- IHSG dan rupiah kompak menguat pada perdagangan kemarin
- Wall Street melanjutkan penguatan dengan ditopang ekspektasi melandainya inflasi AS
- Data inflasi AS dan kondisi China akan menjadi sentimen utama penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin, Selasa (11/7/2023). Pasar saham menguat, sedangkan rupiah kembali bertaji.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan masih bergerak dalam zona hijau hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 0,98% ke posisi 6.796,92. Tinggal sedikit lagi, IHSG dapat kembali menembus level psikologis 6.800.
Dengan penguatan kemarin maka IHSG sudah menguat dua hari beruntun dengan penguatan mencapai 1,19%. Jika IHSG menguat pada hari ini maka ini akan menjadi penguatan selama tiga hari beruntun atau hattrick.
Secara sektoral, beberapa sektor menjadi pendorong IHSG kemarin, yakni sektor energi (3,79%), sektor kesehatan (2,38%), sektor konsumer sekunder (1,61%), dan sektor bahan baku (1,26%).
Saham raksasa batu bara berkapitalisasi pasar terbesar ketiga di bursa yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pendorong terbesar IHSG yakni sebesar 23,1 indeks poin.
Selain itu, dua saham bank raksasa yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga menjadi saham pendorong IHSG, yakni masing-masing 9,6 indeks poin dan 2,7 indeks poin.
Penguatan IHSG terjadi di tengah bursa Asia yang menghijau. Hingga akhir perdagangan hari ini, indeks Nikkei 225 naik tipis 0,04%, Hang Seng melesat 0,97%, Shanghai Composite menguat 0,55%, dan Straits Times Singapura naik 0,46%.
Sementara itu, nilai tukar rupiah akhirnya berakhir positif setelah terpuruk empat hari beruntun. Penguatan Rupiah hari ini akhirnya memutus pelemahan yang terjadi sejak 5 Juli 2023.
Berdasarkan data Refinitiv, pada perdagangan Selasa (11/7/2023) rupiah ditutup di posisi Rp15.135/US$ atau menguat 0,36%. Penguatan ini menjadi angin segar di tengah gempuran berita negatif yang menggempur mata uang Garuda.
Rupiah menguat di tengah investor yang menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi acuan bagi bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) mengenai kebijakan suku bunganya.
Saat ini para pelaku pasar memiliki ekspektasi bahwa suku bunga acuan The Fed akan naik 25 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini setelah jeda kenaikan pada pertemuan Juni.
Selain itu, pernyataan tegas BI yang berkomitmen menjaga rupiah ikut mendorong penguatan rupiah.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Senin (10/7/2023), menegaskan jika akan terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar melalui triple intervention dan operation twist.
Indeks utama saham Amerika Serikat menguat karena pedagang menunggu data inflasi utama yang dijadwalkan untuk dirilis pada hari ini, Rabu (12/7/2023).
Indeks Dow Jones naik 317,02 poin, atau 0,93%, ditutup pada 34.261,42. Kemudian indeks S&P500 naik 0,67% dan berakhir di 4.439,26. Kemudian indeks Nasdaq naik 0,55% menjadi 13.760,7.
Saham Salesforce naik hampir 4% setelah perusahaan mengumumkan akan menaikkan harga secara keseluruhan pada Agustus.
Sementara saham Activision Blizzard melonjak 10% lebih setelah hakim federal menolak permintaan Komisi Perdagangan Federal untuk perintah awal menghentikan akuisisi perusahaan video game oleh Microsoft. Keputusan itu berarti bahwa kedua perusahaan semakin dekat untuk menyelesaikan kesepakatan mereka.
Laporan indeks harga konsumen pada Juni yang akan dirilis Rabu, serta indeks harga produsen Juni yang akan dirilis Kamis pekan ini, akan menjelaskan apakah penurunan inflasi terus berlanjut.
Data inflasi akan menentukan arah suku bunga di masa depan. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan indeks naik 3,1% bulan lalu dari tahun ke tahun.
Investor telah memperkirakan kenaikan 25 basis poin pada pertemuan The Fed pada 25-26 Juli.
Tetapi para pelaku pasar masih ragu-ragu tentang apa yang akan dilakukan bank sentral pada pertemuan September setelah data pekerjaan yang kuat minggu lalu menimbulkan kekhawatiran bahwa pembuat kebijakan akan kembali menaikkan suku bunga setelah jeda bulan Juni.
