Market Commentary

OPEC+ Pangkas Produksi, Saham Migas RI Langsung Ngacir

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
03 April 2023 09:42
PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)
Foto: PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten minyak bumi dan pendukungnya terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Senin (3/4/2023), di tengah adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia lagi setelah Arab Saudi dan negara OPEC+ akan mengurangi produksi minyak mentah.

Dari sembilan emiten saham minyak bumi dan pendukungnya, enam diantaranya berhasil menguat, sedangkan dua saham lainnya cenderung stagnan dan satu lainnya terpantau terkoreksi.

Berikut pergerakan saham emiten minyak bumi pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Medco Energi InternasionalMEDC1.0958,42%
Energi Mega PersadaENRG2428,04%
Surya Esa PerkasaESSA9652,12%
AKR CorporindoAKRA1.5701,29%
Apexindo Pratama DutaAPEX1551,31%
Radiant Utama InterinscoRUIS1970,51%
Super EnergySURE1.6150,00%
Ginting Jaya EnergyWOWS500,00%
Astrindo Nusantara InfrastrukturBIPI146-2,67%

Sumber: RTI

Hingga pukul 09:17 WIB, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) memimpin penguatan saham minyak bumi pada sesi I hari ini, yakni melejit 8,42% ke posisi harga Rp 1.095/saham.

Selanjutnya di posisi kedua, terdapat saham emiten minyak milik Grup Bakrie yakni PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang melonjak 8,04% ke Rp 242/saham.

Sedangkan untuk saham PT Super Energy Tbk (SURE) dan PT Ginting Jaya Energi Tbk (WOWS) cenderung stagnan pada sesi I hari ini.

Namun, untuk saham PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) terpantau ambles 2,67% menjadi Rp 146/saham.

Menguatnya saham-saham minyak bumi di RI terjadi setelah adanya kabar bahwa Arab Saudi dan negara produsen minyak OPEC+ lainnya mengumumkan pengurangan produksi minyak mentah lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari pada Minggu kemarin. Keputusan ini bisa kembali melambungkan harga minyak mentah.

Total volume pemotongan oleh OPEC+, kelompok organisasi negara eksportir minyak dengan Rusia dan sekutu lainnya, menjadi 3,66 juta barel per hari menurut perhitungan. Jumlah tersebut setara dengan 3,7% dari permintaan global.

Pengumuman hari Minggu datang sehari sebelum pertemuan virtual panel menteri OPEC+, yang mencakup Arab Saudi dan Rusia, dan yang diperkirakan akan mempertahankan pemotongan 2 juta barel per hari yang sudah ada hingga akhir 2023.

Namun, pemotongan ini di luar pemotongan produksi yang dilakukan Moskow 500.000 barel per hari, sebagai bentuk "balasan" ke sanki Barat karena persoalan Ukraina.

Secara rinci, Arab Saudi akan memotong 500.000 barel per hari, sementara Irak 211.000, UEA 144.000, Kuwait 128.000, Aljazair 48.000 dan Oman 40.000.

"Pemotongan oleh Arab Saudi, Irak, UEA, Kuwait, Aljazair, dan Oman dari Mei hingga akhir tahun akan mencapai satu juta barel per hari, pengurangan terbesar sejak kartel OPEC+ memangkas dua juta barel per hari pada Oktober," tulis AFP.

Sedangkan menurut kepala perusahaan investasi Pickering Energy Partners, pengurangan terbaru dapat mengangkat harga minyak menuju level US$ 10 per barel.

Sebelumnya, OPEC menaikkan perkiraan permintaan minyak dunia 2023 pada Februari. OPEC mengatakan pihaknya memperkirakan permintaan akan tumbuh sebesar 2,3 juta barel per hari menjadi rata-rata 101,87 juta barel per hari tahun ini.

Pada Oktober tahun lalu, OPEC+ juga telah menyetujui pengurangan produksi 2 juta barel per hari dari November hingga akhir tahun 2022.

Langkah tersebut membuat marah Washington karena pasokan yang lebih ketat akan mendorong harga minyak meninggi kembali dan pada akhirnya inflasi akan kembali sulit dijinakan.

Bila langkah OPEC akan membuat harga minyak melonjak seperti proyeksi banyak orang maka hal itu bisa merugikan Indonesia. Pasalnya, Indonesia adalah importir besar minyak mentah dunia.

Kenaikan harga minyak bisa membuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pun bisa tidak terhindarkan jika harga minyak dunia terus melambung.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular