
Dunia Tak Baik-Baik Saja! AS, Eropa & Jepang Beri Kabar Buruk

Kinerja IHSG yang melemah berbanding terbalik dengan mayoritas bursa Asia.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,68%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,41%, Straits Times Singapura melesat 0,98%, ASX 200 Australia menanjak 0,73% dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,44%.
Hanya indeks Shanghai Composite China yang ditutup melemah 0,2%.
Dari pasar mata uang, nilai tukar rupiah justru h menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis hasil data suku bunga Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Refinitiv, Rupiah menguat 0,13% terhadap dolar AS ke posisi Rp 14.995/US$1. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan sebesar 0,16% pada hari sebelumnya sekaligus membawa rupiah kembali ke bawah level US$ 14.000.
Pelemahan rupiah terjadi di tengah kabar mengecewakan The Fed. Dengan The Fed masih membuka opsi kenaikan suku bunga ke depan, rupiah sebenarnya masih bisa tertekan karena guncangan eksternal.
Namun, investor di pasar uang sepertinya sudah melakukan 'priced in' terhadap keputusan The Fed sehingga mata uang Garuda tetap menguat.
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik ke 6,258% dari 6,235% pada perdagangan hari sebelumnya.
Yield yang menanjak menandai harga SBN yang semakin murah karena investor mengobral SBN.
Investor memilih pergi dari pasar SBN karena kebijakan The Fed yang masih membuka opsi kenaikan suku bunga ke depan.