
Genting! RI, AS, Jepang & Eropa Adu Kuat Suku Bunga Pekan Ini

Investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan menggerakkan pasar baik hari ini ataupun sepekan ke depan. Terlebih, pekan ini akan diwarnai oleh banyaknya bank sentral yang akan menggelar rapat moneter.
Setidaknya ada lima bank sentral yang akan akan menggelar rapat moneter pada pekan ini. Di antaranya adalah Bank Indonesia (BI), The Fed (AS), bank sentral Eropa (ECB), bank sentral Jepang (BoJ), dan bank sentral Afrika Selatan.
Ke lima bank sentral tersebut menggelar rapat moneter dengan latar belakang berbeda yang kemungkinan berdampak kepada keputusan mereka.
Dari Indonesia, BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Senin dan Selasa pekan ini (24-25 Juli 2023) dan akan mengumumkan hasil rapat pada Selasa besok.
Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 12 analis/ekonom memperkirakan jika BI masih akan menahan suku bunga di level 5,75% pada bulan ini.
Analis/ekonom menjelaskan jika BI masih akan menahan suku bunga karena masih ada risiko dari eksternal.
Suku bunga di level 5,75% sudah berlaku sejak Januari tahun ini atau enam bulan berakhir.
Inflasi Indonesia memang sudah jauh melambat dari 5,95% (yoy) pada September 2022 menjadi 3,52% (yoy) pada Juni 2023. Inflasi inti juga sudah melandai dari 3,36% (yoy) pada Desember 2022 menjadi 2,58% (yoy) pada Juni 2023.
Namun, fokus BI saat ini adalah menjaga stabilitas rupiah bukan lagi menjaga ekspektasi inflasi.
Stabilitas rupiah sepanjang bulan ini masih sangat fluktuatif karena ekspektasi pelaku pasar mengenai kebijakan di AS serta perkembangan ekonomi di China yang melambat.
Rupiah mampu terbang 1,16% pada dua pekan lalu tetapi kemudian jeblok 0,43% pada pekan lalu.
Jika kemudian hasil rapat FOMC tidak sesuai pasar maka ada risiko rupiah kembali tertekan. Karena itulah, sulit bagi BI untuk memulai memangkas suku bunga pada bulan ini.
Pekan ini juga menjadi periode yang sangat penting bagi pasar keuangan global dan Indonesia karena ada rapat FOMC pada Selasa dan Rabu (25-26 Juli) waktu AS. The Fed akan mengumumkan hasil rapat pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Rapat FOMC pada bulan ini sangat ditunggu-tunggu karena menjadi "moment of the truth" atas ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed.
Tak hanya keputusan suku bunga yang ditunggu tetapi publik hingga pelaku pasat juga menanti pernyataan atau sinyal kebijakan The Fed setelah bulan ini.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 99,2% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5% pada bulan ini. Namun, yang ingin ditunggu pasar adalah apakah The Fed memberi sinyal kapan pelonggaran kebijakan akan dilakukan.
Pelaku pasar berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini. Pasalnya, inflasi AS sudah jauh melandai ke 3% (yoy) pada Juni tahun ini, dari 9,1% (yoy) pada Juni tahun lalu.
Kebijakan The Fed ini akan ditunggu oleh pelaku pasar global dan Indonesia. Jika keputusan The Fed sesuai ekspektasi pasar maka pasar akan bergerak ke arah positif.
Bagi Indonesia, pelonggaran kebijakan The Fed bisa berarti dua hal yakni masuknya dana asing serta harapan adanya peningkatan ekspor ke AS. Pasalnya, kebijakan The Fed yang dovish diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi Negara Paman Sam sehingga permintaan barang dari AS akan semakin meningkat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS0 mencatat ekspor non-migas ke Amerika Serikat (AS) jatuh 4,6% (month to month/mtm) menjadi US$ 1,96 miliar pada Juni 2023. Ekspor ke Negara Paman Sam bahkan ambruk 22,7% pada semester tahun ini menjadi US$ 10,02 miliar.
(mae/mae)