
Kabar Bahagia! Rupiah Akhirnya Bangkit Usai Terpuruk 4 Hari

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya bangkit setelah terpuruk empat hari beruntun. Penguatan Rupiah hari ini akhirnya memutus pelemahan yang terjadi sejak 5 Juli 2023.
Berdasarkan data Refinitiv, pada perdagangan hari ini (11/7/2023) rupiah ditutup di posisi Rp15.135/US$ atau dengan kata lain menguat 0,36%. Penguatan ini menjadi angin segar di tengah gempuran berita negatif yang menggempur mata uang Garuda ini.
Bangkitnya nilai Rupiah ditengarai karena informasi ekspektasi pasar terhadap inflasi Amerika Serikat (AS) pada Senin (10/7/2023) pukul 22.00 WIB. Hasil ekspektasi tersebut adalah perkiraan inflasi yang melandai pada Juni dari 4% (year on year/yoy) pada Mei 2023
Pasar meyakini inflasi AS melandai dibandingkan periode Mei 2023 karena ekonomi AS mulai tertekan setelah bank sentral AS The Federal reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sejak Maret 2022 hingga menyentuh 5,0-5,25% pada Juni 2023.
Dampak kenaikan suku bunga yang signifikan tersebut pun telah terasa dengan jatuhnya angka inflasi yang drastis dari puncaknya pada Juni 2022 (9,1%) hingga Mei 2023 (4,0%).
Pada hari Rabu (11/7/2023), Departemen Tenaga Kerja AS akan mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) baik tahunan maupun bulanan. Selain itu, informasi Indeks Harga Produsen (IPP) akan dirilis pada Kamis (13/7/2023). I
Data inflasi dan IPP menjadi pertimbangan The Fed untuk menentukan suku bunga pada akhir bulan ini. Jika inflasi masih kencang maka The Fed bisa kembali hawkish dan rupiah akan tertekan.
Ekspektasi kebijakan The Fed yang hawkish membuat investor asing meninggalkan Indonesia. Data Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa investor asing memiliki Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 843,09 triliun atau 15,38% pada hari Jumat (7/7/2023).
Jumlah kepemilikan tersebut mengalami penurunan sebesar Rp 3,8 triliun jika dibandingkan dengan akhir Juni. Pada akhir Juni sebelumnya, persentase kepemilikan asing pada SBN masih mencapai 15,51% atau senilai Rp 846,89 triliun.
Namun, pernyataan tegas BI yang berkomiten menjaga rupiah ikut menopang penguatan rupiah di tengah aksi jual asing.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Senin (10/7/2023), menegaskan jika akan terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar melalui triple intervention dan operation twist.
"Untuk operasi moneter valas terus kami perkuat untuk implementasi TD (term deposit) valas DHE dan penambahan frekuensiserta tenor lelang TD valas jangka pendek," ujar Destry. Dia juga menambahkan jika masih ada ruang bagu rupiah untuk menguat ke depan.
"BI masih melihat ruang apresiasinilai tukar rupiah masih ada di tengah surplus transaksi berjalan," papar Destry.
"Kami perkirakan juga masuknya aliran modal asing seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat inflasi rendah dan imbal hasil aset keuangan domestik yang masih menarik," tambah Destry.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Balik Arah, The Fed Diprediksi Bakal Pangkas Suku Bunga