'Bom' Baru Bikin Amerika - China Memanas, RI Dibuat Repot
- IHSG kembali ke level psikologis 6.700, sedangkan rupiah melemah terhadap dolar AS
- Wall Street kompak melemah setelah rilis risalah FOMC The Fed
- Investor akan mencerna risalah FOMC The Fed. Kabar lanjutan aksi saling balas AS-China juga tak luput dari perhatian pasar.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses kembali ke level psikologis 6.700, sedangkan rupiah kalah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (5/7/2023).
Pasar keuangan Indonesia masih rawan tekanan pada hari ini karena sejumlah sentimen. Hari ini, investor akan mencerna rilis risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The FEd) dan sejumlah data makro lainnya. Cum dividen sejumlah emiten juga ikut mewarnai pergerakan pasar domestik.
Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG ditutup naik 0,56% pada perdagangan kemarin, kembali ke level psikologis 6.700, menjadi 6.719,06 pada perdagangan Rabu (5/7/2023). Pada Rabu, total transaksi mencapai Rp 8,99 triliun dengan volume 18,69 miliar saham.
Sebanyak 322 saham menguat, 207 terkoreksi, dan 205 stagnan.
Pelaku pasar masih mencerna dan menakar implikasi dari melandainya inflasi terhadap kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan kaitannya dengan aliran modal ke pasar saham.
Inflasi yang rendah bisa membuat investor tidak lagi begitu khawatir terhadap suku bunga.
Berdasarkan data BPS inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2023 tercatat sebesar 0,14% (month-to-month/mtm), sehingga IHK secara tahunan menjadi 3,52% (yoy), lebih rendah dari inflasi IHK bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,00% (yoy).
Ke depan, BI juga meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023.Namun, ekonom melihat BI masih ogah memangkas suku bunga tahun ini.
Dalam jajak pendapat Reuters yang dilakukan pada 14-19 Juni lalu, hampir dua pertiga dari responden, 15 dari 23, mengatakan, BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,75% selama sisa tahun ini. Adapun, 8 ekonom memperkirakan ada pemangkasan suku bunga pada 2023.
Perkembangan ekonomi terbesar kedua dunia, China, juga tak luput dari perhatian investor. Ini karena China adalah mitra dagang terbesar serta salah satu investor asing terbesar bagi Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah mengungkapkan, kontraksi 1% ekonomi China dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3% hingga 0,6%.
Berbeda nasib, nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sehingga ditutup di bawah level psikologis Rp 15.000/US$.
Merujuk dataR efinitiv, rupiah di pasar spot ada ditutup di posisi Rp 15.010/US$. Rupiah terkoreksi 0,13% pada Rabu (5/7). Posisi penutupan pada hari ini adalah yang terendah sejak 30 Maret 2023 atau 3 bulan lebih.
Pelemahan pada hari ini juga menjadi kabar buruk setelah mata uang Garuda menguat Selasa. Rupiah langsung dibuka melemah pada hari ini dan tak mampu menguat.
Melemahnya mata uang rupiah sejalan dengan ambruknya mata uang Asia lainnya, dari peso Filipina, baht Thailand, yen Jepang, won Korea, hingga dolar Singapura.
Ambruknya rupiah dan mata uang Asia lainnya disebabkan oleh ketegangan China dan Amerika Serikat (AS) terkait ekspor bahan chip semi konduktor.
MelansirWall Street Journal(WSJ), Senin (4/7), China menerapkan pembatasan ekspor pada dua mineral yang menurut AS sangat penting untuk produksi semikonduktor, sistem rudal, dan sel surya. Ini bisa jadi bentuk pamer 'otot' ala China menjelang pembicaraan ekonomi antara dua negara tersebut.
Mineral yang dimaksud, yakni gallium dan germanium, bersama dengan lebih dari lusinan material terkait lainnya akan tunduk pada kontrol ekspor yang tidak dijelaskan secara rinci mulai 1 Agustus mendatang, seperti yang diumumkan oleh Kementerian Perdagangan Beijing pada Senin.
Ketegangan AS dan China tersebut membuat pelaku pasar keuangan global khawatir sehingga investor menarik modal dan investasi mereka dari Asia dan Emerging Market. Capital outflow pun membuat mata uang rupiah goyang.
Eko Listiyanto, Wakil Direktur INDEF, memandang dinamika rupiah disebabkan oleh tantangan global sepanjang 2023 ini.Beliau menambahkan pergerakan rupiah akan cukup stabil berada di kisaran Rp 15.000/US$.
Eko mengatakan, "Dari sisi nilai tukar fluktuasinya, tidak seganas tahun lalu sampai akhir tahun." Secara jangka panjang, beliau merasa mata uang rupiah akan cukup stabil yang didukung oleh penurunan inflasi yang konsisten.
(trp/trp)