Newsletter

Biden - McCarthy Mulai Sehati, Amerika Tak Jadi "Bangkrut"?

Putra, CNBC Indonesia
23 May 2023 05:59
Janet Yellen. (Alex Wong/Getty Images)
Foto: Janet Yellen. (Alex Wong/Getty Images)

Tidak ada rilis data ekonomi dari dalam negeri. Sentimen domestik juga terbilang minim untuk pasar modal RI.

Secara umum, investor kembali akan menyimak respons Wall Street terhadap perkembangan negosiasi plafon utang AS.

Melansir Wall Street Journal, Presiden AS Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy sepakat untuk bertemu Senin sore (22/5) waktu AS dalam upaya terakhir untuk mencapai kesepakatan guna menghindari kegagalan pembayaran utang negara Amerika Serikat setelah negosiasi untuk meningkatkan pagu pinjaman pemerintah federal mencapai titik buntu.

Sikap keduanya mulai sama, optimistis akan tercapai kesepakatan tetapi masih ada yang harus diselesaikan. 

"Kami masih memiliki beberapa ketidaksepahaman, tetapi saya pikir kami bisa mencapai apa yang kami inginkan," kata Biden saat bertemu McCarthy di Gedung Putih, sebagaimana dilansir CNBC International.

Di saat yang sama McCharhty juga menunjukkan optimismenya setelah akhir pekan lalu menyebut jauh dari kata sepakat.

"Saya pikir pada akhirnya kita akan menemukan titik temu, membuat perekonomian kita lebih kuat, mengatasi masalah utang, tetapi yang paling penting membuat pemerintah menekan inflasi, membuat kita mengurangi ketergantungan dengan China serta membuat alokasi sistem kerja," ujarnya.

Melihat beberapa hari ke belakang percakapan antara perwakilan Gedung Putih dan perunding Partai Republik di DPR hampir berhenti pada akhir pekan lalu.

Setelah melakukan panggilan telepon dengan presiden pada Minggu sore, McCarthy menyatakan bahwa perundingan masih sangat jauh dari kata sepakat. "Tidak ada kesepakatan," kata politisi Republik California tersebut, dikutip WSJ (21/5).

Disebutkan, kedua pemimpin itu memerintahkan tim mereka untuk melanjutkan perundingan, dan pada Minggu malam, para perunding berkumpul di Capitol Hill selama sekitar 2½ jam. Steve Ricchetti, seorang penasihat senior Biden, mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan tersebut bahwa para perunding akan terus berdiskusi.

Sebelumnya pada Minggu, dalam konferensi pers di Jepang dalam rangkaian pertemuan KTT Grup Tujuh (G7), Biden mengambil sikap yang lebih tegas dalam perundingan anggaran, dengan menyatakan bahwa anggota Partai Republik di DPR mengambil "posisi ekstrem." Ia menambahkan bahwa proposal mereka saat ini "tidak dapat diterima."

"Saatnya bagi Republik untuk menerima bahwa tidak ada kesepakatan lintas partai yang bisa dicapai hanya berdasarkan persyaratan partai mereka sendiri," kata Biden sebelum naik pesawat Air Force One untuk kembali ke Washington. "Mereka juga harus bergerak."

Kata-kata tegas dari presiden tersebut merupakan perubahan sikap dari sikap optimis yang telah ia tunjukkan dalam beberapa hari terakhir dan lebih sejalan dengan beberapa pernyataan yang dikeluarkan oleh pejabat Gedung Putih yang telah memperingatkan bahwa perundingan sedang terhenti.

Pada intinya, perselisihan terjadi karena perbedaan pandangan yang mendasar mengenai tingkat pengeluaran, menurut para legislator, ajudan, dan pejabat Gedung Putih. Partai Republik mendorong pemotongan yang lebih dalam daripada yang dapat diterima oleh Demokrat.

"Saya tidak berpikir bahwa mengatakan kita harus menghabiskan lebih sedikit dibandingkan dengan tahun ini adalah hal yang ekstrem," ujar McCarthy pada Minggu (21/5) di Fox News.

Pada Minggu, McCarthy mengatakan bahwa pengeluaran pada tahun fiskal mendatang harus lebih rendah daripada tahun lalu.

Namun, ia tidak menyatakan bahwa pengeluaran tersebut harus dikurangi ke tingkat yang ditetapkan pada tahun fiskal 2022, seperti yang sebelumnya dituntut oleh Republik. Sikap tersebut dapat mengindikasikan adanya ruang untuk perundingan ke depan.

Saat ini, para petinggi Washington sedang terburu-buru mencari kesepakatan untuk meningkatkan batas utang negara.

Jika mereka tidak dapat melakukannya, AS mungkin tidak mampu membayar semua tagihannya segera setelah 1 Juni, menurut penilaian Departemen Keuangan Amerika Serikat.

Muncul di acara NBC pada Minggu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan, "kemungkinan mencapai tanggal 15 Juni, sambil mampu membayar semua tagihan kita, sangat rendah."

Para ekonom mengatakan, kebuntuan untuk meningkatkan plafon utang, dan default selanjutnya, akan membuat ekonomi tergelincir ke dalam resesi.

Moody's Analytics memprediksi, kegagalan pembayaran tagihan utang akan mengakibatkan lebih dari tujuh juta warga AS kehilangan pekerjaan dan menyebabkan tingkat pengangguran naik di atas 8%. Perusahaan pemeringkat itu juga memprediksi, nilai pasar saham AS akan turun sebanyak satu per lima.

Investor juga akan menyimak data pasar perumahan AS hingga PMI di sejumlah negara.

Rilis mengenai pasar perumahan AS akan mencakup penjualan rumah baru dan tertunda untuk April.

Penjualan rumah baru kemungkinan mencapai 660.000 bulan lalu, turun dari 683.000 pada Maret.

Pada Kamis, Asosiasi Nasional Agen Real Estat (NAR) akan mengeluarkan Indeks Penjualan Rumah Tertunda (PHSI), indikator utama penjualan rumah di masa depan.

Penjualan rumah tertunda turun 5,2% pada Maret, atau 23,2% secara tahunan (YoY), yang menunjukkan bahwa pasar perumahan Amerika Serikat masih menghadapi tekanan.

Hal tersebut terjadi meskipun tingkat suku bunga hipotek telah mencapai titik stabil dan terjadi sedikit pemulihan harga rumah pada akhir musim dingin seperti yang terlihat dari Indeks Case-Shiller.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular