiran pasokan batu bara global.
Sentimen penyebab penurunan harga dalam jangka pendek diantaranya, China yang kembali membuka keran impor dari Australia, lesunya perekonomian China, dan musim dingin Eropa yang relatif lebih hangat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan ARCI, UNTR Akuisisi Tambang Nikel Ini Senilai Rp 1,6 T