
3 Hari Beruntun Bergairah, Saham Batu Bara Nyerah Juga

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara secara mayoritas berbalik arah ke zona koreksi pada perdagangan sesi I Selasa (13/6/2023), setelah selama tiga hari beruntun mengalami penguatan.
Per pukul 09:58 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 14 saham terpantau mekemah, tiga saham cenderung stagnan, dan tiga saham terpantau masih menguat.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 815 | -3,55% |
Bumi Resources | BUMI | 110 | -3,51% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 63 | -3,08% |
TBS Energi Utama | TOBA | 398 | -1,97% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.170 | -1,81% |
Harum Energy | HRUM | 1.460 | -1,68% |
United Tractos | UNTR | 23.150 | -1,59% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 23.250 | -1,27% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 344 | -1,15% |
Indika Energy | INDY | 1.890 | -0,79% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 670 | -0,74% |
Atlas Resources | ARII | 146 | -0,68% |
ABM Investama | ABMM | 3.040 | -0,33% |
Bukit Asam | PTBA | 3.520 | -0,28% |
MNC Energy Investment | IATA | 66 | 0,00% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 4.580 | 0,00% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 51 | 0,00% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 4.620 | 0,43% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.500 | 0,57% |
Bayan Resources | BYAN | 15.975 | 1,43% |
Sumber: RTI
Saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menjadi saham yang paling parah koreksinya pada sesi I hari ini, yakni ambruk 3,55% ke posisi Rp 815/saham.
Selain itu, mayoritas saham raksasa batu bara juga ambles pada sesi I hari ini, kecuali saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang cenderung masih bertahan di zona penguatan yakni melesat 1,43% menjadi Rp 15.975/saham.
Saham batu bara cenderung mengikuti pergerakan harga batu bara acuan dunia yang juga terkoreksi kemarin, di mana harga batu bara sudah terkoreksi lagi sejak Jumat pekan lalu.
Harga batu bara jeblok mengikuti ambruknya harga gas. Namun, kabar positif dari India dan Inggris diharapkan bisa mengerek harga batu bara ke depan.
Pada perdagangan awal pekan ini, Senin kemarin, harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ditutup anjlok 2,57% di posisi US$ 140 per ton.
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif pasir hitam yang juga melemah pada Jumat pekan lalu. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara sudah ambruk 3,11%.
Harga batu bara melemah setelah harga gas ambruk. Batu bara merupakan sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya juga dipengaruhi oleh gas.
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) jeblok 3,2% kemarin menjadi 31,04 euro per mega-watt hour (MWh). Padahal, harganya terbang 19% pada Jumat pekan lalu. Harga gas ambles di tengah aksi profit taking serta berkurangnya kekhawatiran mengenai pasokan.
Harga batu bara tetap melemah meskipun banyak faktor positif yang menopang pergerakannya kemarin. Di antaranya dari India dan Inggris. Kabar dari India dan Inggris diharapkan bisa menopang pergerakan harga batu bara ke depan.
Kementerian Listrik India pada Senin kemarin mengumumkan mengenai kewajiban operasi dengan kapasitas penuh bagi pembangkit yang menggunakan batu bara impor hingga 30 September mendatang.
Produksi dengan kapasitas penuh tersebut untuk memenuhi tingginya permintaan listrik di tengah suhu udara yang terus meningkat.
Wilayah India bagian tengah, utara, dan barat daya menghadapi gelombang panas sejak pekan lalu dengan suhu menembus 42-44 derajat Celcius.
Gelombang panas diperkirakan masih akan berlanjut pada beberapa hari ke depan.
Sementara itu, Operator Sistem Listrik Inggris National Grid ESO, mengeluarkan perintah kepada Uniper untuk menghidupkan pembangkit batu bara mereka, kemarin. Uniper adalah pemilik pembangkit batu bara Ratcliffe-on-Soar di Nottinghamshire. Langkah tersebut dilakukan guna mengantisipasi lonjakan penggunaan listrik seiring kenaikan suhu udara
Speedwell Weather menunjukkan suhu udara di Inggris sudah naik hingga 5,6 derajat Celcius di atas rata rata. Suhu di beberapa wilayah di Inggris juga mencapai 30 derajat Celcius.
Pasokan gas yang menipis serta produksi listrik tenaga angin yang rendah membuat Inggris tak punya pilihan selain menghidupkan lagi pembangkit batu bara.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat