Newsletter

Ekonomi RI Bikin Kaget Sampai Dipuji Dunia, Pesta Lagi Nih?

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
Selasa, 08/08/2023 06:06 WIB
Foto: Infografis/ Ekonomi Gelap di Mana? Data Sebut RI Cs
  • IHSG menguat tajam dan SBN kembali diburu investor, kemarin, tetapi rupiah malah lesu
  • Wall street ditutup menghijau menyambut cerahnya kinerja laporan keuangan perusahaan
  • Tingginya pertumbuhan ekonomi dan data neraca perdagangan China serta AS akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia -Pasar keuangan Tanah Air secara mayoritas berpesta pada perdagangan kemarin, hari Senin (7/8/2023), hanya mata uang rupiah yang merana. Penguatan terjadi seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal-II 2023 yang mencatatkan kinerja positif.

Rilisnya data pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 5% selama tujuh kuartal beruntun menjadi kabar gembira pelaku pasar akan baiknya perekonomian dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2023 mencapai 5,17%.

Laju pertumbuhan bahkan berada jauh di atas perkiraan pelaku pasar yang dikoleksi polling CNBC Indonesia yang memprediksi pelemahan pertumbuhan ekonomi berada di bawah 5% pada kuartal-II 2023.
Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.


IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melesat 0,49% ke posisi 6.886,36. IHSG hanya perlu 14 basis poin untuk menembus level psikologis 6.900.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan terakhir terbilang sepi yakni hanya mencapai sekitar Rp8,2 triliun, dengan melibatkan 16,27 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1.177 ribu kali.
Sebanyak 275 saham terapresiasi, 245 saham terdepresiasi, dan 323 saham lainnya stagnan.

Kenaikan IHSG didorong aksi beli investor asing yang mencatatkan aksi beli bersih(net buy)mencapai Rp 807,66 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.

Secara sektoral, sektor keuangan menjadi penopang terbesar IHSG pada perdagangan awal pekan kemarin, yakni mencapai 1,37%.

Sejalan dengan sektor keuangan yang menjadi penopang terbesar IHSG kemarin, tiga saham bank raksasa secara berurutan menjadi penopang terbesar IHSG, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 13,7 indeks poin. Bank lainnya adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 9,7 indeks poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 8,4 indeks poin.

Sedangkan, bursa Asia-Pasifik pada perdagangan kemarin bergerak beragam. Indeks Shanghai (SSEC), Hang Seng Hong Kong (HK50), dan KOSPI Korea Selatan (KS11) tertekan di zona merah.

Indeks Taiwan (TWII), PSEi Filipina (PSI), dan STI Index Singapore (STI) menguat di bawah 1%, dengan penguatan 0,90%, 0,88%, dan 0,53%.

Di tengah kenaikan IHSG, mata uang rupiah merana melawan dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan Senin kemarin di posisi Rp 15.180/US$, terkoreksi tipis 0,11% di pasar spot.

Pelemahan Rupiah hari ini justru terjadi di tengah sentimen positif dari dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi domestik tidak mampu menopang mata uang Garuda.

Sentimen positif juga datang dari laporan cadangan devisa (cadev). Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2023 tercatat sebesar 137,7 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2023 sebesar 137,5 miliar dolar AS.

Selain itu BI berdasarkan data setelmen pekan lalu menunjukkan terjadinya arus asing masuk (inflow) yang cukup besar ke domestik.

Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan penutupan pekan lalu harganya melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali naik.
Melansir data dari Refinitiv,imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 0,03 basis poin (bp) menjadi 6,347% kemarin (7/8/2023).

Penurunan yield terjadi seiring aksi beli neto di pasar keuangan domestik sebesar Rp5,33 triliun dengan rincian beli neto Rp1,90 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, mengindikasikan investor sedang membeli SBN.


(mza/mza)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bunga BI Turun, Investor Lokal Jadi Andalan Pasar Saham & SBN

Pages