
The Fed Bikin Kecewa, Awas Ekonomi Dunia Rawan Guncangan!

Dari bursa Wall Street Amerika Serikat, mayoritas indeks berakhir di zona merah.
Pada perdagangan Rabu (26/7/2023), indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 82,05 poin atau 0,23% ke posisi 35.520,12. Dengan demikian, indeks Dow Jones sudah menguat selama 13 hari beruntun, rekor terbaiknya sejak 1987.
Sebaliknya, indeks Nasdaq ditutup melemah 17,27 poin atau 0,12% ke 14.127,28 dan indeks S&P 500 terkoreksi 0,71 poin atau 0,02% ke 4.566,75.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan penutupan pada Selasa di mana semua indeks menguat tajam. Anjloknya mayoritas bursa disebabkan kekecewaan pasar terhadap keputusan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25-5,5%.
Dengan kenaikan tersebut, suku bunga the Fed (The Fed Fund Rate/FFR) sudah naik sebanyak 11 kali dengan total kenaikan sebesar 525 bps sejak Maret 2022. Suku bunga di level 5,25-5,5% saat ini adalah yang tertinggi sejak 2001 atau 22 tahun terakhir.
Kenaikan suku bunga sebesar 25 bps sudah sesuai ekspektasi pasar
Namun, yang membuat pasar kecewa adalah The Fed masih membuka kemungkinan kenaikan ke depan tergantung pada perkembangan data ekonomi.
Padahal, pasar berekspektasi jika kenaikan pada Juli akan menjadi yang terakhir tahun ini.
Chairman The Fed Jerome Powell menjelaskan keputusan suku bunga akan sangat tergantung pada data yang berkembang.
"Bisa saya katakan ada kemungkinan bahwa kami akan menaikkan suku bunga kembali di September jika datanya meyakinkan," tutur Powell.
Namun, Powell juga mengindikasikan ada peluang The Fed untuk menahan suku bunga ke depan jika datanya mendukung.
"Saya juga bisa katakan ada peluang bagi kami untuk memilih menahan suku bunga. Kami akan melakukan penilaian secara hati-hati dari meeting ke meeting," imbuh Powell.
Pernyataan Powell ini tentu saja membuat pasar kecewa.
"Pesan yang diterima pasar adalah bahwa pernyataan Powell tidak menyelesaikan persoalan. Akan ada selalu kejutan besar ke depan," tutur analis Edward Jones, Angelo Kourfafas, dikutip dari Reuters.
Ekonom Nationwide, Kathy Bostjancic, juga memberi tanggapan senada. Menurutnya, pernyataan Powell membuat pasar tidak bisa menyimpulkan kebijakan The Fed ke depan dengan jelas.
"Petunjuk untuk kebijakan ke depan masih tak berubah karena Komite tetap membuka kenaikan suku bunga lagi jika inflasi tidak bergerak dalam tren penurunan," tutur Bostjancic, dikutip dari AP News.
Di luar keputusan The Fed, penggerak pasar lainnya adalah kinerja perusahaan. Emiten teknologi masih menjadi bintang dengan membukukan keuntungan yang jauh di atas ekspektasi pasar.
Induk Facebook, Meta, membukukan kenaikan pendapatan sebesar 11% menjadi US$ 32 miliar pada April-Juni 2023. Ini adalah pertama kali perusahaan membukukan pendapatan double digit sejak akhir 2021.
Pendapatan Meta jauh di atas ekspektasi pasar yakni US$ 31,12 miliar.
Meta juga mengatakan jika pengguna aktif Facebook melonjak 5% pada April-Juni 2023 menjadi 2,06 miliar.
Sebelumnya, Micorosft melaporkan pendapatan mereka naik menjadi US$ 56,19 miliar pada April-Juni 2023, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni US$ 55,47 miliar
Laba bersih perusahaan mencapai US$ 20,08 miliar pada April-Juni 2023 naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni US$ 16,74 miliar
Google melaporkan kenaikan pendapatan sebesar 7% menjadi US$ 74,6 miliar pada April-Juni 2023, lebih tinggi US$ 2 miliar dari ekspektasi pasar.
Pendapatan Google dari Ad naik 4,7% (yoy) menjadi YS$ 42, 6 miliar.
"Keuntungan terbesar sepanjang tahun ini sejauh ini ditorehkan emiten teknologi," tutur David Bahnsen, chief investment officer dari the Bahnsen Group, dikutip dari Reuters.