
Mohon Maaf Investor, The Fed Tak Akan Pangkas Suku Bunga

Di global pada hari ini, pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang kembali terkoreksi kemarin, karena investor cenderung kecewa dengan pernyataan The Fed.
Powell mengatakan bahwa The Fed masih memandang inflasi terlalu tinggi dan masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa siklus kenaikan suku bunga telah berakhir.
"Dalam menentukan sejauh mana pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2% dari waktu ke waktu. Komite akan mempertimbangkan pengetatan kumulatif kebijakan moneter, kelambanan yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi kebijakan moneter, serta ekonomi dan perkembangan keuangan," kata The Fed dalam sebuah pernyataan.
Investor pun cenderung cemas akan sinyal dari The Fed tentang apakah kenaikan suku bunga kali akan menjadi kenaikan terakhir untuk saat ini atau justru bukan menjadi yang terakhir dan akan berlanjut di pertemuan berikutnya.
Terlepas dari itu, investor khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya akan mendorong ekonomi AS ke dalam jurang resesi.
Namun, hal itu bukan berarti The Fed akan mempertimbangkan untuk bersikap melunak. Hanya saja dalam waktu dekat, The Fed masih akan sedikit bersikap agresif.
Powell mengatakan bahwa perlu waktu untuk menurunkan suku bunga dan dia menilai bahwa hal tersebut wajar dilakukan.
"Kami di komite berpandangan bahwa inflasi tidak akan turun secepat itu. Ini akan memakan waktu, jika ramalan itu benar. Tetapi dalam waktu dekat kami tidak akan memangkas suku bunga," ujar Powell.
Dia menambahkan bahwa permintaan dan kondisi pasar tenaga kerja kemungkinan akan perlu melemah lagi untuk melihat kemajuan dalam layanan non-perumahan dan menganggap penurunan suku bunga "tepat".
Di lain sisi, data tenaga kerja AS secara tak terduga melonjak dan dapat menekankan The Fed untuk melanjutkan kebijakan ketatnya.
Perusahaan pemrosesan penggajian ADP melaporkan bahwa perekrutan di perusahaan swasta secara tak terduga membengkak pada April lalu, bahkan membengkak lebih dari dua kali lipat dari perkiraan para ekonom.
Data tersebut melonjak menjadi 296.000 pekerjaan, dari sebelumnya pada Maret yang sebesar 142.000 pekerjaan. Angka tersebut juga lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang sebesar 140.000 pekerjaan.
Meski begitu, The Fed masih membutuhkan lebih banyak data untuk memutuskan apakah arah suku bunga The Fed perlu dirubah, sehingga data tenaga kerja terbaru belum menjadi acuan The Fed untuk arah kebijakan moneter berikutnya.
Di lain sisi, Powell mengatakan bahwa krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank pada Maret lalu secara historis belum pernah terjadi sebelumnya dan perlu ditangani oleh regulator di masa mendatang.
"Krisis di Silicon Valley Bank mungkin menjadi yang terburuk dari krisis sebelumnya. Dan itu sekarang perlu tercermin dalam regulasi dan pengawasan," kata Powell.
Dampak dari agresifnya The Fed membuat perbankan di AS mengalami krisis, di mulai dari SVB dan kemudian berimbas ke beberapa bank regional lainnya.
Namun, krisis perbankan dapat dikatakan belum usai. Bahkan kini, krisis perbankan di AS menimbulkan babak baru.
Terbaru, salah satu bank regional di AS yakni PacWest Bancorp sedang mempertimbangkan pilihan strategis, termasuk potensi penjualan.
PacWest telah menilai beberapa opsi, termasuk perpisahan atau peningkatan modal, adapun Bloomberg pertama kali melaporkan berita tersebut pada Rabu malam waktu setempat.
PacWest yang berbasis di Los Angeles memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$ 750 juta, dan turun sebesar 72% tahun ini. Pada perdagangan Rabu kemarin, saham PacWest ambles nyaris 2% dan mencatat penurunan hari kelima berturut-turut.
PacWest melaporkan bahwa total simpanan turun lebih dari US$ 5 miliar pada kuartal pertama 2023. Namun, perusahaan mengatakan bahwa mereka melihat keuntungan bersih sebesar US$ 1,1 miliar dalam simpanan dari 20 Maret hingga akhir kuartal I-2023.
Saham bank regional AS telah terpukul sangat keras sejak jatuhnya SVB pada Maret lalu, sebagian karena kekhawatiran bahwa basis pelanggan mereka serupa. Pekan ini, First Republic Bank disita oleh regulator dan dijual ke JPMorgan Chase.
Sementara itu, selain The Fed yang telah menentukan kebijakan suku bunga terbarunya pada hari ini, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) juga akan menentukan kebijakan suku bunga acuan terbarunya hari ini.
ECB kemungkinan akan melanjutkan upayanya untuk memerangi inflasi dengan semakin menaikkan suku bunga. ECB diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp menjadi 3,75%.
Namun, masih terdapat perdebatan apakah ECB akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau memilih kenaikan 50 basis poin yang lebih besar.
Sebelumnya, Tingkat inflasi harga konsumen (IHK) di Kawasan Eropa sedikit meningkat menjadi 7% pada April 2023. Angka ini naik tipis dari level terendah dalam 13 bulan terakhir pada Maret lalu sebesar 6,9%.
Tingkat inflasi Eropa juga masih sangat jauh di atas target ECB sebesar 2%.
(chd/chd)