
Amerika Menuju Resesi, Surat Utang RI Diserbu Asing

Jakarta, CNBC Indonesia - Surat Utang Negara (SUN) diserbu peminat pada lelang terakhir, terutama investor asing. Penawaran yang datang bahkan menjadi yang tertinggi sepanjang tahun ini.
Pemerintah melaksanakan lelang SUN kemarin, Selasa (13/6/2023), untuk tujuh seri. Di antaranya adalah SPN12230914 (reopening), SPN12240229 (reopening), FR0095 (reopening), FR0096 (reopening), FR0098 (reopening), FR0097 (reopening) dan FR0089 (reopening).
Total penawaran yang diterima pemerintah mencapai Rp 76,24 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini. Jika ditarik lebih jauh, penawaran yang datang pada lelang kemarin menjadi yang terbesar sejak Februari 2022 atau 16 bulan terakhir.
Dari penawaran masuk, penawaran dari investor asing tercatat Rp 19,16 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi tahun ini. Bila ditarik lebih jauh, penawaran dari investor asing ini adalah yang tertinggi sejak Agustus 2021 atau hampir dua tahun.
Dari jumlah penawaran tersebut, pemerintah hanya menyerap utang dari investor asing sebesar Rp 6,68 triliun, tertinggi sejak 14 Maret 2023. Secara keseluruhan, pemerintah menyerap utang senilai Rp 15 triliun. Artinya, pemerintah memenuhi target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 15-22,5 triliun.
Dari total tujuh seri yang ditawarkan, dua seri tidak dilirik oleh investor asing yakni SPN12230914 (reopening) dan SPN12240229 (reopening).
Seri benchmark FR0096 kembali menjadi buruan asing. Seri tersebut akhirnya bisa mendatangkan penawaran hingga Rp 8,71 triliun setelah hanya mendapatkan tawaran di bawah Rp 2 triliun dalam beberapa lelang terakhir.
Direktur SUN Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Deni Ridwan lonjakan permintaaan pada lelang karena pelaku pasar meyakini bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan segera mengakhiri kenaikan suku bunga.
The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada hari ini waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
"The Fed akan mempertahankan Fed Fund Rate di tengah indikator ekonomi AS yg mulai diwarnai pelemahan. Kondisi di atas mendorong peningkatan minat investor pada lelang SUN," tutur Deni, dalam keterangan resminya.
Dengan meningkatnya penawaran maka pemerintah bisa memilih yield penawaran yang lebih rendah sehingga menurunkan ongkos pinjaman.
"Seiring dengan meningkatnya demand SUN di pasar perdana dan tren penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah dapat memperoleh borrowing cost yang lebih kompetitif," imbuhnya.
Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun ke 6,303% atau level terendahnya sejak Februari 2022 atau lebih dari setahun terakhir.
Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada seri benchmark FR0096 tenor 10 tahun tercatat 6,22%. Imbal hasil yang diminta investor pada lelang kemarin sebagian turun, terutama untuk tenor 5 dan 15 tahun.
Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada seri benchmark FR0095 tercatat 5,86%, lebih rendah dibandingkan pada lelang sebelumnya 6,38%.
Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan tenor 15 tahun tercatat 6,58%, lebih rendah dibandingkan pada lelang sebelumnya 6,68%.
Lonjakan permintaan surat utang RI terjadi di tengah kabar lesunya ekonomi China dan Amerika. Ekonomi AS bahkan terancam resesi jika The Fed terus menaikkan suku bunga.
Sejumlah data menunjukkan inflasi AS melemah. Seerti diketahui, inflasi AS melandai ke 4,0 % (year on year/oy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.
Inflasi AS juga melemah ke 0,1% (mtm) pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.
Indeks PMI non-manufaktur AS atau sektor jasa melandai ke 50,4 pada Mei 2023, dari 51,9 pada April. Indeks juga berada di posisi terendahnya dalam lima bulan terakhir.
PMI manufaktur AS juga jeblok ke 48,4 pada Mei, dari 50,2 pada April. Dengan PMI ada di angka 48,4 maka aktivitas manufaktur AS kini sedang fase kontraksi.
Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran bertambah 261.000 pada pekan yang berakhir pada 3 Juni 2023. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2021.
Tingkat pengangguran AS juga naik menjadi 3,7% pada Mei yang merupakan rekor tertinggi sejak Oktober 2022.
Data-data tersebut menunjukkan jika dampak suku bunga The Fed sudah terlihat pada ekonomi AS. Suku bunga yang jauh lebih tinggi dari saat ini akan membuat ekonomi AS masuk ke jurang resesi.
Goldman Sachs memproyeksikan ada probabilitas sebesar 25% AS akan mengalami resesi 12 bulan ke depan.
"Inflasi tak bisa turun sesuai target The Fed yakni 2% tetapi suku bunga yang tinggi akan menurunkan aktivitas bisnis dan menaikkan ongkos pinjaman yang dibayar rumah tangga. Kondisi ini bisa membawa ekonomi ke resesi," tutur PNC Financial Services, dikutip dari CNN Business.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Ngebet Surat Utang RI Tapi Maaf Jokowi Lagi Banyak Duit