Jokowi Cetak Prestasi Langka di Bidang Inflasi Tapi.......

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu membawa perubahan yang cukup baik selama delapan tahun masa kepemimpinannya. Salah satu yang mampu dikelola baik Jokowi adalah inflasi.
Jokowi dijadwalkan akan menyampaikan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2024 pada Rabu (16/8/2023). APBN tersebut akan menjadi APBN tahun terakhir Jokowi.
Sebelum menyimak RAPBN terakhir Jokowi, menarik disimak kembali apa saja yang sudah ditetapkan pemerintahan Jokowi, termasuk inflasi.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 disebutkan jika sasaran inflasi tahun 2020-2024 adalah menjadi 2,7% pada 2024. Target tersebut diharapkan bisa diperoleh melalui penyelesaian permasalahan struktural, pengelolaan ekspektasi, dan penguatan koordinasi.
Di antaranya adalah dengan meningkatkan ketersediaan komoditas pangan strategis, memperkuat tata kelola sistem logistik nasional dan konektivitas antarwilayah, meningkatkan kerjasama antar daerah, menjangkar ekspektasi inflasi dalam sasaran yang ditetapkan, serta meningkatkan kualitas data/statistik.
Selama memimpin Indonesia, Jokowi mampu mendinginkan inflasi Indonesia dari 8,36% pada 2014 menjadi di kisaran 3% pada 2015-2019. Inflasi bahkan menyentuh 1,68% pada 2020. Angka tersebut adalah yang terendah dalam sejarah Indonesia.
Namun, inflasi ultra rendah itu juga dibarengi dengan sejumlah catatan. Inflasi terjadi di tengah ekonomi Indonesia yang mengalami resesi pada periode kuartal II-2020 hingga kuartal I-2021 karena pandemi Covid-19.
Hancurnya ekonomi ikut menekan daya beli sehingga permintaan dan harga barang juga turun drastis.
Inflasi kembali melonjak pada tahun lalu. Inflasi melonjak setelah Jokowi memutuskan untuk menaikkan harga BBM subsidi pada 3 September 2022. Inflasi melonjak menjadi 5,95% (yoy) pada September 2022 tetapi dengan cepat melandai menjadi 3,08% (yoy) pada Juli 2023.
Harga BBM Pertalite yang tadinya hanya Rp7.650 per liter naik menjadi Rp10.000 per liter sampai pada hari ini.
Tak hanya BBM Pertalite, di waktu yang sama harga Solar Subsidi juga mengalami kenaikan menjadi Rp6.800 per liter dari yang sebelumnya Rp5.150 per liter.
Dalam periode pertengahan 2022 itu, Presiden Jokowi tampak kelihatan menyerah pada gejolak situasi global yang berdampak signifikan pada Indonesia khususnya terkait melejitnya harga minyak mentah dunia.
Sebelum pandemi tiba, harga minyak mentah dunia hanya di kisaran US$ 60-an per barel. Namun, harga itu melejit total hingga mencapai US$ 110-an per barel pada pertengahan tahun 2022 ini, imbas dari memanasnya geopolitik atau perang Rusia dan Ukraina.
Memang untuk periode kedua ini kepemimpinan Jokowi cukup diuji dengan Covid-19 dan serangkaian ketidakpastian ekonomi pasca invasi Rusia-Ukraina. Dan sepanjang itu, inflasi 2022 tercatat yang paling melonjak.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)