Pemerintah Ogah Ambil Asing, Antara Jual Mahal & Kemahalan

CNBC Indonesia Research, CNBC Indonesia
30 May 2023 09:15
Gedung kemenkeu
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
  • Pemerintah hanya menyerap utang sebesar Rp 930 miliar dari investor asing, dari Rp 5,05 triliun yang masuk
  • Pemerintah gagal memenuhi target indikatif lelang dan hanya menyerap utang sebesar Rp 15 triliun pada lelang terakhir, dari total Rp 58,44 triliun yang masuk
  • Yield yang diminta pasar naik dibandingkan lelang sebelumnya, bahkan mendekati secondary market

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis penyelesaian utang pemerintah Amerika Serikat (AS) membuat investor asing kabur. Minat investor asing untuk membeli Surat Utang Negara (SUN) pun anjlok pada lelang kemarin.

Pemerintah melaksanakan lelang SUN kemarin, Senin (29/5/2023), untuk delapan seri. Di antaranya adalah SPN03230829 (new issuance), SPN12240529 (new issuance), FR0095 (reopening), FRSDG001 (reopening), FR0096 (reopening), FR0098 (reopening), FR0097 (reopening) dan FR0089 (reopening).

Total penawaran yang diterima pemerintah mencapai Rp 58,44 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada lelang sebelumnya yang tercatat Rp 68,45 triliun.

Dari penawaran masuk, penawaran dari investor asing tercatat Rp 5,05 triliun. Jumlah tersebut adalah yang terendah kedua tahun ini dan terendah dalam sembilan lelang terakhir.

Dari jumlah penawaran tersebut, pemerintah hanya menyerap utang dari investor asing sebesar Rp 0,93 triliun atau Rp 930 miliar. Jumlah tersebut adalah yang terendah tahun ini.

Secara keseluruhan, pemerintah menyerap utang senilai Rp 15 triliun. Artinya, pemerintah kembali gagal memenuhi target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 17-25,5 triliun.

Dari total tujuh seri yang ditawarkan, dua seri tidak dilirik oleh investor asing yakni seri SPN03230829 (new issuance) dan SPN12240529 (new issuance). Seri benchmark FR0096 bahkan hanya mendapatkan penawaran kurang dari Rp 2 triliun padahal biasanya lebih dari Rp 2,5 triliun.

Direktur SUN Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Deni Ridwan menjelaskan jumlah utang yang diserap Kementerian Keuangan melalui lelang kemarin sudah mempertimbangkan yield atau imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang wajar serta kondisi APBN terkini.

Imbal hasil yang diminta investor pada lelang kemarin memang terbilang tinggi bahkan hanya berselisih sedikit dengan yang tercatat di secondary market.

Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada seri benchmark FR0096 tercatat 6,38%, lebih tinggi dibandingkan pada lelang sebelumnya 6,36%.

Merujuk data Refinitif, yield SBN 10 tahun di pasar sekunder tercatat 6,41%

"Yield rata-rata tertimbang atau Weighted Average Yield (WAY) pada lelang SUN hari ini secara umum cukup kompetitif terutama jika dibandingkan dengan level secondary market sehari sebelum lelang," tutur Deni, dalam keterangan resmi.

Merujuk pada dua lelang terakhir, pemerintah juga memilih untuk tidak memenuhi target indikatif lelang karena yield yang diminta terlalu tinggi.
Padahal, penawaran yang masuk cukup tinggi.

Pada lelang sebelumnya, misalnya, penawaran menembus Rp 65,45 triliun atau tertinggi kedua pada tahun ini. Namun, utang yang diserap hanya Rp 15 triliun atau di bawah target indikatif sebesar Rp 17-25,5 triliun.

Masih surplusnya APBN hingga April menjadi salah satu alasannya. APBN masih tercatat surplus sebesar Rp 234,7 triliun per April 2023.

Dengan APBN yang masih surplus maka tidak ada ketergesa-gesaan untuk menyerap utang jika yield yang diminta investor lebih tinggi dibandingkan pemerintah.

Salah satu kebijakan memilih menahan penerbitan karena yield tinggi tercermin dari seri FRSDG001

"FRSDG001 memiliki incoming bids terbesar kedua setelah FR0096, namun demikian bid yield yang masuk masih di atas Owners Estimate pemerintah, sehingga pada lelang hari ini FRSDG001 tidak ada yang dimenangkan," tulis Kementerian Keuangan dalam keterangan resminya.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation