
Arab Saudi Cs Pangkas Produksi Minyak, Bikin Masalah Bagi RI?

Sentimen yang perlu dicermati investor terkait pergerakan IHSG hari ini berasal dari luar dan dalam negeri.
Indeks Wall Street yang menguat menjadi kabar positif IHSG yang bisa menjadi dorongan bagi gerak pasar saham Indonesia.
Pada perdagangan Senin (3/4/2023) Dow Jones naik 0,98% ditutup pada 33.601,15. Sementara S&P 500 menguat 0,37% ke 4.124,51 dan indeks Nasdaq naik 0,27% ke 12.189,45.
Pasar digerakkan oleh berita dari OPEC+ yang memangkas produksi sebesar 1,16 juta barel per hari (bpd) akan dimulai Mei dan berlangsung hingga akhir 2023.
Pemangkasan terbanyak dilakukan Arab Saudi yakni 500 ribu bpd di Arab Saudi, pemotongan 211 ribu barel/hari oleh Irak, 144 ribu bpd oleh Uni Emirat Arab, dan 128 ribu bpd dari Kuwait.
Pemangkasan OPEC di luar pemotongan produksi yang dilakukan Rusia 500.000 barel per hari hingga akhir tahun. Rusia memangkas produksi sebagai bentuk"balasan" ke sanksi Barat karena persoalan Ukraina.
Goldman Sachs menurunkan perkiraan produksi OPEC+ pada akhir tahun 2023 sebesar 1,1 juta bpd dan menaikkan perkiraan harga Brent untuk tahun 2023 sebesar US$5 menjadi US$95 per barel dan sebesar US$3 menjadi US$100 per barel untuk tahun 2024.
"OPEC+ memiliki kekuatan penetapan harga yang sangat signifikan dibandingkan dengan masa lalu, dan pemotongan kejutan hari ini konsisten dengan doktrin baru mereka untuk bertindak lebih dulu," kata bank tersebut.
"Meskipun mengejutkan, pemotongan ini mencerminkan pertimbangan ekonomi dan kemungkinan politik yang penting." imbuhnya.
Harga minyak yang menguat dapat menguntungkan emiten produsen minyak. Namun secara keseluruhan dapat memberikan efek negatif yakni kenaikan inflasi.
Inflasi yang menguat akan tetap membuat bank sentral hakish pada kebijakan suku bunganya dan akan berdampak negatif terhadap ekonomi.
Dari dalam negeri, investor tampaknya masih akan mencerna rilis data inflasi. Pada Maret 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) sebesar 4,97 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,36.
Adapun, tingkat inflasi month to month (m-to-m) Maret 2023 sebesar 0,18 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Maret 2023 sebesar 0,68 persen.
Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, mengungkapkan inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga pangan, terutama dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, salah satunya beras.
"Inflasi Maret 2023 awal Ramadan relatif lebih rendah dari tahun seblumnya, tapi yag perlu diwasapdai komditas yang andil besar maka kita harus mewaspadai harga komoditas karena tingginya permintaan jelang hari raya Idul Fitril tarif angkutan uadara, daging sapi, daging ayam merah, telur ayam ras dan lain-lain," papar Pudji, Senin (4/3/2023).
(ras/ras)