"Saya pikir (pada hari Rabu) Anda akan melihat bukti lebih lanjut bahwa inflasi yang diukur IHK terus menurun. Dan banyak di antaranya karena dampak Covid. Tapi itu tidak cukup baik untuk The Fed. The Fed kekhawatiran tentang adanya [a] spiral harga upah," kata Brent Schutte, kepala investasi di Northwestern Mutual Wealth Management Company, dikutip CNBC Internasional pada Selasa (11/7/2023).
"Saya pikir akan ada resesi, karena Fed (akan) terus berjalan sampai mereka melihat pasar tenaga kerja retak dan sampai (pertumbuhan) upah jauh di bawah 4%," lanjut Schutte.
Pada perdagangan hari ini IHSG berpotensi menguji resisten di 6.800, di mana area support terdekat di 6.700. Ada beberapa sentimen dari dalam maupun luar negeri yang berpotensi menjadi penggerak IHSG hari ini,
Sentimen dari luar negeri, indeks Wall Street berhasil menguat pada perdagangan Selasa (11//2023). Hal ini menjadi kabar positif karena indeks Dow Jones dan lainnya seringkali menjadi acuan bursa saham dunia.
Penguatan Wall Street karena ada harapan bahwa inflasi kembali melandai ke sekitar 3%. Konsensus ekonom menyebut, CPI atau Indeks Harga Konsumen (IHK) AS per Juni akan turun menjadi 3,1% (year on year/yoy) pada Juni dari bulan sebelumnya yang tercatat 4% (yoy), dan menandai laju tahunan paling lambat sejak Maret 2021.
Setali tiga uang, CPI inti tahunan juga diperkirakan akan melandai ke 5% dari bulan sebelumnya 5,3%.
Sementara PPI atau indeks harga produsen, yang merupakan inflasi dari sudut pandang produsen dan grosir, diproyeksikan naik 0,2% bulan lalu, setelah turun 0,3% di Mei.
PPI kemungkinan naik hanya 0,2% dari posisi tahun lalu, yang akan menandai kenaikan tahunan terkecil sejak September 2020, dan dibandingkan dengan puncak 11,7% pada Maret tahun lalu.
Jika CPI dan PPI melandai maka itu menjadi sinyal kuat jika ekonomi AS akan melemah. Pelemahan ekonomi akan membuat pasar tenaga kerja AS yang masih panas saat ini bisa mendingin sehingga inflasi pun akan terus melemah dan mendekati target The Fed yakni 2%.
Sementara dari dalam negeri seputar pengesahan RUU Kesehatan menjadi Undang-undang berpotensi masih mampu mengerek saham sektor kesehatan seperti Rumah Sakit.
Pada perdagangan kemarin, Saham RS Siloam PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) terbang 9,89% ke Rp2.000/saham. Kemudian, saham PT Bundamedik Tbk (BMHS) melonjak 5,03% ke level Rp376/saham.
Saham PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) juga tidak mau kalah, naik 4,98% ke Rp5.800/saham. PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dan PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) masing-masing terapresiasi 3,94% dan 2,94%.
Saham PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) dan PT Royal Prima Tbk (PRIM) juga menghijau dengan kenaikan secara beruntun 2,78% dan 2,27%. Saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) juga ikut terkena efek kenaikan, yakni sebesar 1,92%.
Peraturan yang disahkan ini menurut riset CGS CIMB oleh Ryan Winipta akan berdampak positif bagi rumah sakit karena mereka akan mendapat manfaat dari peningkatan jumlah dokter dalam dan luar negeri.
"Dalam pandangan kami, ini dapat membantu meningkatkan lalu lintas rumah sakit, hunian, dan pada akhirnya margin EBITDA," katanya pada riset terbarru.
"Selain itu, ini dapat mempercepat perluasan rumah sakit, terutama ke kota-kota Tier-2 dan Tier-3, berkat program spesialis berbasis perguruan tinggi yang baru," tambahnya.
Namun Ryan mengatakan dampaknya baru terasa dalam jangka panjang yakni 3-4 tahun ke depan setelah RUU tersebut secara resmi diterapkan dam lebih banyak dokter tersedia.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data ekonomi pada Rabu (12/7/2023):
- Inflasi Produsen Jepang YoY pada Juni (6.50 WIB)
- Tingkat inflasi Amerika Serikat Tahunan pada Juni (19.30 WIB)
- Tingkat inflasi Amerika Serikat Bulanan pada Juni (19.30 WIB)
- Tingkat inflasi inti Amerika Serikat Tahunan pada Juni (19.30 WIB)
- Tingkat Inflasi Inti Amerika Serikat Bulanan pada Juni (19.30 WIB)
- Tingkat persediaan bahan bakar minyak Amerika Serikat per 7 Juli 2023 (21.30 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada Senin:
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) TRIS (10.00 WIB)
Data Indikator Ekonomi Makro