
Ekonomi China Makin Lesu, Harga Batu Bara Makin Layu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus terkoreksi hingga menyentuh titik terendah sejak 29 Juni 2021 atau terendah dalam dua tahun terakhir. Untuk pertama kalinya sejak Mei 2022 atau setahun lebih, harga batu bara juga jatuh selama delapan hari beruntun.
Merujuk data Refinitiv, harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle pada perdagangan Kamis (13/7/2023) ditutup di posisi US$ 127,15 per ton. Harga batu bara terkoreksi tipis 0,7%.
Posisi penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 29 Juni 2021 di mana harga batu bara menyentuh US$ 124,25 per ton.
Sepanjang Juli atau dalam delapan hari terakhir harga batu bara selalu ditutup di zona merah, hingga terkapar 17,1%. Sejak awal tahun, harga batu bara telah terjun bebas 67,1%.
Ambruknya harga batu bara masih disebabkan sejumlah faktor semakin lesunya ekonomi China, proyeksi melandainya permintaan dari India dan Eropa, serta jatuhnya harga gas alam.
Tanda-tanda lesunya ekonomi China semakin jelas dalam data perdagangan mereka. Tiongkok melaporkan ekspor anjlok 12,4℅ yoy, ini menjadi yang paling dalam sejak Februari 2020. Sementara impor terkoreksi 6,8℅, penyusutan ini memperpanjang tren pelemahan selama empat bulan beruntun.
Ekspor dan impor yang terkoreksi mencerminkan masih lemahnya permintaan dari dalam negeri China serta mitra dagang mereka. Kondisi akan mengurangi kebutuhan listrik serta sumber energi penyolongnya seperti batu bara. Akibatya, permintaan batu bara melemah dan harga terus tertekan.
Meskipun begitu, data impor batu bara China menunjukkan adanya perbaikan pada Juni, pasca merosot dua bulan sebelumnya. Data Bea Cukai China menunjukkan kebutuhan batu bara berkualitas tinggi dari pasar luar negeri untuk memasok perusahaan listrik yang mengalami awal musim peningkatan permintaan listrik.
Melansir Reuters, Konsumen batu bara terbesar dunia membeli 39,81 juta batu bara bulan ini, meningkat dari Mei yang hanya 39,58 juta metrik ton. Selama semester pertama 2023, China telah mengimpor 221,93 juta ton, melonjak hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu.
Kabar buruk juga dilaporkan dari India yang merupakan konsumen batu bara terbesar kedua dunia. India menunjukkan peningkatan pasokan pada 8 Juli 2023 ungkap data CoalMint. Selama minggu ke-26 tahun 2023, stok batubara termal di pelabuhan India mencapai 17,32 juta ton dibandingkan dengan 16,89 juta ton di minggu ke-25, atau meningkat 3% secara mingguan.
Tidak hanya itu, impor batu bara thermal India sepanjang Juni anjlok 24% menjadi 13,95 juta ton di tengah perbaikan produksi batu bara India. Secara tahunan (yoy), impor batu bara India turun hingga 33% dibanding Juni 2022 sebanyak 20,65 juta ton.
Sedangkan, produksi batu bara India meningkat 12%, menjadi 58 juta dibandingkan 51,56 juta pada Juni 2022.
Lonjakan stok terpantau di Pelabuhan Navlakhi, Green Gold dan PRH Resources. Demikian pula, Welspun mencatat kenaikan stok batu bara yang signifikan di pelabuhan Tuna. Di pelabuhan Vizag, India Coke dan Power Pvt. Ltd mencatatkan lonjakan stok lebih dari dua kali lipat.
Dengan pasokan yang melimpah, meningkatnya produksi alam negeri, serta datangnya musim hujan maka impor dari India diperkirakan akan turun ke depan. Artinya, harga batu bara semekain tertekan.
Permintaan dari Eropa juga diproyeksi turun drastis sejalan dengan masih memadainya pasokan gas serta tingginya produksi listrik dari pembangkit tenaga angin.
Pelemahan juga terlihat pada gas alam sebagai substitusi komoditas energi batu bara. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) turun tipis 0,12% ke 26,607 euro per mega-watt hour (MWh) kemarin.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Meroket 10%, Harga Batu Bara Amblas Lagi, Ada Apa?