
Hari Ini Jokowi Beberkan APBN di Tahun Politik & Terakhirnya

Pelaku pasar perlu mempertimbangkan sejumlah sentimen yang akan menggerakkan IHSG, rupiah, ataupun SBN pada hari ini. Sentimen dari dalam negeri akan datang dari Gedung Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sementara itu, sentimen dari luar negeri akan datang dari risalah Federal Open Market Committee (FOMC).
Hari ini, DPR, MPR, dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) akan menggelar event tahunan Sidang Bersama.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan Pidato Kenegaraan pada pagi hari dan Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-undang (RUU) Tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2024 dan Nota Keuangan pada siang harinya.
Dalam Pidato Kenegaraan, Presiden Jokowi akan menyampaikan fokus pemerintahan ke depan mulai dari politik, hukum, keamanan, hingga ekonomi. Jokowi kemungkinan juga akan menyampaikan pandangannya mengenai tahun politik 2024 mengingat tahun depan ada gelaran pemilihan umum.
Pada siang hari, Presiden Jokowi akan menyampaikan Pidato Pengantar RAPBN 2024.
Pidato ini menjadi perhatian besar baik dari pelaku pasar ataupun pengusaha karena akan menjadi arah bagi pembangunan Indonesia ke depan. Presiden akan membeberkan target makro ekonomi mulai dari pertumbuhan, inflasi, nilai tukar rupiah, lifting minyak mentah dan gas, serta harga minyak mentah Indonesia/ICP untuk 2024.
Presiden juga akan membeberkan target penerimaan negara baik dari perpajakan atau non-perpajakan, fokus belanja pemerintah ke depan, hingga bagaimana pemerintah memenuhi kebutuhan pembiayaan pada 2024. RAPBN 2024 menjadi sangat penting karena 2024 menjadi tahun terakhir pemerintahan Jokowi.
Pelaku pasar ataupun publik akan mencari tahu seperti apa fokus kebijakan pembangunan tahun depan, terutama terkait subsidi BBM, pembangunan infrastruktur, pembiayaan utang, gaji PNS, kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara, serta proyek lain.
Publik juga ingin mengetahui legacy apa yang akan ditinggalkan Jokowi di masa terakhir pemerintahannya.
Kisi-kisi RAPBN 2024 sudah tertuang dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2024.
Dalam dokumen tersebut disebutkan jika pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%-5,7%, inflasi berada pada kisaran 1,5%-3,5%, nilai tukar Rupiah sebesar Rp14.700-Rp15.300 per US$,dan tingkat suku bunga SBN 10 tahun berada pada level 6,49%-6,91%.
Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia sebesar US$75-US$85 per barel, lifting minyak bumi sebesar 597.000-652.000 barel per hari, dan lifting gas sebesar 99.000-1,054 juta barel setara minyak per hari.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun membocorkan sejumlah arahan Jokowi terkait RAPBN 2024 yang dibahas khusus pada rapat kabinet pekan lalu.
Sejumlah arahan yang disampaikan Jokowi dalam rapat RAPBN 2024 di antaranya meminta jajaran menterinya supaya berbagai program pembangunan prioritas nasional diselesaikan dengan baik dan tuntas. Selain itu, ia juga meminta jajaran pembantunya itu untuk mewaspadai perkembangan geopolitik, perubahan iklim, dan ancaman El Nino yang berpotensi mengganggu ketahanan pangan.
Ia juga meminta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui program reformasi pendidikan dan kesehatan dan jaring pengaman sosial yang tepat dan kuat.
CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya berharap Jokowi akan menyampaikan pandangannya mengenai kelanjutan proyek-proyeknya dalam Pidato Kenegaraan. Kepastian kelanjutan proyek menjadi perhatian besar pelaku pasar saat ini.
"Tentunya semua project jangka panjang yang akan dirasakan di masa yang akan datang. Diharapkan semua berkesinambungan jadi semua bisa terarah menjadi lebih baik demi negara yang lebih maju," tutur William, kepada CNBC Indonesia.
Sementara itu, ekonom senior Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto mengatakan belanja pemerintah, pembiayaan, anggaran kesehatan, serta perlindungan sosial akan menjadi perhatian pelaku pasar pada Pidato Nota Keuangan hari ini.
"Kalau dari sisi pasar obligasi pemerintah, investor akan banyak melihat target dari defisit anggaran, sehingga akan diketahui dari sisi pembiayaannya," tutur Rully kepada CNBC Indonesia.
Dari sisi pasar saham, pelaku pasar akan melihat mengenai belanja pemerintah yang akan berdampak kepada kinerja industri, termasuk belanja infrastruktur, kesehatan, perlindungan sosial, subsidi dan kompensasi BBM dan listrik, dan lain-lain.
