Dibantu India, China & Amerika, Harga Batu Bara Malah Jeblok

mae, CNBC Indonesia
14 June 2023 07:15
An Indian laborer smiles as she takes a break from loading coal into a truck in Dhanbad, an eastern Indian city in Jharkhand state, Friday, Sept. 24, 2021. A 2021 Indian government study found that Jharkhand state -- among the poorest in India and the state with the nation’s largest coal reserves -- is also the most vulnerable Indian state to climate change. Efforts to fight climate change are being held back in part because coal, the biggest single source of climate-changing gases, provides cheap electricity and supports millions of jobs. It's one of the dilemmas facing world leaders gathered in Glasgow, Scotland this week in an attempt to stave off the worst effects of climate change. (AP Photo/Altaf Qadri)
Foto: Seorang buruh India tersenyum ketika dia beristirahat saat memuat batu bara ke dalam truk di Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara tak juga menanjak meskipun ada banyak kabar positif.

Pada perdagangan Selasa (13/6/2023), harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 137,25 per ton. Harganya anjlok 1,96%.
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif pasir hitam yang juga melemah pada Jumat pekan lalu dan Senin pekan ini. Dalam tiga hari terakhir, harga batu bara sudah ambruk 5%.

Harga batu bara tetap melemah meskipun dihujani sentimen positif. Di antaranya adalah proyeksi kenaikan permintaan dari Asia, menguatnya harga gas, kebijakan bank sentral China, ekspektasi melandainya suku bunga di Amerika Serikat, hingga kebijakan baru di India.

Faktor negatif hanya datang dari Eropa yakni melemahnya impor.
Impor batu bara Eropa turun tajam hingga mencapai 41% pada Juni tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Gabungan impor dari Belanda Jerman, Belgia, Prancis, Inggris, Italia, dan Spanyol diperkirakan hanya mencapai 5,1 juta ton pada Juni, turun 22% dari Mei 2023. Impor tersebut adalah yang terendah sejak Juni 2021.

Melemahnya impor disebabkan oleh lebih murahnya harga gas. Meskipun harga gas naik tetapi harganya masih rendah dibandingkan tahun lalu.

Harga gas sendiri naik kemarin. Kenaikan harga batu bara biasanya sejalan dengan harga gas tetapi hal itu tidak berlaku untuk perdagangan kemarin.
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) melonjak 16,2% kemarin menjadi 36,05 euro per mega-watt hour (MWh).

Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga biasanya harganya saling mempengaruhi.

Harga batu bara juga tak bergeming meskipun permintaan dari Asia diproyeksi naik. Permintaan akan naik karena adanya gelombang panas di China, Jepang, India, hingga Korea Selatan. Kebijakan baru dari India juga diharapkan bisa menaikkan permintaan.

Suhu di kota-kota utama di Beijing, Tokyo, dan Taipei meningkat 4% di atas rata-ratanya. Suhu diperkirakan akan tetap tinggi dalam beberapa hari ke depan.

Gelombang panas di Jepang, China, dan Korea Selatan diperkirakan akan meningkatkan penggunaan pendingin ruangan. Kondisi ini bisa meningkatkan pembakaran batu bara sehingga permintaan impor diharapkan menanjak.

China menggantungkan 60% produksi listriknya dari pembangkit batu bara sementara Korea Selatan sebesar 30% dan Taiwan sekitar 43%.

India juga mengeluarkan kebijakan baru yang diharapkan bisa mengerek harga batu bara.
Kementerian Listrik India, Senin (12/6/2023), mengumumkan mengenai kewajiban operasi dengan kapasitas penuh bagi pembangkit yang menggunakan batu bara impor hingga 30 September mendatang.

Produksi dengan kapasitas penuh tersebut untuk memenuhi tingginya permintaan listrik di tengah suhu udara yang terus meningkat.
Wilayah India bagian tengah, utara, dan barat daya menghadapi gelombang panas sejak pekan lalu dengan suhu menembus 42-44 derajat Celcius.

Gelombang panas diperkirakan masih akan berlanjut pada beberapa hari ke depan. India juga akan menghadapi musim hujan pada beberapa bulan ke dean yang akan membuat produksi batu bara menurun.
Kedua faktor tersebut diperkirakan membuat impor batu bara menanjak ke depan.

Faktor positif lain datang dari Tiongkok. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) secara mengejutkan memangkas suku bunga seven-day reverse repurchase rate sebesar 10 basis poin menjadi 1,9%, pada Selasa kemarin. Pelonggaran kebijakan moneter ini menjadi yang pertama dilakukan PBoC sejak Agustus tahun lalu.

Dengan memangkas suku bunga maka PBoC menambah likuiditas sebesar dua miliar yuan (US$ 279,97 juta) ke perekonomian.  Langkah tersebut dilakukan untuk menggerakkan ekonomi China yang tengah lesu.
China adalah konsumen terbesar batu bara sehingga perkembangan di Beijing akan sangat menentukan harga batu bara.

Selain China, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) juga diharapkan bisa segera mengakhiri kenaikan suku bunga.
The Fed diperkirakan akan menahan suku bunga acuan Bila ekspektasi menjadi kenyataan maka ini akan menjadi kabar baik bagi ekonomi AS dan global.
Dengan suku bunga ditahan maka ada kemungkinan ekonomi AS dan global membaik sehingga permintaan akan batu bara meningkat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Mendadak Labil, Seperti Naik Roller Coaster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular