Newsletter

Mohon Maaf Investor, The Fed Tak Akan Pangkas Suku Bunga

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 May 2023 05:59
Financial Markets Wall Street
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup terkoreksi pada perdagangan Rabu kemarin, setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya sesuai dengan ekspektasi pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 0,8% ke posisi 33,414.238, S&P 500 melemah 0,7% ke 4,090,75, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,46% menjadi 12,025,33.

Pasar yang sempat optimis bahwa kedepannya The Fed akan mulai melunak langsung berubah kecewa setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa dia mengesampingkan pemotongan suku bunga karena dia tidak mengharapkan inflasi turun cukup cepat.

Powell mengatakan bahwa The Fed masih memandang inflasi terlalu tinggi dan masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa siklus kenaikan suku bunga telah berakhir.

"Dalam menentukan sejauh mana pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2% dari waktu ke waktu. Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambanan yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi kebijakan moneter, serta ekonomi dan perkembangan keuangan," kata The Fed dalam sebuah pernyataan.

Namun, investor memperhatikan apa yang tidak dikatakan The Fed kali ini dalam pernyataan pasca-pertemuan.

The Fed tampaknya melunakkan bahasanya tentang kenaikan suku bunga di masa depan dengan menghilangkan garis dari pernyataan Maret lalu yang mengatakan, "Komite mengantisipasi bahwa beberapa pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat."

Powell berkomentar kepada media setelah rilis pernyataan bahwa menghilangkan bahasa itu adalah "perubahan yang berarti" dan bahwa keputusan The Fed di pertemuan berikutnya yakni pada Juni mendatang akan bergantung pada data ekonomi dan tenaga kerja.

Namun menurut analis pasar senior di Oanda, Edward Moya, kenaikan suku bunga The Fed yang ke-10 kalinya dan berturut-turut kemungkinan akan menjadi yang terakhir dalam siklus ini.

"The Fed khawatir kondisi kredit yang lebih ketat akan membebani aktivitas ekonomi dan perekrutan, sambil membantu mempertahankan tren disinflasi," kata Moya, dikutip dari CNBC International.

"Pengetatan kredit akan melumpuhkan ekonomi dan tampaknya selama ini pasar mengalami badai yang berubah-ubah mulai dari data tenaga kerja dan inflasi yang lebih panas dari perkiraan. The Fed akan mempertahankan suku bunga setidaknya sampai akhir tahun ini," tambah Moya.

Alhasil setelah pernyataan Powell dalam hal kebijakan moneter selanjutnya, beberapa saham perbankan di AS kembali melanjutkan koreksinya kemarin.

Saham PacWest ambruk lebih dari 7%, memperpanjang kerugian besar bank selama seminggu. Sedangkan saham Zions Bancorp ambles 4,6%, dan saham Western Alliance ambrol 3,1%.

Di lain sisi, data tenaga kerja AS secara tak terduga melonjak dan dapat menekankan The Fed untuk melanjutkan kebijakan ketatnya.

Perusahaan pemrosesan penggajian ADP melaporkan bahwa perekrutan di perusahaan swasta secara tak terduga membengkak pada April lalu, bahkan membengkak lebih dari dua kali lipat dari perkiraan para ekonom.

Data tersebut melonjak menjadi 296.000 pekerjaan, dari sebelumnya pada Maret yang sebesar 142.000 pekerjaan. Angka tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang sebesar 140.000 pekerjaan.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular