Lapor Bos Sawit! Usai Ambrol, Harga CPO Menguat 1% Lebih

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
07 June 2023 10:15
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat di sesi awal perdagangan Rabu (7/6/2023) mematahkan koreksi tajam pada perdagangan kemarin.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan naik 1,33% ke posisi MYR 3.3360 per ton pada pukul 08:40 WIB. Kendati demikian, harganya masih berada di level YR 3.000, padahal pekan lalu sempat menyentuh level MYR 3.500.

Pada perdagangan Selasa (6/6/2023) harga CPO ditutup terkoreksi 1,92% ke posisi MYR 3.316 per ton. Dengan ini, dalam sebulan penguatan CPO terpangkas menjadi 3,59%, sementara secara tahunan harganya sudah jatuh 20,56%.

Pada Mei ini harga CPO mulai menunjukan pergerakan yang positif. Selama perdagangan Mei harganya selalu ditutup dengan apresiasi lebih dari 2%. Jika harga penutupan kemarin dibandingkan dengan posisi terendah 2 tahun terakhir yakni di posisi MYR 3.194 pada perdagangan Juni 2023 harga CPO hanya menguat 3,8%.

Sebagaimana diketahui, harga CPO terpantau lesu belakangan ini. Lihat saja, harga CPO sempat menyentuh level tertingginya dalam 2 tahun terakhir di di posisi MYR 7.268 per ton pada 9 Maret 2022. Namun kini harganya turun jauh ke level 3.400-an.

Turunnya harga baru-baru ini terjadi setelah survei memperkirakan stok lebih tinggi karena produksi melonjak ke level tertinggi lima bulan, sementara ringgit yang lebih lemah memberikan beberapa dukungan agar harga tidak jatuh terlalu dalam.

Sebuah survei Reuters menunjukkan bahwa persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Mei diperkirakan akan membalikkan penurunan tiga bulan karena produksi meningkat ke level tertinggi sepanjang tahun ini di tengah ekspor yang datar.

Stok Mei terlihat naik 6,8% menjadi 1,6 juta ton bulan ke bulan. Produksi di produsen terbesar kedua dunia itu diperkirakan melonjak 21% menjadi 1,45 juta ton, menurut survei tersebut.

Impor minyak sawit India merosot ke level terendah 27 bulan pada Mei karena pembeli membatalkan kargo minyak nabati yang mahal dan menggantinya dengan minyak kedelai dan minyak bunga matahari yang lebih murah, kata enam dealer kepada Reuters.

Ringgit sebagai mata uang perdagangan sawit terpantau turun 0,66% terhadap dolar pada perdagangan kemarin membuat komoditas lebih murah bagi pemegang mata uang asing.

Sementara itu, produsen utama Indonesia memperkirakan musim kemarau yang parah dari dampak pola cuaca El Nino, mengancam panen dan meningkatkan risiko kebakaran hutan, kata kepala badan cuacanya.

Komisi Eropa mengatakan pada hari Senin bahwa itu diperpanjang hingga 15 September pengaturan di mana lima tetangga UE Ukraina dapat membatasi impor biji-bijian Ukraina, termasuk biji bunga matahari.

Pada perdagangan kemarin, hanya minyak saingan CPO kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 naik 0,14%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 0,5%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,1%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global. Jika harga minyak terkait lesu harga CPO juga mengikuti.

Menurut analisis teknikal Wang Tao yang dikutip dari Reuters, pada perdagangan hari ini harga CPO dapat menguji ulang resistensi di MYR 3.436 per ton, penembusan di atasnya dapat menyebabkan penguatan ke kisaran MYR 3.493-3.586 per ton.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(aum/aum) Next Article Sudah Dibantu China dan Argentina, Harga CPO Tetap Ambruk 5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular