
Dunia Tak Baik-Baik Saja! AS, Eropa & Jepang Beri Kabar Buruk

Beralih ke Amerika Serikat, bursa Wall Street bertumbangan pada perdagangan Kamis (27/7/2023).
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 237,4 poin atau 0,67% ke 35.282,72. Pelemahan indeks Dow Jones ini mengakhiri kinerja cemerlangnya. Indeks sempat selama 12 hari perdagangan hingga Rabu kemarin. Pelemahan ini juga membuat Dow Jones gagal menyamai rekor terbaiknya pada 1897 yakni menguat selama 13 hari beruntun.
Indeks Nasdaq terkoreksi 77,18 poin atau 0,55% ke 14.050,11 sementara indeks S&P juga tumbang dengan melemah 29,34 poin atau 0,64% ke 4.537,41. Indeks Nasdaq setelah investor melakukan aksi profit taking terhadap saham-saham teknologi raksasa.
"Sinyal-sinyal rally (Dow Jones) akan berhenti sebenarnya sudah terlihat dan baru terjadi pada hari ini. Rally panjang tentu saja membuat pasar lelah," tutur analis BTIG, Jonathan Krinsky, dikutip dari CNBC International.
Tumbangnya Wall Street masih dipicu oleh keputusan The Fed. Pasar kecewa karena The Fed masih membuka opsi kenaikan suku bunga jika data ekonomi AS mendukung.
Hal ini berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang sudah optimis jika tidak akan ada lagi kenaikan setelah Juli.
Data ekonomi AS terbaru juga menunjukkan ekonomi AS masih berlari kencang.
AS mengumumkan dua indikator ekonomi, kemarin, yakni perhitungan pertumbuhan ekonomi terbaru serta klaim pengangguran.
Estimasi terbaru AS menunjukkan ekonomi AS tumbuh 2,4% (quartal to quartal/qtq) pada April-Juni 2023 atau kuartal II-2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yakni 2% ataupun ekspektasi pasar yakni 1,8%.
Pertumbuhan sebesar 2,4% (qtq) juga menunjukkan jika ekonomi AS masih berlari kencang dan jauh dari resesi.
AS juga mengumumkan data klaim pengangguran. Jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran AS menurun 7.000 menjadi 221.000 pada pekan yang berakhir pada 22 Juli.
Jumlah tersebut adalah yang terendah dalam lima bulan terakhir dan jauh di bawah ekspektasi pasar yakni 235.000.
Masih tingginya pertumbuhan ekonomi AS dan menurunnya klaim pengangguran menunjukkan jika ekonomi AS masih panas. Dua faktor ini menjadi sinyal jika inflasi AS bisa sulit turun ke depan.
Akibatnya, harapan pelaku pasar melihat pelonggaran kebijakan The Fed bisa semakin jauh.
"Market kini melihat ada potensi kenaikan lagi pada September di mana kemungkinan itu sebelumnya sudah dihapus market. Data ekonomi terbaru membuat pasar kembali melakukan priced in akan kenaikan suku bunga pada September," tutur analis dari Action Economics, Kim Rupert, dikutip dari Reuters.
Selain keputusan The Fed dan data ekonomi, pelaku pasar juga terus menunggu kinerja laporan keuangan perusahaan.
Sebanyak 44% dari 219 perusahaan di indeks S&P sudah menyetor laporan keuangan
Sebanyak 78% emiten mampu membukukan pendapatan di atas ekspektasi. Emiten teknologi menjadi bintang sementara perusahaan energi menjadi yang paling lesu.
Beberapa perusahaan yang melaporkan kinerja keuangan kemarin adalah Ford dan Mc Donald.
Ford mampu membukukan kenaikan pendapatan sebesar 12% menjadi US$ 45 miliar pada April-Juni 2023.
Pendapatan bersih mereka juga melonjak menjadi US$ 1,9 miliar pada April-Juni, dari US$ 561 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Waralaba fast food Mc Donald mampu membukukan pendapatan sebesar US$ 6,5 miliar pada periode April-Juni 2023, di atas ekspektasi pasar yakni US$ 6,27 miliar.
Laba bersih tercatat US$ 2,31 miliar.