
Genting! The Fed Akan Tentukan Nasib Dunia Hari Ini

Mayoritas bursa Asia menguat pada perdagangan kemarin. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melesat 4,10%, Shanghai Composite China menanjak 2,13%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,64%, indeks KOSPI Korea Selatan naik 0,30%, dan Indeks S&P/ASX 200 menguat 0,6%.
Hanya indeks Nikkei 225 Jepang yang jatuh 0,46%.
Dari pasar, nilai tukar rupiah akhirnya kembali menguat terhadap dolar AS pada perdagangan kemarin. Penguatan ini menjadi angina segar karena rupiah sempat melemah dan stagnan pada dua hari perdagangan terakhir.
MelansirĀ datiĀ Refinitiv, Rupiah menguat 0,20% terhadap dolar AS ke posisi Rp 14.990/US$1 atau kembali bergerak di bawah level psikologis Rp 15.000/US$1.
Penguatan rupiah salah satunya ditopang oleh keputusan BI yang menahan suku bunga.
Gubernur BI Perry Warjiyo juga menekankan jika stabilitas rupiah kini menjadi fokus utama BI. Perry juga optimis jika mata uang Garuda akan menguat ke depan sejalan dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta mengalirnya dana asing ke Indonesia.
"BI memperkirakan nilai tukar rupiah menguat cenderung dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inlfasi rendah imbal hasil aset keuangan menarik dan dampak positif implementasi PP 36 2023 tentang DHE sumber daya alam," jelas Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur, Selasa (25/7/2023).
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik k3 6,233% dari 6,246% pada perdagangan hari sebelumnya.
Yield yang melandai menandai harga SBN yang semakin mahal karena investor mengincar SBN.